Implementasi Hari Kedua Implementasi
merasa “sejuk, tenang, dan indah”. Berbeda dengan gambar kebun kosong tanpa ada tanaman, secara umum siswa mengungkapkan bahwa merasa “panas dan gersang”.
Seluruh siswa kelas III A secara kompak memilih gambar kebun yang terdapat berbagai tanaman dari pada gambar kebun tanpa ada tanaman. Siswa memilih gambar
kebun yang terdapat berbagai tanaman dengan alasan merasa sejuk. Siswa berinisial G juga menjelaskan perbedaan kondisi lahan yang ada tanamannya dengan lahan
yang tidak ada tanamannya. G memberikan contoh kondisi di depan kelas III A yang terdapat beberapa tanaman dengan kondisi di depan sekolah yang merupakan lahan
kosong tanpa ada tanaman yang rindang. G menyatakan bahwa dirinya merasa “panas” ketika berada di lahan kosong tersebut.
Peneliti selanjutnya melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai kegiatan yang akan siswa lakukan ketika melihat gambar kebun yang kosong tanpa ada
tanaman. Siswa berinisial C menjawab bahwa dirinya akan menanami lahan tersebut dengan tanaman agar terasa lebih sejuk. Jawaban C kemudian dilengkapi oleh L yang
menjelaskan bahwa tanaman bisa menghasilkan oksigen sehingga apabila kita berada di bawah pohon rindang bisa merasa sejuk. Peneliti kemudian memberikan penguatan
terhadap jawaban siswa mengenai pentingnya tumbuhan untuk kehidupan manusia. Kegiatan menampilkan gambar kebun kosong tanpa ada tanaman dan gambar
kebun yang terdapat berbagai tanaman serta kegiatan tanya jawab mengenai isi gambar tersebut merupakan wujud pelaksanaan RPP yang sesuai dengan Paradigma
Pedagogi Reflektif PPR yaitu konteks. Melalui kegiatan tersebut siswa mengubungkan pengalaman awal siswa dengan pembelajaran sebelumnya untuk
menggali pengalamannya Subagya, 2010. Siswa lebih mudah memahami konteks pembelajaran yang lebih nyata.
Setiap siswa dalam kelompok kemudian membaca dan mempelajari panduan eksperimen “Fungsi Akar”. Waktu yang digunakan untuk membaca dan mempelajari
panduan eksperimen adalah 10 menit. Peneliti kemudian memberikan arahan tentang kegiatan eksperimen yang akan dilakukan. Setiap kelompok kemudian ke luar kelas
menuju halaman depan kelas III A sesuai dengan instruksi peneliti. Siswa kemudian duduk melingkar dan peneliti berada di tengah-tengah lingkaran untuk bersiap
melakukan demonstrasi. Peneliti mengajak 3 siswa berinisial R, D, dan G untuk membantu peneliti
melakukan demonstrasi eksperimen “Fungsi Akar”. Siswa berinisial R membantu membacakan langkah kegiatan dalam panduan eksperimen. Siswa berinisial D dan G
membantu peneliti melaksanakan langkah dalam kegiatan eksperimen. Peneliti kemudian memberikan kesempatan kepada siswa yang belum jelas untuk bertanya.
Namun, tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan. Setiap kelompok kemudian menerima alat dan bahan yang sudah peneliti siapkan sebelumnya.
Setiap kelompok kemudian memulai eksperimen “Fungsi Akar” sesuai dengan instruksi peneliti. Waktu yang digunakan dalam melakukan eksperimen adalah 30
menit. Kerjasama setiap siswa dalam kelompok terlihat pada saat siswa saling membagi tugas. Dua siswa membacakan panduan eksperimen dan siswa lain
menjalankan langkah yang terdapat dalam panduan eksperimen. Siswa secara bebas menentukan pot yang berisi padi satu rumpun maupun pot yang berisi satu tangkai
padi. Kelompok 3 menjadi kelompok pertama yang selesai melakukan eksperimen “Fungsi Akar”. Kelompok 5, 2, 1, dan 4 berturut-turut menjadi kelompok selanjutnya
yang berhasil melakukan eksperimen. Posisi duduk siswa yang melingkar sesuai dengan kelompok dan posisi peneliti
yang berada di tengah-tengah kelompok membuat peneliti lebih leluasa dalam melihat dan mengamati kegiatan siswa pada saat melakukan eksperimen. Seluruh
kelompok melakukan eksperimen sesuai dengan panduan eksperimen. Kegaduhan siswa bisa teratasi dengan sistem poin yang telah peneliti sampaikan pada awal
pembelajaran. Melalui kegiatan eksperimen ini siswa mendapatkan pengalaman langsung. Pengalaman ini membantu siswa memahami kenyataan lebih luas dan lebih
mendalam Subagya, 2010. Validasi kualitas panduan eksperimen kembali dilakukan pada saat siswa
melakukan eksperimen “Fungsi Akar”. Peneliti melakukan tanya jawab dengan setiap siswa kelas III A secara acak. Secara umum, siswa kelas III A bisa melakukan
eksperimen “Fungsi Akar” sesuai dengan panduan eksperimen. Bahasa yang digunakan dalam panduan eksperimen mudah dibaca dipahami oleh siswa. langkah
kegiatannya pun tertulis dengan jelas. Panduan eksperimen tersebut dapat dikatakan “layak” digunakan sebagai uji lapangan.
Setiap kelompok kemudian membersihkan alat dan bahan yang digunakan dalam eksperimen “Fungsi Akar”. Pembelajaran selanjutnya berlangsung di dalam
kelas. Setiap kelompok kemudian menyampaikan hasil eksperimen “Fungsi Akar”. Seluruh kelompok berhasil melakukan eksperimen sesuai dengan panduan
eksperimen dan demonstrasi yang dilakukan peneliti. Siswa berinisial R dari kelompok 1 bercerita bahwa dirinya bersama kelompok bisa membedakan pot yang
berisi satu rumpun padi dengan pot yang berisi satu tangkai padi. R menjelaskan bahwa pot yang berisi satu rumpun padi dan dituangi air, air yang bocor dari pot
lajunya lambat. Sedangkan pot yang berisi padi satu tangkai dan dituangi air, air yang bocor lajunya lebih cepat. Volume air yang dikeluarkan dari pot yang berisi satu
tangkai padi lebih banyak dari pada volume air yang dikeluarkan dari pot berisi satu rumpun padi.
Ketika peneliti bertanya kepada siswa “mengapa volume air dari kedua pot bisa berbeda?”, siswa berinisial S menjawab bahwa kandungan akar satu rumpun padi
lebih banyak dari pada kandungan akar pada satu tangkai padi. Fungsi akar sendiri adalah untuk mengikat air. Peneliti merasa takjub dengan jawaban S karena bisa
menjawab dengan tepat. Seluruh siswa kelas III A setuju dengan jawaban S. Peneliti kemudian memberikan penguatan terhadap jawaban siswa dan mengarahkan siswa
terhadap pentingnya tumbuhan di sekitar kita. Siswa selanjutnya mengerjakan Lembar Kerja Siswa LKS. Kegiatan ini
dilakukan untuk mengetahui kemampuan dan keterampilan yang telah dimiliki siswa Subgya, 2010. Dalam LKS tersebut siswa menuliskan 4 manfaat yang didapatkan
setelah merawat tumbuhan. Setelah selesai, LKS dikumpulkan di meja guru. Peneliti kemudian mengajak siswa untuk mengekspresikan perasaan terhadap lingkungan
melalui karya seni berupa poster atau puisi. Peneliti menampilkan contoh poster dan puisi yang merupakan karya rekan peneliti. Siswa diberi keluluasaan untuk memilih
karya seni yang hendak mereka buat. Seluruh siswa kelas III A memutuskan untuk membuat karya seni berupa poster. Siswa kemudian membuat poster pada kertas
HVS A4 yng telah dibagikan peneliti. Poster yang siswa buat kemudian diwarnai menggunakan alat pewarna yang telah siswa bawa. Pembuatan poster ini berlangsung
dalam waktu 15 menit, namun beberapa siswa meminta waktu tambahan. Peneliti akhirnya memperbolehkan siswa yang posternya belum selesai untuk menyelesaikan
dirumah. Poster kemudian bisa dikumpulkan pada hari sabtu. Pelaksanaan eksperimen “Fungsi Akar” di kelas III A merupakan hal baru.
Siswa merasa senang dan tertarik untuk membuktikan fungsi akar dan memahami pentingnya tumbuhan bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Ekperimen mudah dilakukan karena alat dan bahannya mudah didapatkan. Selain itu, panduan eksperimen menggunakan bahasa yang mudah dipahami siswa serta langkah
kegiatannya tertulis jelas. Peneliti menghubungkan hasil eksperimen “Fungsi Akar” dengan hasil eksperimen “Penyebab Banjir” yang telah dilakukan sehari sebelumnya.
Peneliti memberikan pesan bahwa pentingnya tanaman di lingkungan sekitar selain sebagai objek yang memperindah lingkungan, melainkan juga untuk menjaga
kelestarian lingkungan. Apabila lingkungan lestari dan sehat, hidup manusia dan makhluk hidup lainnya juga akan lebih baik.
Kegiatan refleksi dilakukan untuk mengetahui perasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Kegiatan refleksi memperkuat dan mendorong tindakan yang
akan dilakukan setelah mempelajari materi pembelajaran Subagya, 2010. Berbagai aksi akan dilakukan siswa setelah mengikuti pembelajaran “Fungsi Akar” ini.
Beberapa siswa ingin menanam tanaman di sekitar rumah mereka dan siswa yang lain akan rajin menyiram tanaman yang ada di sekitar rumah. Peneliti mendukung aksi
yang akan dilakukan siswa dan memberikan pesan untuk merawat tanaman yang ada di lingkungan sekitar siswa. Peneliti juga mengingatkan siswa untuk rutin menjalan
program “SEMUTLIS” yang sudah berlaku di sekolah untuk merawat tanaman dan lingkungan sekolah.
Siswa kemudian mendapatkan tugas untuk melakukan
peer tutoring
seperti tugas pada hari sebelumnya.
P eer tutoring
bisa dilakukan kepada siapapun boleh orang terdekat siswa seperti ayah, ibu, kakak, adik, nenek, kakek, dan seterusnya. Hal
yang disampaikan dalam
peer tutoring
adalah pengalaman siswa setelah mengikuti pembelajaran “Fungsi Akar”. Hasil dari
peertutoring
pada pertemuan pertama dan kedua dikumpulkan pada hari sabtu. Pelaksanaan penelitian pada hari kedua dapat
dilihat secara umum pada gambar 4.16.
Gambar 4.16 Proses Pelaksanaan Penelitian Hari Kedua
Kegiatan eksperimen dalam implemntasi hari pertama dan hari kedua merupakan wujud terlaksananya model
Conservation Scout
. Siswa belajar memahami dan mengembangkan sikap sadar terhadap faktor penyebab banjir melalui kegiatan
eksperimen “Penyebab Banjir”. Sedangkan eksperimen “Fungsi Akar” membantu siswa dalam memahami dan mengembangkan sikap sadar siswa terhadap pentingnya
tumbuhan bagi kehidupan manusia dan lingkungan sekitar. Sesuai dengan pandangan Vygotsky,
kegiatan pembelajaran
secara berkelompok
membantu siswa
mengembangkan sikap kerjasama dalam memahami materi pembelajaran. Kegiatan eksperimen juga menambah pengalaman yang dialami dalam diri siswa sehingga
siswa dapat bermain sambil belajar sesuai dengan padangan Maria Montessori. Kegiatan refleksi melalui kegiatan mewarnai, membuat poster, atau puisi membantu
siswa mengungkapkan perasaannya setelah mengikuti pembelajaran. Kegiatan
peer
tutoring
yang dilakukan siswa mendorong terwujudnya aksi yang dilakukan setelah siswa memperoleh pengetahuan dan pengalaman selama pembelajaran.
Implementasi hari pertama dan hari kedua merupakan wujud terlaksananya pendidikan Emansipatoris. Pendidikan Emansipatoris memiliki tiga kunci utama,
yaitu humanisasi, kesadaran kritis, dan mempertanyaan sistem Winarti dan Trianggadewi, 2015: 53. Dialog nyata yang dilakukan peneliti dan siswa merupakan
usaha untuk mewujudkan realitas hal yang dipelajari. Siswa bersama peneliti bersama-sama menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapi dalam
pembelajaran. Dialog yang dilakukan peneliti dan siswa mendorong terwujudnya kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis ini terwujud pada saat
kegiatan tanya jawab yang dilakukan peneliti bersama siswa. Kemampuan berpikir kritis membuat siswa membuat suatu keputusan Winarti
dan Trianggadewi, 2015: 53. Kemampuan berpikir kritis mewujudkan proses humanisasi, yaitu terwujud pada saat proses pembagian kelompok. Peneliti
membebaskan siswa memilih anggota kelompok, namun ada beberapa siswa yang tidak ingin bergabung dengan teman yang lain. Peneliti kemudian memberikan
pengertian dan pesan agar dapat menghargai orang lain, sehingga siswa tersebut mau bergabung dengan temannya. Proses humanisasai yang lain terlihat pada saat siswa
bersedia membawa alat dan bahan yang dibutuhkan dalam eksperimen. Siswa menyadari bahwa ketersediaan alat dan bahan tersebut mendukung jalannya
eksperimen. Tanggung jawab siswa dalam menjalankan tugas yang telah disepakati PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam kelompok juga wujud upaya menghargai teman dalam satu kelompok. Siswa menyadari pentingnya kerjasama dalam melakukan eksperimen.
Proses humanisasi terwujud ketika siswa menentukan aksi setelah melakukan refleksi atas pengalamannya dalam melakukan eksperimen. Peneliti memberikan
pilihan kepada siswa untuk membuat poster atau puisi tentang lingkungan. Seluruh siswa memutuskan untuk membuat poster tentang lingkungan. Poster tersebut
kemudian digunakan siswa dalam proses
peer tutoring
. Siswa secara bebas menentukan orang yang diajak untuk berbagi pengalaman setelah melakukan
eskperimen “Penyebab Banjir” maupun “Fungsi Akar”. Selain itu, proses humanisasi juga terlihat pada saat siswa dan guru menghadapi
K, siswa yang memiliki emosi kurang stabil. Guru dan teman-teman K akan memberikan kesempatan kepada K untuk meluapkan emosinya ketika marah atau
mencegah K marah dengan tidak mengganggu K. Pendidikan Emansipatoris membantu seseorang menyadari keberadaannya dalam lingkungannya, kemudian
mengambil keputusan yang nyata dalam lingkungan tersebut Winarti dan Trianggadewi, 2015: 53.
Implementasi Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan tersebut juga berlandaskan pada 10 prinsip pengembangan menurut Tomlinson
2005. Pembelajaran yang dilakukan memicu rasa ingin tahu siswa, terbukti ketika siswa mau membaca panduan eksperimen “Penyebab Banjir” dan “Fungsi Akar”.
Melalui panduan eksperimen dan kegiatan eksperimen mendorong siswa berpikir kritis dan memicu rasa bahagia di dalam diri siswa, terlihat pada kesan bahagia dari
raut wajah siswa ketika melakukan eksperimen. Panduan eksperimen tersebut membuat siswa tertarik untuk mencoba melakukan eksperimen karena bagi siswa
kelas III A, eksperimen tersebut merupakan eksperimen baru dan belum pernah dilakukan. Siswa dapat melakukan eksperimen “Penyebab Banjir” dan “Fungsi Akar”
sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat pada panduan eksperimen. Kepercayaan diri siswa semakin berkembang dengan melakukan eksperimen sesuai
dengan panduan eksperimen. Impelementasi Materi Pendidikan Kesadaran dan Kepedulian Lingkungan
dilaksanakan sesuai dengan kondisi siswa baik tingkat kemampuan intelektual, emosional, maupun latar belakang sosial dan ekonomi yang dimiliki siswa. Topik
yang dibahas dalam pembelajaran sesuai dengan hasil analisis kebutuhan siswa. Selain itu, implementasi dilakukan dengan memperhatikan gaya belajar siswa.
Pelaksanaan pembelajaran di dalam dan di luar kelas merupakan usaha agar siswa tidak bosan mengikuti pembelajaran, sehingga proses pembelajaran berjalan
kondusif. Materi tersebut memberdayakan kemampuan intelektual, emosional, dan
estetika yang menstimulasi perkembangan otak kanan dan otak kiri siswa. Hal ini terwujud pada saat siswa mengeskpresikan perasaannya tentang lingkungan melalui
karya seni poster atau puisi. Siswa mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru dari kegiatan eksperimen. Sikap peduli lingkungan dan berkembangnya daya
kreativitas siswa juga terwujud dalam kegiatan eksperimen tersebut. Siswa dan peneliti termotivasi untuk memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran
yang telah dilakukan sehingga bermanfaat untuk diri siswa, orang lain, dan lingkungan sekitar.