45
yang dilanggar adalah norma kontraktual. Pada gugatan yang didasarkan pada wanprestasi, konsumen penggugat tidak perlu membuktikan adanya
kesalahan tergugat sehingga ia wanprestasi. Jadi, cukup dengan menunjukkan bukti-bukti bahwa produsen tergugat telah tidak melaksanakan kewajibannya
dengan baik. Hal inilah yang membedakan proses penyelesaian sengketa produk cacat dengan sengketa yang lain pada umumnya.
Namun demikian, penyelesaian sengketa yang timbul dalam dunia bisnis merupakan masalah tersendiri, karena apabila para pelaku bisnis
menghadapi sengketa tertentu, maka dia akan berhadapan dengan proses peradilan yang berlangsung lama dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit,
sedangkan dalam dunia bisnis, penyelesaian sengketa yang dikehendaki adalah yang dapat berlangsung cepat dan murah. Disamping itu, penyelesaian
sengketa dalam dunia bisnis diharapkan sedapat mungkin tidak merusak hubungan bisnis selanjutnya dengan siapa dia pernah terlibat suatu sengketa.
Hal ini tentu sulit ditemukan apabila pihak yang bersangkutan membawa sengketanya ke pengadilan, karena proses penyelesaian sengketa melalui
pengadilan litigasi, akan berakhir dengan kekalahan salah satu pihak dan kemenangan pihak lainnya.
3.2. Penyelesaian Sengketa Di luar Pengadilan.
Menurut pasal 19 ayat 1 jo pasal 23 UUPK, “Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, danatau kerugian
konsumen akibat mengkonsumsi barang danatau jasa yang dihasilkan atau
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
46
diperdagangkan”. “Apabila pelaku usaha yang menolak danatau tidak memberi tanggapan danatau tidak memenuhi ganti rugi atas tuntutan konsumen, dapat
digugat melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK”. Sedangkan menurut pasal 47 UUPK, “Penyelesaian sengketa konsumen di
luar pengadilan diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi danatau mengenai tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan
terjadi kembali atau tidak akan terulang kembali kerugian yang diderita oleh konsumen”.
Penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau Alternative Dispute Resolution ADR dapat ditempuh dengan berbagai cara. Adapun cara tersebut dapat berupa
arbitrase, mediasi, konsiliasi, ministrial, summary jury trial, settlement conference serta bentuk lainnya.
33
Sedangkan dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, arbitrase dibedakan dari Alternatif
Penyelesaian Sengketa, karena yang termasuk dalam alternatif penyelesaian sengketa hanya konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi dan penilaian ahli.
Dari sekian banyak cara penyelesaian sengketa di luar pengadilan, UUPK hanya memperkenalkan 3 tiga macam yaitu ; arbitrase, konsiliasi, dan mediasi yang
merupakan bentuk atau cara penyelesaian sengketa yang dibebankan menjadi tugas
33
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, op.cit. hal. 233
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
47
BPSK. Adapun tugas dan wewenang BPSK dapat dilihat dalam pasal 52 UUPK, yaitu meliputi:
a. Melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen, dengan