Menurut gambar ini model di atas menunjukan bahwa stimulus atau pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan berupa pesan ” Merokok
Dapat Menyebabkan Kanker, Serangan Jantung, Impotensi Dan Gangguan Kehamilan Dan Janin ” pada label rokok. Mungkin diterima atau mungkin saja
terjadi penolakan. Dalam tahapan berikutnya bila komunikan menerima stimulus atau pesan yang disampaikan, maka akan memperhatikan. Proses selanjutnya
komunikan tersebut mengerti dari pesan yang yang telah disampaikan. Dan proses terakhir adalah kesediaan diri komunikan untuk mengubah sikap yang
menandakan keberhasilan dalam proses komunikasi. Effendy, 2003:256 .
2.3 Teori Disonansi
Teori Disonansi beranggapan bahwa dua elemen pengetahuan ” merupakan hubungan yang disonan tdak harmonis apabila, dengan
mempertimbangkan dua elemen itu sebdiri, pen gamatan satu elemen akan mengikuti elemen satunya’’ Festiger,1957, 165 Sebagaimana teori-teori
konsisten lainnya, teori ini berpendapat bahwa disonansi, ’’ karena secara psikologis tidak nyaman, maka maka akan memotivasi seseorang ubtuk berusaha
mengurangi disonansi dan mencapai harmonikeselarasan’’ dan ’’ selain upaya- upaya itu orang juga akan mengurangi secara aktif menolak situasi-situasi dan
informasiyang sekitarnya akan meningkatkan disonansi. Dalam disonansi kognitif elemen-elemen yang dipermasalahkan mungkin
adalah 1 tidak relevan satu sama lain, 2 kosisten satu sama lain Festinger, harmoni, atau 3 tidak konsisten satu sama lain. disonansitidak harmonis,
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dalam istilah Festinger, harmoni. Hubungan tidak selalu dikaitkan secara logis dengan konsistensi atau inkonsistensi. Beberapa konsekuensi yang mulai menarik
muncul dari teori disonansi, khususnya di bidang-bidang pengambilan keputusan dan permainan peranrole playing. fokus buku ini adalah pada cara manusia
menggunakan informasi, dan teori disonansi penting sekali dalam hal itu. Karena terjadi ketidaksesuaian antara pengetahuan dan perilaku. Dalam arti Dia tahu
bahwa merokok itu berbahaya, tetapi orang tersebut tetap merokok Dalam pengambilan keputusan, disonansi diprediksi akan muncul karena
alternatif pilihan yang ditolak berisi fitur-fitur yang akan mengakibatkan ia diterima, dan alternatif pilihan yang Ia pilih berisi fitur-fitur yang akan
mengakibatkan Ia ditolak Dengan kata lain, semakin sulit sebuah keputusan, maka akan semakin besar disonansi setelah keputusan diambil disonansi pasca-
keputusan. Selain itu, semakin besar disonansi setelah keputusan itu maka semakin besar pula disonansi pasca-keputusan. Seperti halnya dengan
permasalahan yang diteliti oleh peneliti yaitu ” Ketidak sesuaian tingkat pengetahuan dengan sikap perokok terhadap pesan larangan pada label bungkus
rokok. Karena para perokok sebenarnya paham dengan isi pesan larangan tersebut. Akan tetapi perokok tersebut tetap mengambil keputusan untuk tetap
merokok. Karena terdapat bukti perubahan daya tarik alternatif pilihan setelah
keputusan diambil, dengan kata lain, setelah setelah keputusan yang diambil diantara banyak alternatif pilihan yang dirangking sesuai dengan keinginan
dibandingkan ketika Ia belum diputuskan untuk dipilih. Dan alternatif lainnya
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
yang ditolak tampak memang tidak sesuai dengan keinginan kita dibandingkan sebelum keputusan untuk memilih diambil Brehm,1956, 166. Jadi keputusan
yang diambil perokok untuk tetap merokok, dikarenakan pesan peringatan bahaya merokok pada label bungkus rokok tidak sesuai dengan apa yang di inginkan
perokok tersebut. Sehingga Ia mengabaikan pesan tersebut dan tetap merokok. Teori merumuskan bahwa ketika seseorang ditempatkan pada pada sebuah
situasi di mana dia harus berperilaku di depan umum yang bertentangan dengan sikapnya pribadi, maka dia mengalami disonansi dari pengetahuan tentang fakta
tersebut. Situasi semacam itu sering terjadisebagai akibat dari kelompok untuk menyesuaikan terhadap sebuah norma yang tidak terlalu di setujuinya.
Apabila seseorang menunjukkan tindakan di depan umum yang tidak konsisten dengan sikapnya sendiri, diprediksikan akan terjadi disonansi. Satu cara
mengatasi disonansi antara tingkat pengetahuan dan sikap perokok terhadap pesan peringatan bahaya merokok pada label bumgkus rokok, adalah mengubah sikap
diri untuk disesuaikan dengan perilaku publik. Apabila ada janji penghargaan atau ancaman hukuman yang cukup besar, seseorang dapat selalu merasionalisasi
perilaku publik yang tidak cocok dengan keyakinan atau sikapnya. misalnya saya melakukannnya demi uang” atau ” siapa pun akan melakukan hal yang sama kalau
diancam seperti itu ”.
2.4 Tingkat Pengetahuan