Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, Tanggung jawab produk

28 mediasi. Adapun proses penyelesaiannya yaitu dengan memanggil kedua belah pihak yang bersengketa. Setelah diadakan mediasi, ditemukan kesepakatan bahwa pihak pelaku usaha bersedia mengganti produk yang cacat tersebut yang produk sejenis yang baru. Hal ini disebabkan karena ditemukan bukti bahwa kecacatan disebabkan oleh pihak penjual karena bermaksud mendapatkan keuntungan lebih dengan mengurangimenukar beberapa bagian dari produk yang dijualnya ketika proses penjualan berlangsung dan tanpa sepengetahuan dari konsumen pembelinya. Menurut UUPK pasal 8, seorang pelaku usaha dalam kasus ini penjual telepon genggam dilarang memproduksi danatau memperdagangkan barang dengan kriteria sebagai berikut: a. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih, atau netto, dan jumlah dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut; c. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya; d. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan, dan kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket, atau keterangan barang danatau jasa tersebut; e. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya, mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan barang danatau jasa tersebut;

f. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan,

iklan, atau promosi penjualan barang danatau jasa tersebut; g. Tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa atau jangka waktu penggunaanpemanfaatan yang paling baik atas barang tersebut; h. Tidak mengikuti berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan halal yang dicantumkan dalam label; i. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat mana barang, ukuran, beratisi, bersih atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 29 pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha, serta keterangan lan untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasangdibuat; j. Tidak mencantumkan informasi danatau petunjuk penggunaan barang dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

2.2. Tanggung jawab produk

Menurut Black’s Law Dictionary, Tanggung jawab produk adalah suatu tanggung jawab secara hukum dari orang atau badan yang menghasilkan suatu produk atau dari orang atau badan yang bergerak dalam suatu proses untuk menghasilkan suatu produk, atau orang atau badan yang menjual atau mendistribusikan produk tersebut. 21 Adapun pengertian lain tentang tanggung jawab produk menurut Andrew, ialah suatu tanggung jawab yang ditekankan kepada tanggung jawab perusahaan atau penjual yang menjual produknya yang membahayakan atau mengakibatkan penderitaan pembeli, pengguna atau orang lain yang bukan pembeli, tetapi ia memperoleh barang yang rusakcacat tersebut. 22 Dari beberapa definisi tanggung jawab produk diatas, tampak bahwa tanggung jawab produk terletak pada pelaku usaha baik pihak yang menghasilkan produk produsen maupun pihak yang mendistribusikan penjual atas timbulnya kerugian pada pihak konsumen sebagai akibat dari produknya. Dalam kasus telepon genggam yang penulis angkat, pihak konsumen mendapati produk yang dibelinya terdapat kecacatan yang mengakibatkan terganggunya penggunaanpemanfaatan dari produk tersebut sehingga menyebabkan 21 Adrian Sutedi, op.cit., hal. 65 22 Ibid., hal. 66 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 30 kerugian bagi pihak konsumen. Hal ini perlu dipertanggungjawabkan oleh pelaku usaha dalam kasus ini penjual telepon genggam, mengingat pelaku usaha memiliki tanggung jawab produk atas barang yang telah diperdagangkannya. Salah satu bentuk pertanggungjawaban pelaku usaha atas produknya yang cacat didalam tanggung jawab produk adalah tuntutan ganti kerugian. Tuntutan ganti kerugian ini setidak-tidaknya harus memenuhi unsur-unsur perbuatan melanggar hukum, yakni: 1. Unsur perbuatan melawan hukum yang harus dibuktikan oleh pengusaha, 2. Unsur kerugian yang dialami oleh konsumen, 3. Adanya hubungan kausal antara unsur perbuatan melawan hukum dan unsur kerugian. 23 Mengenai kerugian yang bagaimanakah yang dapat dituntut dari pelaku usaha, menurut pasal 19 UUPK terdiri dari: a. Kerugian atas kerusakan; b. Kerugian karena pencemaran; c. Kerugian konsumen sebagai akibat mengonsumsi barang danatau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan. 24 Selain itu, ketika mengemukakan tuntutanklaim mengenai tanggung jawab produk dari pelaku usaha, dilakukan dengan mendasarkan pada hal-hal sebagai berikut: 1. Pelanggaran jaminan 23 Ibid., hal. 72-73 24 Janus Sidabalok, op.cit., hal. 158 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 31 Pelanggaran jaminan berkaitan dengan jaminan pelaku usaha, bahwa barang yang dihasilkan atau dijual tidak mengandung cacat. Pengertian cacat bias terjadi dalam konstruksi barang, desain, danatau pelabelan. 2. Kelalaian Yang dimaksud dengan kelalaian adalah bila si pelaku usaha yang digugat itu gagal menunjukkan bahwa ia cukup berhati-hati dalam membuat, menyimpan, mengawasi, memperbaiki, memasang label, atau mendistribusikan suatu barang. 3. Tanggung jawab mutlak Tanggung jawab mutlak terjadi dimana pembeli yang mengalami kerugian memperoleh penggantian tanpa harus mengajukan bukti-bukti yang tidak beralasan. Penggugat harus dapat membuktikan bahwa produk barang yang dibelinya rusak dan tergugat tidak perlu menunjukkan hal-hal yang tidak rasional atas proses produk suatu barang atau penjualan barangnya. Kerusakan ini biasanya disebut cacat produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi barang, kerusakan pada desain produk tidak cukup aman, ketiadaan petunjuk-petunjuk pada barang mengenai informasi penggunaannya. Dengan penerapan tanggung jawab mutlak ini, pelaku usaha pembuat produk atau yang dipersamakan dengannya dianggap bersalah atas terjadinya kerugian pada konsumen. Kepada pemakai produk berlaku tanggung jawab tanpa kesalahan, kecuali apabila dapat membuktikan keadaan sebaliknya, yaitu kerugian yang terjadi tidak dapat dipersalahkan kepadanya. 25 25 Adrian Sutedi, op.cit., hal. 73-74 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 32 Dengan adanya tanggung jawab produk maka terhadap kerugian pada barang yang dibeli, konsumen dapat mengajukan tuntutan berdasarkan adanya kewajiban pelaku usaha untuk menjamin kualitas produk. Tuntutan ini dapat berupa pengembalian barang sambil menuntut kembali harga pembelian atau penukaran dengan barang yang baik mutunya. Tuntuan ganti rugi ini dapat ditujukan kepada produsen dan juga kepada penjual sebagai pihak yang menyediakan jasa untuk menyalurkan barangproduk dari produsen kepada pihak konsumen atau pembeli. Mengingat UUPK pasal 4, hak-hak konsumen yaitu antara lain: a. Hak atas kenyamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barangjasa. b. Hak untuk memilih dan mendapatkan barangjasa sesuai dengan nilai tukar dan kondisi seta jaminan yang dijanjikan. c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barangjasa. d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barangjasa yang digunakan. e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut. f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen. g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif. h. Hak untuk mendapatkan konpensasi, ganti rugi, atau penggantian, jika barangjasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya. i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainya. Oleh karena itu, baik produsen maupun penjual berkewajiban menjamin kualitas produk yang mereka pasarkan guna mematuhi hak-hak atas konsumen pengguna barang danatau jasanya sebagaimana yang terdapat dalam pasal 4 UUPK. Yang dimaksud dengan jaminan atas kualitas produk ini adalah suatu jaminan atau garansi bahwa barang-barang yang akan dibeli akan sesuai dengan standar kualitas Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 33 produk tertentu. Jika standar ini tidak dipenuhi, maka pembeli atau konsumen dapat memperoleh ganti rugi dari pihak produsenpenjual. Jaminan atas kualitas produk dapat dibedakan atas dua macam, yaitu sebagai berikut: 1. Express warranty jaminan secara tegas Express warranty adalah suatu jaminan atas kualitas produk, baik dinyatakan secara lisan maupun tertulis. Dengan adanya jaminan ini, berarti produsen sebagai pihak yang menghasilkan barang produk dan juga penjual sebagai pihak yang menyalurkan barang atau produk dari produsen atau pembeli bertanggung jawab untuk melaksanakan kewajiban terhadap adanya kekurangan atau kerusakan dalam produk yang dipasarkan. 2. Implied warranty Implied warranty adalah suatu jaminan yang dipaksakan oleh UU atau hukum, sebagai akibat otomatis dari penjualan barang-barang dalam keadaan tertentu. Jadi, dengan Implied warranty dianggap bahwa jaminan ini selalu mengikuti barang yang dijual, kecuali dinyatakan lain. 26 Pasal 1504 KUH Perdata mewajibkan penjual untuk menjamin cacat yang tersembunyi yang terdapat pada barang yang dijualnya. Cacat ini harus yang sungguh-sungguh bersifat sedemikian rupa yang menyebabkan barang tidak dapat dipergunakan dengan sempurna, sesuai dengan keperluan yang semestinya dihayati 26 Ibid, hal. 75 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 34 oleh benda itu sendiri. Atau cacat itu mengakibatkan berkurangnya manfaat benda tersebut dari tujuan pemakaian yang semestinya. Terhadap adanya cacat-cacat yang tersembunyi pada barang yang di beli, pembeli konsumen dapat mengajukan tuntutan atau aksi pembatalan jual beli, dengan ketentuan tuntutan tersebut dimajukan dalam waktu singkat, dengan perincian sebagaimana yang ditentukan pasal 1508 KUH Perdata. 1. Kalau cacat tersebut dari semula diketahui oleh pihak penjual, maka penjual wajib mengembalikan harga penjualan kepada pembeli dan ditambah dengan pembayaran ganti rugi yang terdiri dari ongkos, kerugian, dan bunga. 2. Kalau cacat itu memang benar-benar tidak diketahui oleh penjual, maka penjual hanya berkewajiban mengembalikan harga penjualan serta biaya-biaya ongkos yang dikeluarkan oleh pembeli waktu pembelian dan penyerahan barang. 3. Kalau barang yang dibeli musnah sebagai akibat yang ditimbulkan oleh cacat yang tersembunyi, maka penjual tetap wajib mengembalikan harga penjualan kepada pembeli. Terkecuali apabila penjual telah minta diperjanjikan tidak menanggung sesuatu apapun dalam halnya cacat tersembunyi pada barang yang dijualnya pasal 1506, maka itu berarti bahwa adanya cacat tersembunyi pada barang yang dibelinya menjadi risiko pembeli sendiri.

2.3. Sanksi

Dokumen yang terkait

Efektivitas Pelaksanaan Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (Studi Kasus Di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Medan)

3 85 96

Kendala-Kendala Yang Dihadapi Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Dalam Mengimplementasikan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999

6 80 130

Mekanisme Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Produk Cacat Dalam Kaitannya Dengan Tanggung Jawab Produsen

0 46 132

Perlindungan hukum bagi konsumen Muslim terkait penyelesaian sengketa sebelum dan sesudah disahkannya undang-undang nomor 33 tahun 2014 tentang janinan produk halal

2 76 0

MEDIASI DAN KONSUMEN “Studi Tentang Peran Mediator Dalam Penyelesaian Sengketa Konsumen Mediasi Dan Konsumen Studi Tentang Peran Mediator Dalam Penyelesaian Sengketa Konsumen Oleh Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Di Semarang.

0 2 19

KAJIAN TERHADAP PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM PENGGANTIAN KERUGIAN SEBAGAI AKIBAT PENGGUNAAN JASA PENGIRIMAN BARANG DALAM PENYELESAIAN SENGKETA DI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN KOTA SURABAYA.

0 0 13

ANALISIS TENTANG ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERLINDUNGAN KONSUMEN : STUDI TENTANG EFEKTIFITAS BADAN PENYELESAIAN SENGKETA PERLINDUNGAN KONSUMEN

0 0 13

PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN MELALUI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) SEBAGAI EKSISTENSI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) DI SURAKARTA

0 0 17

KENDALA PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN MELALUI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK)

0 1 20

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK YANG CACAT BARANG (Studi kasus di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Surabaya)

0 0 34