74
makna dimaknakan dengan uraian yang sering membingungkan daripada menjelaskan. Dalam hal ini Brodbeck membagi makna pada tiga corak, sebagai
berikut:
1. Makna inferensial, yaitu makna satu kata lambang adalah objek, pikiran, gagasan, konsep yang dirujuk oleh kata tersebut, dalam uraian Ogden dan
Richards 1946, proses pemberian makna reference process terjadi ketika kita menghubungkan lambang dengan yang ditunjukan lambang disebut
rujukan atau referent.
2. Makna yang menunjukan arti significance yaitu suatu istilah sejauh dihubungkan dengan konsep-konsep yang lain, contoh: benda bernyala
karena ada phlogistion, kini setelah ditemukan oksigen phlogistion tidak berarti lagi.
3. Makna intesional, yaitu makna yang dimaksud oleh seorang pemakai lambang. Makna ini tidak dapat divalidasi secara empiris atau dicarikan
rujukan. Makna ini tidak terdapat pada pikiran orang yang dimiliki dirinya saja Sobur, 2004: 262.
Berikut pembahasannya:
1. Penari Dolalak Pria menjadi Penari Dolalak Putri
Letak pergeseran maknanya adalah ketika tarian Dolalak yang di tarikan oleh penari putri menjadi lebih menarik dan pemilik sanggar mementingkan
kebutuhan pangsa pasar dengan adanya kapitalisme dalam pergeseran penari pria menjadi penari putri. Dan yang mencetuskan agar tarian Dolalak juga ditarikan oleh
penari putri adalah seorang pria yaitu Bapak Supanto Bupati Purworejo karena memang peminat menonton sebuah tarian memang ketika ditarikan oleh penari putri
dan juga secara tidak langsung mengundang perhatian masyarakat untuk ikut serta melestarikan tarian Dolalak. Secara garis besar tarian Dolalak sendiri memiliki
pergeseran dari penari Putra ke penari Putri namun setelah dianalisis dengan Roland
75
Barthes memang adanya kepentingan dari pemilik modal atau pemilik grup dari Dolalak yang lebih condong ke versi Mlaranan ini lebih mementingkan bagaimana
keuntungan dan nilai estetika dalam Dolalak, tanpa mengubah makna aslinya hanya saja penari nya bergeser dan versi Kaligesingan kurang diminati dan masyarakat
Purworejo kini lebih condong ke penari Dolalak Putri versi Mlaranan.
2. Alat Musik Pengiring
Dari alat musik tradisional dengan membawa misi berdakwah menjadi alat musik elektronik yang lebih praktis. Letak pergeseran maknanya adalah ketika
makna “tradisional” yang ingin disampaikan dengan memakai alat musik tradisional telah bergeser persepsi menjadi sebuah alat musik elektronik yang lebih “modern”.
Tradisional dan modern ini sebenarnya dapat berjalan sesuai dengan perkembangan zaman, dan suatu kesenian itu sifatnya juga tidak kaku. Namun jika dilihat dari fungsi
utamanya dan juga dilihat dari latarbelakang Dolalak yang diprakasai oleh tiga santri yaitu Rejo Taruna, Duliyat, dan Ronodimejo dari alat musik tradisional Islam seperti
bedug, kendhang, kemprang, dan jidur, tentu saja akan menjadi suatu kesalahan dalam memaknai ketradisionalan yang semula untuk berdakwah menjadi mengikuti
musik popular yang tengah berkembang pada masyarakat tahun 1960-an. Dan disaat mengikuti festival diInternasional ke 10 di Jogjakarta mendapat teguran dari panitia
penyelenggara, karena secara tidak langsung Dolalak sendiri telah bergeser maknanya.
3. Syair Lagu