Diagnosis Konstipasi TINJAUAN PUSTAKA

anak akan mulai menahan tinja dalam perut agar tidak dikeluarkan untuk menghindari rasa tidak nyaman yang berasal dari defekasi. Jika menahan- nahan defekasi terus berlanjut, maka keinginan defekasi akan berangsur hilang sehingga akan terjadi penumpukan tinja. 1 Proses defekasi yang tidak lancar akan menyebabkan feses menumpuk hingga menjadi lebih banyak dari biasanya dan dapat menyebabkan tinja mengeras yang kemudian dapat berakibat pada spasme sfingter anus. Distensi rektal kronik menyebabkan kehilangan sensitifitas rektal, keinginan defekasi yang dapat berdampak pada inkontiensia fekal. 22

2.6. Diagnosis Konstipasi

Pada umumnya gejala klinis dari konstipasi adalah frekuensi defekasi kurang dari 3 kali per minggu, tinja keras dan kesulitan untuk defekasi. Anak sering menunjukkan perilaku tersendiri untuk menghindari proses defekasi. Pada bayi, nyeri ketika akan defekasi ditunjukkan dengan menarik lengan dan menekan anus dan otot-otot bokong untuk mencegah pengeluaran feses. Balita menunjukkan perilaku menahan defekasi dengan menaikkan ke atas ibu jari-ibu jari dan mengeraskan bokongnya. 22 Untuk meyakinkan diagnosis konstipasi fungsional perlu diwaspadai tanda-tanda peringatan yang mungkin menunjukkan adanya kondisi patologis organik seperti Tabel 2.3. 1,5,23 Universitas Sumatera Utara Table 2.3. Tanda-tanda peringatan untuk konstipasi organik pada bayi dan anak-anak. 5 Gejala atau tanda peringatan Diagnosis Pasase mekonium lebih dari 48 jam setelah kelahiran, kotoran bentuk kaliber kecil,gagal tumbuh, demam, diare berdarah, muntah berwarna empedu, spingter anal ketat, ampula rekti kosong padahal teraba massa tinja pada palpasi abdomen Abdomen distensi, muntah berwarna empedu, ileus Tonus dan reflek extremitas bawah turun, hilangnya kedutan anus, pilonidal dimple or hair tuft Kelelahan, intoleransi dingin, bradikardi poor growth Poliuri, polidipsi Diare, rash, gagal tumbuh, demam, pneumonia berulang Diare setelah gandum dimasukkan dalam diet Pada pemeriksaan fisik dijumpai bentuk dan posisi abnormal pada anus Penyakit hirschsprung’s Pseudo-obstruksi Kelainan medulla spinalis: tethered cord, tumor medulla spinalis, myelomeningocele Hipotiroidism Diabetes insipidus Kista fibrosis Gluten enteropati Malformasi kongenital anorektal : anus imperforata, stenosis anal, anteriorly displaced anus Universitas Sumatera Utara Sesuai dengan Kriteria Rome III, diagnosis konstipasi berdasarkan beberapa kriteria sebagai berikut. 24 Konstipasi fungsional Kriteria diagnostik harus termasuk dua atau lebih dengan usia minimal 4 tahun: - Kurang atau sama dengan 2 kali defekasi per minggu - Minimal satu episode inkonstinensia per minggu - Riwayat retensi tinja yang berlebihan - Riwayat nyeri atau susah defekasi - Teraba massa fekal yang besar di rektum - Riwayat tinja yang besar sampai dapat menghambat kloset Non retensi fekal inkontinensia Diagnosa dalam usia minimal 4 tahun dan harus melibatkan semua kriteria tersebut, yakni : - Defekasi pada tempat yang tidak selayaknya minimal 1 kali per bulan - Tidak terdapat inflamasi, kelainan anatomi, metabolik atau proses neoplastik - Tidak ada retensi fekal Krtieria dipenuhi minimal 2 bulan sebelum diagnosis. Universitas Sumatera Utara

2.7. Faktor risiko konstipasi