19
memberi informasi. Pengelompokan bertujuan agar siswa dapat memahami puisi yang dihadapinya. Sebelum belajar di dalam kelompok, siswa berdiskusi dengan
peneliti untuk mengetahui bagaimana cara menemukan gaya bahasa, pilihan kata bernilai rasa, tema dan amanat. Di sini peneliti sebagai fasilitator.
Setelah siswa berdiskusi kelompok, siswa berdiskusi bersama kelompok lain dan bersama peneliti guna menemukan jawaban atas puisi yang didiskusikan siswa.
Setelah itu, siswa mengerjakan pekerjaan individu untuk menemukan isi puisi.
2.2 Landasan Teoretis
Landasan teoretis yang akan dipakai dalam penelitian ini meliputi, 1 pengertian puisi; 2 ciri-ciri puisi; 3 hal yang diungkap penyair dalam puisi; 4
gaya bahasa; 5 puisi dan pengajarannya; 6 membaca puisi; 7 hakikat pendekatan kontekstual; 8 karakteristik pendekatan kontekstual; 9 prinsip penerapan
pembelajaran kontekstual; 10 komponen masyarakat belajar; dan 11 pendekatan kontekstual komponen masyarakat belajar dalam pembelajaran memahami puisi.
2.2.1 Pengertian Puisi
Menurut Waluyo 2002:1, puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan
kata-kata kias imajinatif. Waluyo juga mengartikan puisi adalah karya sastra. Semua karya sastra bersifat imajinatif. Bahasa sastra bersifat konotatif karena
banyak digunakan makna kias dan makna lambang majas. Dibandingkan dengan bentuk karya sastra yang lain, puisi lebih bersifat konotatif. Bahasanya lebih
20
memiliki banyak kemungkinan makna. Hal ini disebabkan terjadinya pengkonsentrasian atau pemadatan segenap kekuatan bahasa di dalam puisi.
Struktur fisik dan struktur batin puisi juga padat. Keduanya bersenyawa secara padu bagaikan telur dalam adonan roti Reeves 1978:26. Muljana dalam Waluyo
1987:23 menyatakan bahwa puisi merupakan bentuk kesusastraan yang menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya 1951:58. Menurut Clive
dalam Waluyo 1987:23, puisi merupakan bentuk pengucapan gagasan yang bersifat emosional dengan mempertimbangkan efek keindahan.
Kata “puisi” berasal dari bahasa Yunani “poiëo” atau “poio” atau “poetës” yang berarti 1 membangun, 2 menyebabkan, menimbulkan, dan 3 membuat
puisi. “poetës” berarti pembuat puisi atau penyair Muljana dalam Baribin 1990:1. Berdasarkan pengertian kata-nya, menurut Baribin puisi berarti ucapan
yang dibuatdibangun; maksudnya ucapan yang tidak langsung. Pengertian ini merupakan lawan kebalikan dari pengertian prosa berasal dari bahasa Yunani:
oratio provorsa yang berarti ucapan langsung 1990:1. Masih menurut Baribin, puisi adalah ungkapan perasaan, kesan atau kenangan dengan pengucapan yang
memusat consentrated, padat, dan intensif. Puisi adalah cipta sastra yang berwujud larik. Baribin 1990:3.
Puisi salah sebuah karya seni sastra dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya. Puisi dapat dikaji struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi itu
adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuisian. Dapat pula puisi dikaji jenis-jenis atau ragam-ragamnya, mengingat bahwa
ada beragam-ragam puisi. Sepanjang zaman puisi selalu mengalami perubahan,
21
perkembangan. Hal ini mengingat hakikat puisi sebagai karya seni yang selalu terjadi ketegangan antara konvensi dan inovasi Teeuw dalam Baribin 1990:11.
Menurut Sayuti 1985:12 puisi merupakan hasil kreativitas manusia yang diwujudkan lewat susunan kata yang mempunyai makna. Puisi merupakan
susunan kata yang pada masing-masing baris terdapat persajakan tertentu. Sedangkan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2002:903 puisi adalah
ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Johnson dalam tarigan 1984:5, menyatakan puisi adalah peluapan
yang spontan dari perasaan yang penuh daya yang berpangkal pada emosi yang berpadu kembali dalam kedamaian
2.2.2 Ciri-ciri Puisi
Menurut Waluyo 2002:2 ciri-ciri kebahasaan puisi dibedakan menjadi lima kelompok:
a. Pemadatan Bahasa