Massa Tubuh IMT rerata pada siswa yg menderita konstipasi fungsional 21.6 Kgm
2
pada kelompok A dan 21.1 Kgm
2
pada kelompok B. Karakteristik dasar subjek penelitian seperti pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Karakteristik Dasar Subjek Penelitian n=91
Karakteristik Laksansia oral
n=46 Laksansia rektal
n=45
Usia tahun, rerata SD 15.0 1.41
15.1 1.36 Jenis Kelamin, n
- Laki-laki
5 10.90 8 17.80
- Perempuan
41 89.10 37 82.20
Berat badan kg, rerata SD
48.6 8.11 45.6 7.80
Tinggi Badan cm, rerata SD
149.9 6.79 146.5 6.90
IMT kgm
2
, rerata SD 21.6 2.77
21.1 2.66
4.2. Perbedaan Pemberian Laksansia Oral dan Rektal Terhadap
Kesembuhan
Siswa yang diberikan laksansia secara oral n=46 jumlah yang sembuh yaitu 39 siswa 84.8 sementara yang tidak sembuh berjumlah 7 siswa 15.2.
Siswa yang diberikan laksansia secara rektal n=45 siswa yang sembuh 33 orang 73.3 dan yang tidak sembuh 12 orang siswa 26.7. Hubungan
Universitas Sumatera Utara
pemberian laksansia secara oral dan rektal terhadap kesembuhan siswa dengan konstipasi fungsional terlihat pada tabel 2.
Tabel 4.2. Perbedaan Pemberian Laksansia Oral dan Rektal Terhadap Kesembuhan
Sembuh n
Tidak Sembuh n
P
Laksansia Oral 39 84.8
7 15.2 0.278
Laksansia rektal 33 73.3
12 26.7
χ
2
= 1.805 df=1 P=0.278
Dari tabel di atas didapati tidak ada perbedaan bermakna antara pemberian laksansia secara oral maupun rektal terhadap kesembuhan siswa dengan
konstipasi fungsional dengan nilai P=0.278.
4.3. Perbedaan Pemberian Laksansia Oral dan Rektal Terhadap
Kejadian Kekambuhan
Pemantauan dilanjutkan pada setiap akhir minggu yaitu hari ke 14, 21, 28, 35 dan 42 untuk melihat catatan defekasi harian dan menentukan kejadian
kekambuhan berulang. Hasil pemantauan didapati adanya perbedaan bermakna antara pemberian laksansia secara oral dan rektal terhadap
Universitas Sumatera Utara
kejadian kekambuhan dimana pada minggu kedua atau hari 14 didapatkan siswa yang mengalami kekambuhan pada kelompok oral yaitu 17 siswa
42.5 dan yang memperoleh laksansia rektal yaitu 23 siswa 57.5 dengan nilai P=0.026. Sementara untuk minggu-minggu berikutnya tidak ada
perbedaan bermakna antara siswa yang memperoleh laksansia secara oral maupun rektal terhadap kejadian kekambuhan. Hubungan pemberian
laksansia secara oral dan rektal terhadap kejadian kekambuhan siswa dengan konstipasi fungsional terlihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Perbedaan Pemberian Laksansia Oral dan Rektal Terhadap Kejadian Kekambuhan
Kambuh, n P
Oral Rektal
Minggu ke 2 17 42.5
23 57.5 0.026
Minggu ke 3 11 37.9
18 62.1 0.110
Minggu ke 4 6 30.0
14 70.0 0.111
Minggu ke 5 4 50.0
4 50.0 0.659
Minggu ke 6 2 50.0
2 50.0 0.965
Universitas Sumatera Utara
BAB 5. PEMBAHASAN