25
BAB II BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM
BAGI KONSUMEN TERHADAP PRODUK YANG CACAT BARANG
2.1. Produk Cacat Barang
Setiap orang sebagai individu pada suatu waktu, dalam posisi tunggal maupun berkelompok bersama orang lain dalam keadaan apapun pasti menjadi
konsumen untuk suatu produk barang atau jasa tertentu. Keadaan yang universal ini, pada satu sisi memberikan manfaat bagi konsumen karena kebutuhan akan barang
danatau jasa yang dinginkan dapat terpenuhi, namun pada beberapa sisi menunjukkan adanya berbagai kelemahan yang berposisi sebagai konsumen,
sehingga tidak mempunyai kedudukan yang aman. Oleh karena itu secara mendasar konsumen juga membutuhkan perlindungan
hukum yang sifatnya universal juga. Mengingat lemahnya kedudukan konsumen pada umumnya dibandingkan dengan kedudukan produsen yang relatif lebih kuat
dalam banyak hal, maka dalam hal ini diperlukan adanya suatu perlindungan terhadap konsumen, dalam pembahasan ini ditekankan pada perlindungan konsumen
terhadap produk yang cacat barang. Suatu barang danatau jasa dapat dikategorikan sebagai produk cacat, apabila
produk itu tidak aman dalam penggunaannya, tidak memenuhi syarat-syarat keamanan tertentu sebagaimana diharapkan orang, dengan mempertimbangkan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
26
berbagai keadaan, terutama tentang penampilan produk, kegunaan yang sepatutnya diharapkan dari produk, dan saat produk itu diedarkan.
Suatu produk dapat dikatakan tidak aman dalam penggunaannya apabila produk tersebut tidak dapat memenuhi tujuan pembuatannya, baik karena
kesengajaan, atau kealpaan dalam proses produksinya maupun disebabkan hal-hal lain yang terjadi dalam peredarannya, atau tidak menyediakan syarat-syarat
keamanan bagi manusia atau harta benda mereka dalam penggunaannya, sebagai layaknya diharapkan orang.
Jadi yang menjadi hal utama dalam produk cacat adalah aspek keamanan dan keselamatan produk tersebut dan kerugian yang ditimbulkan di pihak konsumen
terutama yang disebabkan oleh adanya cacat dalam pemenuhan persyaratan keamanan dan keselamatan produk yang bersangkutan bagi kosumen.
Untuk mengetahui kapan suatu produk mengalami cacat, serta berkenaan dengan masalah cacat produk yang menyebabkan produsen harus bertanggung jawab
dikenal tiga macam, yaitu kesalahan produksi, cacat desain, dan informasi yang tidak memadahi yang selanjutnya dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Kesalahan produksi.
Kesalahan produksi ini dapat dibedakan atas dua bagian, yaitu pertama adalah kesalahan yang meliputi kegagalan proses produksi, pemasangan produk,
kegagalan pada sarana inspeksi, apakah karena kelalaian manusia atau ketidakberesan pada mesin dan yang serupa dengan itu, sedangkan yang kedua
adalah produk-produk yang telah sesuai dengan rancangan dan spesifikasi yang dimaksudkan oleh pembuat, namun terbukti tidak aman dalam pemakaian
normal.
b. Cacat desain.
Pada cacat desain ini, cacat terjadi pada tingkat persiapan produk. Hal ini terdiri atas desain, komposisi atau konstruksi.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
27
c. Informasi yang tidak memadai.
Informasi yang tidak memadai ini berhubungan dengan pemasaran suatu produk, dimana keamanan suatu produk ditentukan oleh informasi yang diberikan kepada
pemakai yang berupa pemberian label produk, cara penggunaan, peringatan atas resiko tertentu atau hal lainnya sehingga produsen pembuat dan supplier dapat
memberikan jaminan bahwa produk-produk mereka itu dapat dipergunakan sebagaimana dimaksudkan. Dengan demikian, produsen berkewajiban untuk
memperhatikan keamanan produknya.
20
Salah satu contoh peristiwa yang pernah terjadi dan merupakan kasus penggunaan produk yang cacat barang yaitu pembelian telepon genggam buatan
salah satu merk tiongkok. Sebagaimana penulis dapatkan data di BPSK, pihak konsumen pembeli produk tersebut mendapati barang yang dibelinya terdapat
kekurangankecacatan dibagian tutup belakang. Hal ini mengakibatkan terganggunya fungsi penggunaan daripada produk tersebut. Atas kecacatan pada produk yang
dibelinya, akhirnya pihak konsumen komplain kepada pihak pelaku usaha dalam kasus ini penjual telepon genggam dengan meminta penggantian produk sejenis
yang baru dan tidak ada kecacatan. Akan tetapi, pihak pelaku usaha menolak dengan alasan bahwa produk yang
dijualnya berkondisi normal serta menuduh bahwa kecacatan tersebut disebabkan oleh pihak konsumen itu sendiri. Karena pihak konsumen merasa tidak puas dan
dirugikan, akhirnya diadukan ke BPSK. Oleh BPSK ditentukan terlebih dahulu cara penyelesaiannya dengan
dimusyawarahkan kedua belah pihak yang bersengketa. Setelah dimusyawarahkan, akhirnya ditemukan kesepakatan bahwa masalah tersebut diselesaikan dengan cara
20
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, op.cit. hal 160-161
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
28
mediasi. Adapun proses penyelesaiannya yaitu dengan memanggil kedua belah pihak yang bersengketa.
Setelah diadakan mediasi, ditemukan kesepakatan bahwa pihak pelaku usaha bersedia mengganti produk yang cacat tersebut yang produk sejenis yang baru. Hal
ini disebabkan karena ditemukan bukti bahwa kecacatan disebabkan oleh pihak penjual karena bermaksud mendapatkan keuntungan lebih dengan
mengurangimenukar beberapa bagian dari produk yang dijualnya ketika proses penjualan berlangsung dan tanpa sepengetahuan dari konsumen pembelinya.
Menurut UUPK pasal 8, seorang pelaku usaha dalam kasus ini penjual telepon genggam dilarang memproduksi danatau memperdagangkan barang dengan
kriteria sebagai berikut: a.
Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih, atau netto, dan jumlah dalam
hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut; c.
Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya;
d. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan, dan kemanjuran
sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket, atau keterangan barang danatau jasa tersebut;
e. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya, mode,
atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan barang danatau jasa tersebut;
f. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan,