PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN PENDEKATAN EMOTIF- IMAJINATIF MELALUI MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS VII C SMP N 2 SULANG.

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI

DENGAN PENDEKATAN EMOTIF- IMAJINATIF

MELALUI MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA

KELAS VII C SMP N 2 SULANG

Skripsi

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Retno Wulan Anggraeny 2101405618

BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii

SARI

Wulan Anggraeny, Retno. 2010. Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Dengan Pendekatan Emotif- Imajinatif Melalui Media Audiovisual Pada Siswa Kelas VII C SMP N 2 Sulang. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Drs. Mukh Doyin, M.Si., Pembimbing II Dr. Agus Nuryatin, M.Hum.

Kata kunci: keterampilan menulis puisi, pendekatan emotif- imajinatif, media audiovisual

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan penulis, keterampilan menulis puisi siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang masih rendah. Rendahnya kemampuan siswa dalam menulis puisi disebabkan oleh dua faktor. Pertama, yaitu faktor siswa. Siswa kurang minat terhadap pembelajaran menulis puisi. Kedua, yaitu faktor guru. Guru kurang kreatif dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran. Meneropong keadaan yang demikian, peneliti merasa tertantang untuk mendapatkan jalan keluar permasalahan itu. Salah satu upaya untuk dapat peneliti lakukan untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa keas VII C SMP N 2 Sulang, yaitu dengan menggunakan pendekatan Emotif- Imajinatif melalui media audiovisual.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini mengkaji dua masalah, yaitu (1) seberapa besar peningkatan keterampilan menulis puisi dengan pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual pada siswa kelas VII C SMP N2 Sulang, (2) bagaimana perubahan perilaku siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang setelah mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis puisi dengan pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual pada siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang, (2) mendeskripsikan perubahan perilaku siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang setelah mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap siklus I dan tahap siklus II. Subjek penelitian ini adalah keterampilan menulis puisi dengan pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual. Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu peningkatan keterampilan menulis puisi dan pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik tes dan nontes. Teknik tes berupa hasil tes keterampilan menulis puisi. Dan untuk teknik nontes berupa data perilaku siswa dari hasil observasi, jurnal, angket check list, wawancara, dan dokumentasi foto. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif. Kedua teknik tersebut dianalisis dengan membandingkan hasil tes siklus I dan siklus II.


(3)

iii

Berdasarkan analisis data penelitian, disimpulkan bahwa melalui pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual kemampuan menulis puisi siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang menunjukkan adanya peningkatan. Nilai rata-rata tes menulis puisi siklus I 75,09 selanjutnya pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 85,28. Setelah menggunakan pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual juga terjadi perubahan perilaku siswa. Siswa yang sebelumnya kurang bersemangat terhadap pembelajaran menulis menjadi lebih bersemangat, setelah mengikuti pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual.

Selanjutnya, dari hasil penelitian tersebut, peneliti menyarankan kepada guru bahasa dan sastra Indonesia agar menggunakan pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual pada pembelajaran menulis puisi. Bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian yang sama dengan pendekatan pembelajaran yang berbeda.


(4)

iv

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui pembimbing untuk diajukan ke sidang Panitia Ujian Skripsi.

Semarang, Maret 2010

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Mukh Doyin, M.Si. Prof.Dr. Agus Nuryatin, M.Hum. NIP 196506121994121001 NIP 196008031989011001


(5)

v

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

Pada hari : Jumat

Tanggal : 12 Maret 2010

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Rustono, M.Hum. Dra.Suprapti,M.Pd

NIP 195801271983031003 NIP195007291979032001

Penguji I

Dra. L.M. Budiyati, M.Pd. NIP 194512301976032001

Penguji II Penguji III

Prof.Dr. Agus Nuryatin, M.Hum. Drs. Mukh Doyin, M.Si. NIP196008031989011001 NIP196506121994121001


(6)

vi

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Maret 2010


(7)

vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

* Manusia dilahirkan untuk sukses, bukan gagal (Henry David Thoreau)

* Kemenangan tanpa rintangan adalah hampa. Bukanlah prestasi kalau hanya melintasi jalanan yang halus.

(Anonim)

Persembahan

Skripsi ini peneliti persembahkan untuk:

* Ibu dan Keluarga, yang selalu berikan cinta, kasih, sayang, dan semangat dengan tulus * Almamaterku


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Penulis sangat gembira serta syukur ke hadirat Ilahi dengan ucapan alhamdulillah wassyukurillah karena penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul Peningkatan Menulis Puisi Dengan Pendekatan Emotif- Imajinatif Melalui Media Audiovisual Pada Siswa Kelas VII C SMP N 2 Sulang.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Rektor UNNES, Dekan FBS, serta Ketjur, yang telah memberikan izin penelitian;

2. Drs. Mukh Doyin M.Si., dan Dr. Agus Nuryatin, M.Hum., selaku dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II yang disela-sela kesibukannya dengan penuh kesabaran, keikhlasan, dan kebijaksanaan memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis;

3. Bapak dan Ibu dosen jurusan yang telah menyebarkan benih ilmu sebagai bekal yang sangat bermanfaat;

4. Faizatul Khoeriyah, S.Ag., kepala MA Salafiyah Karang Tengah yang telah memberikan izin penelitian;

5. Slamet, S.Pd., guru bahasa dan sastra Indonesia kelas VII C yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini;

6. Siswa-siswi kelas VII C SMP N 2 Sulang yang telah menjadi responden dalam penelitian;

7. Keluarga tersayang yang selalu memberikan warna dalam hidupku; 8. Muhamad Asrory si babi moko, yang senantiasa memberi canda tawa,

kasih sayang dan perhatianya setiap detik;

9. Sahabat-sahabatku Paijo (F3), Ika, Nadia, Am2, Rosita, Erna, Wisnu,teman- teman PPL,warga kos ungu yang telah memberikan makna artinya persahabatan;


(9)

ix

10. Teman-teman PBSI angkatan 2005, khususnya alumni C paralel yang telah memberikan segala informasi;

11. Semua pihak yang telah memberi dukungan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna penyempurnaan skripsi ini. Selanjutnya, penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.


(10)

x

DAFTAR ISI

SARI ……….. ii

PERSETUJUAN ……….. iv

PENGESAHAN KELULUSAN ……….. v

PERNYATAAN ……… vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………... vii

KATA PENGANTAR ……….. viii

DAFTAR ISI ………. x

DAFTAR TABEL ………. xv

DAFTAR GAMBAR ……… xvi

DAFTAR DIAGRAM ……….. xvii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1 Latar Belakang ………. 1

1.2 Identifikasi Masalah ……… 6

1.3 Pembatasan Masalah ……… 8

1.4 Rumusan Masalah……… 8

1.5 Tujuan Penelitian ………. 9

1.6 Manfaat Penelitian……… 9

1.6.1 Manfaat Teoritis ……….. 9

1.6.2 Manfaat Praktis ……… 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN ... 11

2.1 Kajian Pustaka ………. 11

2.2 Landasan Teoretis ……… 13

2.2.1 Hakikat Menulis Kreatif ……… 14

2.2.1.1 Definisi Menulis Kreatif ………... 14

2.2.1.2 Tujuan Menulis Kreatif ... 17


(11)

xi

2.2.2.1 Pengertian Puisi ………. 20

2.2.2.2 Unsur-unsur Pembangun Puisi ……….. 21

2.2.2.2.1 Diksi ……….. …… 22

2.2.2.2.2 Pengimajian ………. 23

2.2.2.2.3 Kata Konkrit ………. 23

2.2.2.2.4 Bahasa Figuratif ……… 23

2.2.2.2.5 Versifikasi ……….……… 30

2.2.2.2.6 Tipografi………. 31.

2.2.2.2.7 Tema………...….... 32

2.2.2.2.8 Perasaan, nada, ……….…….. 33

2.2.2.2.9 Suasana……….... 34

2.2.2.2.10 Amanat ……….……… 34

2.2.2.3 Langkah-langkah Menulis Cerpen ………. 34

2.2.3 Pendekatan Emoitif- Imajinatif ………... 35

2.2.4 Hakikat Media... 41

2.2.5 Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Emoitif- Imajinatif…… 44

2.2.6 Pembelajaran Menulis Puisi Melalui Pendekatan Emotif- Imajinatif Media Audiovisual ………... 44

2.3 Kerangka Berpikir ……… 46

2.4 Hipotesis Tindakan ……….. 48

BAB III METODE PENELITIAN ... 49

3.1 Desain Penelitian ………. 49

3.1.1 Proses Tindakan Siklus I ……… 50

3.1.1.1 Perencanaan ……… 50

3.1.1.2 Tindakan ……… 51

3.1.1.3 Observasi ……….. 52

3.1.1.4 Evaluasi……….………. 52

3.1.1.5 Refleksi ……….. 53

3.1.2 Proses Tindakan Siklus II ………. 54

3.1.2.1 Perencanaan ……….. 54


(12)

xii

3.1.2.3 Observasi ……….. 55

3.1.2.4 Refleksi ………. 55

3.2 Subjek Penelitian ……….. 56

3.3 Variabel Penelitian ……… 56

3.3.1. Keterampilan Menulis Puisi ……… 57

3.3.2 Pendekatan Emotif- Imajinatif………...……… 57

3.4 Instrumen Penelitian ………. 58

3.4.1. Bentuk Instrumen ………... 55

3.4.1.1 Instrumen Tes ………. 55

3.4.1.2. Instrumen Nontes ……….. 69

3.4.1.2.1. Lembar Observasi ……….. 69

3.4.1.2.2. Pedoman Wawancara ………. 70

3.4.1.2.3. Jurnal ………. 71

3.4.1.2.4. Dokumentasi Foto ………. 72

3.4.1.2.5 Angket Check List.... 73

3.4.2 Uji Validitas ……….. 74

3.5 Teknik Pengumpulan Data ………... 74

3.5.1. Teknik Tes ………. 74

3.5.2. Teknik Nontes ……… 75

3.5.2.1. Observasi ……… 75

3.5.2.2. Wawancara ………. 76

3.5.2.3. Jurnal ……….. 76

3.5.2.4. Dokumentasi Foto ……… ……. 67

3.6 Teknik Analisis Data ………... 77

3.6.1. Teknik Kuantitatif ……….. 77

3.6.2. Teknik Kualitatif ……… 78

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 80

4.1 Hasil Penelitian ……… 81

4.1.1 Hasil Siklus I ………. 81

4.1.1.1 Hasil tes ………. 82


(13)

xiii

4.1.1.1.2 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Pengimajian …… 85

4.1.1.1.3 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek kata Konkrit…… 86

4.1.1.1.4.Hasil Tes Menulis Puisi Aspek bahasa Figuratif... 87

4.1.1.1.5 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Versifikasi…….. 88

4.1.1.1.6 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tipografi …….. 89

4.1.1.1.7 Hasil Tes Menulis Puisi AspekTema …….. 90

4.1.1.1.8 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Perasaan, Nada…. 91 4.1.1.1.9 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Suasana………… 92

4.1.1.1.10 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Amanat………. 93

4.1.1.2 Hasil Nontes ……… 94

4.1.1.2.1 Hasil Observasi ……… 94

4.1.1.2.2 Hasil Jurnal ………. 99

4.1.1.2.3 Hasil Check List ……….. 104

4.1.1.2.4 Hasil Wawancara ………. 105

4.1.1.2.5 Hasil Dokumentasi Foto ………... 108

4.1.1.3 Refleksi Siklus I ………. 113

4.1.2 Hasil Siklus II ………. 117

4.1.2.1 Hasil Tes ……… 117

4.1.2.1.1 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Diksi…………. 120

4.1.1.1.2 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Pengimajian …… 121

4.1.1.1.3 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek kata Konkrit…… 122

4.1.1.1.4.Hasil Tes Menulis Puisi Aspek bahasa Figuratif... 123

4.1.1.1.5 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Versifikasi…….. 124

4.1.1.1.6 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tipografi …….. 125

4.1.1.1.7 Hasil Tes Menulis Puisi AspekTema …….. 126

4.1.1.1.8 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Perasaan, Nada… 127 4.1.1.1.9 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Suasana………… 128

4.1.1.1.10 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Amanat………. 129

4.1.2.2 Hasil Nontes ……….. 130

4.1.2.2.1 Hasil Observasi ………... 130


(14)

xiv

4.1.2.2.3 Hasil Check List ………. 138

4.1.2.2.4 Hasil Wawancara ………... 138

4.1.2.2.4 Hasil Dokumentasi Foto ………... 141

4.1.2.3 Refleksi Siklus II ……… 147

4.2 Pembahasan ……….. 148

4.2.1 Peningkatan Hasil Tes Menulis Puisi Melalui Pendekatan Emotif- Imajinatif Dengan Media Audiovisual Pada Siswa Kelas VII C SMP N 2 Sulang ... 148

4.2.2 Perubahan Perilaku Siswa Kelas VII C pada Siswa SMP N 2 Sulang Terhadap Pembelajaran Menulis Puisi Melalui Pendekatan Emotif- Imajinatif Media Audiovisual... .... 152

BAB V PENUTUP ……… 156

5.1 Simpulan ……….. 155

5.2 Saran ……… 157

DAFTAR PUSTAKA ……….. 158


(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skor Penilaian Tes Menulis Puisi Tabel 2. Aspek Penilaian Tes Menulis Puisi

Tabel 3 Pedoman Penilaian Keterampilan Menulis Puisi Tabel 4 Hasil Tes Menulis Puisi Siklus I

Tabel 4.1 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Diksi

Tabel 4.2 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Pengimajian Tabel 4.3 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Kata Konkrit Tabel 4.4 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Bahasa Figuratif Tabel 4.5 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Versifikasi Tabel 4.6 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tipografi Tabel 4.7 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tema

Tabel 4.8 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Perasaan, Nada Tabel 4.9 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Suasana

Tabel 4.10 hasil Tes Menulis Puisi Aspek Amanat Tabel 5 Hasil Tes Menulis Cerpen Siklus II Tabel 5.1 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Diksi

Tabel 5.2 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Pengimajian Tabel 5.3 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Kata Konkrit Tabel 5.4 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Bahasa Figuratif Tabel 5.5 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Versifikasi Tabel 5.6 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tipografi Tabel 5.7 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tema

Tabel 5.8 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Perasaan, Nada Tabel 5.9 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Suasana

Tabel 5.10 hasil Tes Menulis Puisi Aspek Amanat Tabel 6 Hasil Tes Menulis Cerpen Siklus I dan Siklus II Tabel 7 Perbandingan Dokumentasi Foto Siklus I dan Siklus II


(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Gambar 2 Sikap Siswa Saat Guru Memberikan Penjelasan Gambar 3 Sikap Siswa Saat Kegiatan Imajinasi

Gambar 4 Sikap Siswa Saat Proses Penulisan Ide

Gambar 5 Sikap Siswa Membacakan Puisi di depan Kelas Gambar 6 Sikap Siswa Saat Guru Memberikan Penjelasan Gambar 7 Sikap Siswa Saat Kegiatan Imajinasi

Gambar 8 Sikap Siswa Saat Proses Penulisan Gagasan Gambar 9 Sikap Siswa Saat Kegiatan Menulis Puisi


(17)

xvii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1 Hasil Tes Menulis Puisi Siklus I

Diagram 2 Hasil Tes Keterampilan Menulis Puisi Siklus I


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar manusia untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya Manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Dalam penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 disebutkan pada hakikatnya pendidikan dalam konteks pengembangan nasional mempunyai fungsi: pemersatu bangsa, penyamaan kesempatan, dan pengembangan potensi diri. Pasal 19 ayat 1 Peraturan Pemerintah tersebut menerangkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dengan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan pengembangan fisik, serta psikologis peserta didik (Peraturan Pemerintah Nomor : 19, 2005 : Pasal 19 ayat 1). Tujuan utama pembelajaran sastra adalah agar siswa memiliki kemampuan mengapresiasi karya sastra. Apresiasi sastra adalah menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepercayaan yang baik terhadap karya sastra. Perilaku kegiatan apresiasi dapat berupa kegiatan secara langsung dan kegiatan secara tidak langsung.

Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi, sedangkan belajar sastra belajar menghargai manusia dan kemanusiaannya. Oleh karena itu, pembelajaran


(19)

Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tulisan. Serta menimbulkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia Indonesia. Menulis adalah suatu kegiatan menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan salah satu cara untuk melegakan perasaan, juga sebagai pengungkapan diri. Menulis membutuhkan ketekunan, kesabaran dan keahlian berkata-kata apa yang ditulisnya dapat dipahami orang lain. Menulis adalah sebuah eksotisme, membantu menahan derita, menanggulangi masalah dan bahkan membuatnya semakin indah.

Menulis merupakan suatu proses kreatif yang banyak melibatkan cara berpikir divergen (menyebar) daripada konvergen (memusat) siswa. Menulis tidak ubahnya melukis, siswa banyak memiliki gagasan untuk dituangkan ke dalam tulisan. Menulis juga merupakan kebutuhan utama dalam proses transfer dan pengembangan ilmu pengetahuan. Ketrampilan menulis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara tertulis untuk menyampaikan informasi suatu peristiwa sehingga timbul komunikasi.

Materi pengajaran Bahasa Indonesia terdiri atas dua jenis, yaitu materi sastra dan materi bahasa. Pengajaran sastra mempunyai peranan yang penting dalam bentuk watak, kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan bersastra pada siswa. Pengajaran sastra membuat siswa dapat mengenal dan menikmati hasil karya sastra itu sendiri. Selain itu, dalam pengajaran sastra siswa dapat menggunakan ide, gagasan, ataupun pendapat yang menjadi ekspresi siswa. Pengalaman-pengalaman tersebut akan memperkaya nuansa batin dan mampu


(20)

3

menubah pola pikiran siswa yang akhirnya dapat mempengaruhi tanggapan siswa terhadap dirinya, alam sekitar dan Sang Pencipta.

Sistem pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah-sekolah menengah belum menampakkan adanya gejala-gejala perubahan yang menuju kearah perbaikan (Afrarudin 1990 : 37). Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra yang demikian kompleks itu masih dipegang oleh seorang guru. Perlu diperhatikan dalam pengajaran sastra, seorang guru harus memperhatikan teknik mengajar yang meliputi proses pembelajaran dan materi yang diajarkan. Hal itu bertujuan untuk membantu siswa memunculkan ide-ide baru dan mewujudkan konsepsi menjadi kenyataan (Rahmanto 1988 : 37). Guru harus mampu menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan dan kondisional. Lingkungan kondisional dalam suatu aktifitas pembelajaran, meliputi beberapa penggolongan ruang kelas, sumber belajar (Depdiknas 2003 : 13), sehingga indikator dalam pembelajaran akan tercipta secara maksimal. Pentingnya pembelajaran sastra di sekolah, termasuk pembelajaran menulis puisi, guru harus berusaha untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi dengan berbagai upaya dan metode yang diajarkan. Karena pembelajaran sastra khususnya puisi sampai saat ini menghadapi sebagai masalah. Masalah yang dihadapi antara lain jumlah dan mutu buku teks yang dipergunakan, proses pembelajaran yang cenderung monoton dan hasil belajar siswa yang kurang memuaskan.

Keindahan puisi terdiri atas dan keindahan yaitu keindahan etis dan keindahan estetis. Keindahan etis yaitu keindahan yang berkaitan dengan isi yang


(21)

disampaikan oleh penyair. Keindahan estetis adalah keindahan yang ditimbulkan oleh unsur-unsur pembangun puisi (Suharianto 2006 : 6).

Keindahan puisi yang bersifat etis adalah keindahan yang berupa nilai-nilai yang ingin disampaikan penyair dalam puisinya. Nilai tersebut diperoleh diluar karya sastra atau unsure ekstrinsik. Unsur ekstrinsik puisi yang nilai didaktis atau pendidikan nilai sosial, nilai kebangsaan dan nilai ketuhanan. Keindahan puisi yang bersifat estetis adalah keindahan puisi yang bersumber dari unsur pembangunan yang berasal dari dalam puisi atau unsur instriksik. Unsur instrinsik puisi adalah tema, imajinasi, diksi, majas, rima, irama, dan suasana. Nilai ekstrinsik dan nilai instrinsik pada puisi dapat menjadikan siswa arif dan bijaksana dalam menyiapkan kehidupan.

Berkata dengan pembelajaran puisi, berdasarkan hasil observasi yang pernah dilakukan peneliti di SMP N 2 Sulang, menulis puisi telah diajarkan tetapi mengalami berbagai hambatan. Hal ini sesuai dengan keterangan yang diperoleh dari guru pengampu mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang menyatakan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menulis puisi karena belum mampu dalam menentukan tema, membayangkan hal-hal yang akan ditulis. Siswa mengalami kesulitan untuk mencari bahasa yang khas untuk mengapresiasikan apa yang dibayangkan. Kebingungan siswa merupakan suatu kendala pembelajaran menulis puisi di sekolah. Selain itu, dalam pembelajaran guru masih menggunakan metode konvensional, yaitu metode ceramah.

Proses pembelajaran sastra menulis puisi seperti itu kurang mencapai hasil yang maksimal karena siswa hanya melaksanakan tugas dari guru sehingga


(22)

5

siswa kurang kreatif, sehingga ekspersinya terbatas karena siswa hanya melaksanakan tugas dari guru. Misal, apa yang dilakukan siswa kelas VII khususnya kelas VII C pada saat mereka menerima materi yang disampaikan oleh guru, dimana pada saat guru menerangkan materi yang sedang di bahas didepan kelas, kebanyakan dari siswa hanya mengobrol dengan teman-temanya sehingga membuat kelas menjadi gaduh. Kondisi itu disebabkan didalam prose belajar mengajar hanya terjadi satu arah saja yaitu yang diberikan oleh guru. Padahal, tujuan pembelajaran sastra adalah agar siswa mampu berekspresi, menikmati dan memahami karya sastra. Selain, metode yang kurang bervariasi selama ini proses pembelajaran dilakukan tanpa memperhitungkan daya tarik siswa. Misalnya saja, dengan bantuan media audiovisual sehingga tidak membuat siswa menjadi jenuh.

Kejenuhan siswa dalam pembelajaran sastra disebabkan juga oleh kurang berminatnya siswa dalam belajar sastra. Mereka beranggapan bahwa sastra adalah pelajaran yang paling sulit, sejak awal siswa kurang tertarik pada sastra. Selain itu, peletakan jam pelajaran kurang efektif, misalnya jam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diletakkan pada jam terakhir. Hal ini kurang mendukung dalam pembelajaran karena siswa sudah lelah. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa dan Sasrtra Indonesia, guru sering berpedoman pada rencana pembelajaran yang terdahulu dan kurangnya pembangunan rencana tersebut dan pada akhirnya tidak ada unsur kreatif dalam menyampaikan materi pembelajaran.

Penilaian ini menggunakan pendekatan emotif – imajinatif dengan media audiovisual karena pendekatan dan penggunaan media tersebut merupakan


(23)

penggabungaan sistem pembelajaran yang efektif bagi siswa. Dengan menggunakan pendekatan emotif, imajinatif, dirasa cocok untuk pembelajaran menulis puisi karena pendekatan emotif – imajinatif menawarkan pembelajaran yang menekankan proses dan hasil. Tetapi jauh dari itu, siswa dianjurkan bagaimana menciptakan hubungan emosional yang baik dalam dan ketika belajar (De Porter dalam Zein, 2008 : 3).

Penelitian memilih pembelajaran menulis puisi karena sampai saat ini belum menemukan skripsi yang membahas menulis puisi melalui pendekatan emiotif – imajinatif dengan media audiovisual. Atas dasar itulah penulis mencoba membahas masalah peningkatan ketrampilan menulis dengan pendekatan emotif – imajinatif menggunakan media audiovisual diharapkan dapat memberikan pengalaman baru yang menyenangkan bagi siswa.

1.2

Identifikasi Masalah

Masalah yang muncul dalam keterampilan menulis puisi dapat dipengaruhi oleh faktor siswa, guru, dan lingkungan sekolah. Masalah yang dialami siswa yaitu masih rendahnya kemampuan menulis puisi sebagai keterampilan yang sulit dilakukan. Puisi yang dibuat siswa cenderung mampu mengungkapkan gagasan, diksi, seta rima yang dipilih kurang menarik, sehingga tidak mampu mendukung makna puisi yang ditulis.

Masalah yang dialami oleh guru yaitu pendekatan dalam pembelajaran yang digunakan guru kurang tepat. Selama ini pendekatan yang digunakan guru masih tradisional dan kurang bervariasi. Ceramah menjadi pilihan utama dalam


(24)

7

pembelajaran sehingga terkesan siswa hanya mendapatkan teori saja. Hal ini menyebabkan siswa merasa jenuh dan bosan dengan pembelajaran tersebut. Guru tidak cukup hanya menerapkan metode ceramah saja, tetapi diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang mampu merangsang kreatifitas siswa agar menggunakan ide penulisan puisi, karena kemahiran guru dalam menerapkan pembelajaran sangat mempengaruhi perilaku siswa dan juga terhadap hasil belajar siswa. Cara yang digunakan untuk mengatasi masalah-masalah ini adalah dengan mengubah pendekatan dalam pembelajaran.

Rendahnya hasil yang diperoleh siswa karena siswa tidak terbiasa dilatih menulis sastra. Mengatasi hal tersebut, guru sebaiknya membiasakan dan melatih siswa untuk menulis.

Dalam lingkungan sekolah, kurangnya pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan menulis sastra (seperti pengadaan mading tentang sastra, kegiatan perlombaan menulis sastra antar kelas, kegiatan menulis sastra) menyebabkan siswa kurang termotivasi untuk menulis sastra. Mengatasi masalah ini, guru dan pihak sekolah hendaknya sering mengadakan kegiatan ekstrakurikuler tentang kesastraan, dan menyediakan tempat untuk mengadakan mading sekolah di tempat yang strategis agar siswa tertarik dan berminat untuk ikut berpartisipasi dalam pembuatan mading sekolah.

1.3

Pembatasan Masalah

Berdasarkan masalah-masalah yang muncul dalam pembelajaran sastra khususnya dalam ketrampilan menulis. Tetapi karena adanya keterbatasan dalam


(25)

pembelian ini, maka penelitian hanya membatasi permasalahan kurangnya ketrampilan menulis puisi siswa yang disebabkan oleh kurang tepatnya dan media pembelajaran yang digunakan guru. Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti akan menerapkan emotif – imajinatif dengan media audiovisual agar dapat meningkatkan ketrampilan siswa dalam menulis puisi dan agar siswa tidak merasa bosan, jenuh dan terlibat penuh dalam proses pembelajaran. Sehingga terjadi perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis puisi melalui penerapan pendekatan emotif – imajinatif dengan media audiovisual.

1.4

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut diatas maka rumusan permasalahan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Seberapa besar peningkatan menulis puisi pada siswa kelas VII C SMP Muhammadiyah Semarang melalui pendekatan emotif – imajinatif dengan media audiovisual.

2. Bagaimana perubahan perilaku belajar siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang setelah mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan emotif – imajinatif melalui media audiovisual.

1.5

Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian adalah :

1. Mendiskripsikan peningkatan keterampilan siswa dalam menulis puisi dengan menggunakan pendekatan emotif – imajinatif melalui media audiovisual siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang.


(26)

9

2. Mendiskripsikan perubahan perilaku siswa setelah mengikuti menulis puisi dengan menggunakan pendekatan emotif – imajinatif melalui media audiovisual siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang .

1.6

Manfaat Penelitian

Peneliti berharap dari penelitian yang dilakukan ini akan diperoleh manfaat teoritis dan manfaat praktis :

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah wawasan tentang pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya pembelajaran menulis puisi.

b. Menambah teori-teori dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya pada pembelajaran menulis puisi.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi guru yaitu memberikan alternatif pemilihan pendekatan dan media pembelajaran menulis puisi dan dapat mengembangkan keterampilan guru Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya dalam menerapkan pembelajaran dengan pendekatan emotif – imajinatif melalui media audiovisual.

b. Manfaat bagi peneliti yang dapat memperkaya wawasan tentang penggunaan komponen pemodelan dengan pendekatan emotif – imajinatif melalui media audiovisual dalam pembelajaran.


(27)

c. Manfaat bagi lembaga pendidikan adalah adanya peningkatan kualitas pembelajaran keterampilan menulis puisi dengan pendekatan emotif – imajinatif melalui media audiovisual.


(28)

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS

2.1

Kajian Pustaka

Penelitian ini murni beranjak dari awal jarang ditemui karena biasanya suatu penelitian mengacu pada penelitian yang dapat dijadikan sebagai titik tolak dalam penelitian selanjutnya ( Arikunto 1997:24 ) . Peninjauan terhadap penelitian lain sangat penting sebab di gunakan untuk mengetahui revelensi penelitian yang telah lampau dengan penelitian yang akan di laksanakan. Peninjauan penelitian sebelumnya digunakan untuk membandingkan seberapa besar keaslian dari penelitian yang akan dilaksanakan.

Penelitian tindakan kelas tentang menulis puisi merupakan penelitian yang menarik. Banyaknya penelitian tenmtang menulis puisi tersebut dapat dijadikan salah satu bukti bahwa menulis puisi di sekolah – sekolah sangat menarik untuk di teliti. Penelitian melukiskan puisi telah banyak dilakukan antara lain oleh Hasyim ( 2001 ) , Fatoni ( 2002 ) , Kurnia ( 2005 ) , Fauziah ( 2006 )

Hasyim ( 2001 ) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Kemampuan Menulis puisi yang bertemakan Pengalaman Pribadi dengan Metode Karya Wisata di SMP Muhammadiyah 7 Pengandol Kendal, menunjukkan bahwakemampuan siswa dalam menulis puisi meningkat setelah digunakan metode karya wisata dalam pembelajaran menulis puisi. Selain itu, hasil penelitian


(29)

menunjukkan bahwa metode karya wisata dapat menciptakan suasana pembelajaran menjadi kondusif dan menyenangkan.

Fatoni (2002 ) menullis skripsi berjudul Kemampuan Menulis Puisi Melalui Metode Karya Wisata pada siswa kelas II MA Nahdlatus Syiban Sayung Kabupaten Demak. Penelitian Fatoni tidak jauh berbeda dengan penelitian Hasyim (2001). Hasil penelitian yang diperoleh adalah nilai rata- rata skor pada tes awal sebelum diberi perlakuan sebesar 64,2. Pada siklus I nilai rata- rata 73,5 dan pada siklus II menjadi 78,3. Ini berarti terjadi peningkatan sebesar 1,45% dari tes awal ke siklus I, sedangkan dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 1, 63 % . Penelitian ini mempunyai keterkaitan yang dilakukan oleh peneliti yaitu sama – sama meneliti tentang ketrampilan puisi, hanya saja penelitian yang di lakukan oleh Fatoni menggunakan metode karya wisata sedangkan peneliti menggunakan media audiovisual sebagai cara untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi.

Kurnia ( 2005 ) menulis skripsi berjudul Penerapan Model Pembelajaran dan sistem penilaian Berbasis Portofolio Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Puisi siswa kelas VII F SMP 40 Semarang, menunjukkan keterampilan menulis puisi kreatif puisi siswa tersebut mengalami peningkatan 30,60 % setelah mengikuti pembelajaran menulis kreatif puisi dengan model pembelajaran sistem penilaian berbasis portofolio. Hasil rata – rata tes menulis puisi pada pratindakan sebesar 59,86 % dan pada siklus I meningkat sebesar 15,27 sedangkan pada siklus II meningkat lagi sebesar 13,30 %

Fauziah ( 2006 ) menulis skripsi berjudul Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan Teknik Pengamatan Objek Secara Langsung pada siswa


(30)

13

kelas VII F SMP 16 Semarang tahun pembelajaran 2005/2006 . Menyimpulkan bahwa nilai rata – rata skor pada tes awal sebelum diberi perlakuan sebesar 64,56 %, Hingga terjadi peningkatan 59,55 % pada siklus I dan pada siklus II meningkat 8,73 %. . Dengan menghadirkan teknik objek secara langsung,ternyata kemampuan siswa dalam menulis puisi mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat setelah membandingkan hasil tes pratindakan, hasil tes siklus I, dan hasil tes siklus II. Penelitian ini mempunyai keterlibatan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu sama – sama meneliti kemampuan menulis puisi, hanya saja teknik atau pendekatannya berbeda.

Berdasarkan sumber dan penelitian yang dilakukan oleh para mahasiswa, peneliti ingin meneliti keterampilan menulis puisi dengan pendekatan sugestif-imajinatif dengan media audiovisual pada siswa SMP Mahamadiyah 3 Semarang. Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian sebelumnya merupakan penelitian tentang menulis puisi dengan metode karya wisata dan pendekatan kontekstual pada siklus I dan II dengan hasil meningkat yang menggunakan cara pembelajaran yang berbeda-beda. Sedangkan penelitian sekarang ini meneliti tentang keterampilan menulis puisi dengan pendekatan emotif imajinatif merupakan peraduan yang dapat digunakan sebagai untuk meningkatkan menulis puisi pada siswa SMP.


(31)

2.2

Landasan Teoritis

2.2.1 Hakikat Menulis Kreatif

Hakikat menulis kreatif telah banyak dikemukakan oleh beberapa ahli, baik berupa definisi dan tujuan menulis kreatif. Hal tersebut dapat dilihat dari uraian berikut ini.

2.2.1.1 Definisi Menulis Kreatif Puisi

Menulis adalah suatu kegiatan menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan. Salah satu jenis kegiatan menulis adalah menulis kreatif. Menulis kreatif pada hakikatnya dapat berupa puisi, drama, dan cerpen. Puisi menurut Waluyo (2000:78) mengemukakan bahwa puisi adalah salah satu bentuk kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa yakni dengan mengkonsentrasikan struktur fisik dan struktur batin.

Menulis kreatif memiliki kecenderungan bersifat ekspresif, sugestif, dan asosiatif. Ekspresif maksudnya adalah setiap bunyi yang dipilih, setiap kata yang dipilih, dan setiap methapor yang dihadirkan harus berfungsi bagi kepentingan ekspresi, mampu memperjelas gambaran dan mampu menimbulkan kesan yang kuat. Sugestif maksudnya adalah bersifat menyarankan dan mempengaruhi pembaca serta menyenangkan dan tidak memaksa. Asosiatif maksudnya mampu membangkitkan pikiran dan perasaan yang merambat, tetapi masih berkisar diseputar makna konvensial atau makna konotatif yang sudah lazim.

Menurut Suharianto (2005) dalam menulis karya sastra ada dua hal penting yang amat dominan dalam setiap karya sastra kepengalaman. Kedua hal


(32)

15

tersebut adalah daya imajinasi dan daya kreasi. Daya imajinasi adalah daya “membayangkan” atau “menghayalkan” segala sesuatu yang pernah menyentuh perasaan atau singgah dalam pikiranya. Sedangkan daya kreasi adalah daya “ menciptakan” sesuatu yang baru, kemampuan menghadirkan sesuatu yang lain daripada yang pernah ada. Seorang pengarang harus mampu menggabungkan imajinasi dan kreatifitas karya yang bagus.

Trianto (2002:2) menyebutkan bahwa tulisan kreatif bersifat apresiatif dan ekspresif. Apresiatif maksudnya adalah melalui kegiatan menulis kreatif orang dapat mengenali, menyenangi, menikmati, dan mungkin menciptakan kembali secara kritis berbagai hal yang dijumpai dalam teks- teks kreatif karya orang lain dengan caranya sendiri dan memanfaatkan hal tersebut dalam kehidupan nyata. Apresiatif dapat juga berarti karya sastra pada dasarnya merupakan hasil penafsiran kehidupan yang di lakukan oleh sastrawan. Ekspretif disebut dan merancang, dalam arti kita dimungkinkan mengekspresikan dan memgungkapkan berbagai pengalaman atau berbagai hal yang menggejala dalam diri kita untuk dikomunikasikan kepada orang lain melalui tulisan keratif sebagai sesuatu yang bermakna.

Menurut Roekhan ( dalam Hidayah 2007:14) proses penulisan kreatif pada hakikatnya yaitu proses penciptaan karya sastra. Proses itu dimulai dari : (1) memunculkan ide dalam bentuk penulis, (2) menangkap dan merenungkan ide tersebut, (3) mematangkan ide agar menjadi jelas dan utuh, (4) membahas ide tersebut dan merancang dan diakhiri dengan (5) menuliskan ide tersebut dalam bentuk karya sastra.


(33)

Tarigan (1986:3-4) menulis puisi sebagai salah satu aspek kemampuan bersastra merupakan suatu proses pengembangan. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan efektif. Menurut Hairston (Darmadi dalam Gamar Fauziayah 2006:15), menulis atau mengarang memiliki arti penting yaitu : 1) dapat merangsang pikiran, 2) dapat memunculkan ide baru, 3) dapat melatih kemampuan mengorganisasi dan menjernihkan berbagai konsep atau ide, 4) dapat melihat sikap objektif yang pada diri seseorang, 5) dapat membantu diri untuk menyerap dan memproses informasi, 6) akan memungkinkan untuk berlatih memecahkan beberapa masalah sekaligus, 7) dalam bidang ilmu akan memungkinkan untuk menjadi aktif dan bukan hanya menjadi penerima informasi, 8) dalam menulis fiktif memungkinkan untuk melatih emosi dalam rangka pendendalian ekspresif diri.

Ketrampilan atau kempuan menulis puisi adalah kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa yang bersifat litere (Depdiknas dalam Fauzitah 2006:16).

Menulis puisi merupakan wujud komunikasi tidak langsung (bahasa tulis) yang menekankan pada ekspresi diri, emosi, gagasan dan ide. Selain itu, ketrampilan menulis puisi merupakan proses aktivitas berfikir manusia secara produktif ekspresif serta didukung oleh proses pengetahuan, kebahasaan, dan teknik penulisan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketrampilan menulis puisi adalah kegiatan mengungkapkan pikiran dan perasaan secara apresiatif dalam bentuk puisi sebagai sesuatu yang bermakna dengan memanfaatkan berbagai pengalaman dalam kehidupan nyata.


(34)

17

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa menulis kreatif puisi adalah melahirkan pikiran atau perasaan melalui rangkaian kata yang disusun berdasarkan kreatifitas, kemampuan bahasa, dan kemampuan sastra. Menulis kreatif adalah penciptaan karya sastra yang bersifat apresiatif, ekspresif, dan kreasi yang didasarkan pada kehidupan manusia yang mempunyai nilai- nilai yang bermakna dalam kehidupan yang mengarah, dan meningkatkan kualitas hidup sebagai manusia.

2.2.1.2 Tujuan Menulis Kreatif

Setiap jenis tulisan yang dibuat mengandung beberapa tujuan. Menurut Jabrohim (2003:71) mengemukakan bahwa tujuan yang ingin dicapai oleh orang- orang yang memilih bidang sastra sebagai “ lahan” kegiatan yakni bersifat apresiatif dan ekspresif. Apresiatif maksudnya bahwa melalui kegiatan bersastra orang dapat mengenal, menyenangi, menikmati, dan memungkinkan menciptakan kembali secara kritis berbagai hal yang dijumpai dalam sastra dengan caranya sendiri, serta memanfaatkan berbagai hal tersebutdalam kehidupan nyata. Ekspresif dalam arti bahwa kita dimungkinkan mengekspresikan atau mengungkapkan berbagai pengalaman atau berbagai hal yang menggejala dalam diri kita untuk dikomunikasikan kepada orang lain melalui ( karya) sastra, sebagai sesuatu yang bermakna.

Hugo Hartig ( dalam Tarigan 1986: 24-25) mengungkapkan bahwa tujuan menulis adalah sebagai berikut:


(35)

Tujuan penugasan sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis hanya menulis karena ditegaskan, bahkan atas kemajuan sendiri.

(2) Altruistic Purpose ( tujuan alturistik)

Penulis bertujuan menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedudukan para pembaca, ingin menolong para remaja memahami, menghargai perasaan, dan penalaranya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya.

(3) Persuasive Purpose (tujuan persuasif)

Tulisan yang bertujuan menyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang di utarakan.

(4) Self-expressive Purpose ( tujuan penyesuaian diri)

Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada pembaca.

(5) Creative Purpose ( tujuan kreatif)

Tujuan tang bertujuan mencapai nilai- nilai artistik, nilai- nilai kesenian. (6) Problem Solving Purpose ( tujuan pemecahan masalah)

Dalam tulisan seperti ini penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi.

Dalam proses pengajaran, pembelajaran menulis pada dasarnya dilaksanakan untuk mencapai tujuan- tujuan berikut:

(a) mendorong siswa untuk menulis dengan jujur dan bertanggung jawab, dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa secara berhati- hati, integritas, dan sensitif.


(36)

19

(c) menghasilkan tulisan atau karangan yang bagus, tepat, jelas, dan ekonomis penggunaan bahasanya dalam membebaskan segala sesuatu yang terkandung dalam hati dan pikiran.

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan menulis kreatif adalah dengan kegiatan bersastra orang dapat mengenal, menyenangi, dan menikmati, serta menciptakan tulisan- tulisan yang lebih kreatif. Selain itu, untuk dapat mengungkapkan berbagai pengalaman yang dikomunikasikan kepada orang lain.

Tujuan lain yang erat hubungannya dengan tujuan pernyataan diri yaitu tujuan kratif. Akan tetapi keinginan kreatif di sini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistic atau seni yang ideal, seni yang menjadi idaman.

Melalui tulisannya, penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi dan meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh pembaca. Kegiatan menulis seperti ini memiliki tujuan memecahkan masalah (problem solving).

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kegiatan menulis memiliki tujuan yang beragam. Oleh karena itu, kegitan menulis menghasilkan beragam jenis tulisan sesuai dengan maksud dan tujuan penulis.

Teori tentang menulis yang akan di paparkan di sini meliputi hakekat menulis, fungsi menulis, tujuan menulis, jenis menulis dan manfaat menulis.


(37)

2.2.2 Hakikat Puisi

Teori tentang puisi yang akan dipaparkan pada bagian ini meliputi :pengertian puisi, unsur - unsur puisi, jenis puisi, aspek yang dinilai dalam penulisan puisi.

2.2.2.1 Pengertian Puisi

Waluyo (2005:2) puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya. Puisi adalah pengungkapan kembali segala peristiwa atau kejadian yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.

Badrun (1989:2) menyatakan bahwa puisi pada hakikatnya mengkomunikasikan pengalaman yang penting-penting karena puisi lebih terpusat dan terorganisasi. Pradopo (2002:12) menyatakan puisi adalah hasil kratifitas manusia yang diwujudkan lewat susunan kata yang mempunyai makna. Puisi merupakan susunan kata yang pada masing-masing baris terdapat persajakan tertentu.

Kata “puisi” berasal dari bahasa Yunani : “poieo” atau “pio” atau”poetes” yang berarti (1) membangun, (2) menyebabkan, menimbulkan, dan (3) membuat puisi. “poetes” berarti poembuat puisi atau penyair (Muljana dalam Baribin 1990:1). Menurut Baribin puisi berarti ucapan yang dibuat, maksudnya ucapan yang tidak langsung. Pengertian ini lawan dari pengertian prosa (berasal dari bahasa Yunani : oratio sprovosa) yang berarti ucapan langsung (1990:1). Masih menurut Baribin, puisi merupakan ungkapan perasaan, kesan atau kenangan


(38)

21

dengan pengucapan yang memusat, padat, dan intensif. Puisi adalah cipta sastra berwujud lirik (Beribin 1990:3).

Berdasarkan pengertian di atas, para ahli mempunyai perbedaan-perbedaan dalam memaparkan pengertian tentang puisi. Namun, kalau di pelajari lebih mendalam pendapat-pendapat itu mencerminkan sebuah karya sastra kreatif terhadap unsure-unsur yang sama, yaitu bentuk, emosi, ide, nada, imajinatif, irama, suasana kata, pemikiran, kesan, panca indra, kepadatan, kata-kata kias, dan perasaan yang bercampur baur sebagai cetusan sukma, penghayatan, terhadap pengungkapan pikiran dan perasaan sebagai alat ekspresi atau sebuah terjadi pengkonsentrasian pemadatan segala unsur. Jadi, dapat disimpulkan bahwa puisi merupakan hasil penguangakpan kembali pengalaman batin manusia, yang di wujudkan melalui bahsa yang estetis dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinya serta di padatkan kata-kata dalam bentuk teks.

2.2.2.2 Unsur-unsur puisi

Unsur-unsur puisi tidaklah berdiri sendiri tetapi merupakan sebuah struktur. Seluruh unsur merupakan kesatuan unsur yang satu dengan yang lainnya menunjukkan hubungan keterlibatan satu dengan yang lainnya. Unsur-unsur yang terdapat dalam puisi ada tiga yaitu 1) tema, 2) daya baying terdiri atas kata-kata kiasan, lambang-lambang, pigiran-piguran bahasa dan 3) rima dan irama (Suharianto (1982:49-55).

Menurut Waluyo (2000:71) puisi terdiri atas dua struktur fisik dan struktur batin. Struktur fisik puisi adalah diksi, pengimajian, kata kongret, bahasa firgurati, (majas), versifikasi, dan tata wajah (tipografi), sedangkan struktur batin puisi


(39)

meliputi tema, perasaan, nada, dan suasana, serta amanat atau pesan yang terkandung dalam puisi.

2.2.2.2.1 Unsur fisik a. Diksi

Berfield dalam Pradopo (1987:54) mengemukakan bahwa bila kata-kata di pilih di susun dengan cara yang sedemikian rupa hingga artinya menimbulkan atau di maksudkan untuk menimbulkan imajinasi estetik, maka hasilnya itu disebut diksi puitis

Waluyo (2000:66-130) mengungkapkan bahwa diksi merupakan pilihan kata. Kata-kata dalam puisi bersifat konotatif, dan bersifat puitis. Pembendaharaan kata pemyair sangat berperan dalam pemilihan kata. Kedudukan kata dalam puisi sangat menetukan makna.

Aminuddin (2002:143) mengemukakan bahwa diksi merupakan pemilihan kata untuk mengungkapkan suatu gagasan. Pemilihan kata yang ditulis dalam puisi harus dipertimbangkan maknanya, komposisi bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi. Pemilihan kata ini berbeda disebabkan oleh latar belakang social budaya, pendidikan, agama, zaman, bahkan selera penyair. Diksi yang baik harus komunikatif dengan situasi dan mencakup jenis maslaah yang akan dikemukakan serta apa tujuan pengemukakannya. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan harus memperhatikan tempat serta suasana lingkungan.


(40)

23

Berdasarkan pengertian tersebut, disimpulkan bhwa diksi merupkan pilihan yang digunakan untuk mendapatkan kepuitisan dan nilai estetik puisi. b. Pengimajian

Pengimajian adalah kata atau susunan kata yang adapat mengungkapkan pengalaman sensoris, pendengaran, dan perasaan. Pengemajian menurut Waluyo (2000:79) di bagi menjadi tiga hal yaitu imaji visual atau yang diwujudkan melalui pengalaman pendengaran, dan imaji taktik yang diwujudkan dalam cita rasa.

c. Kata Konkrit

Waluyo (2000:81) kata kongkret merupakan kata-kata yang digunakan penyair untuk menggambarkan suatu lukisan kedalaman atau suasana batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca. Kata-kata yang digunakan penyair haruslah dapat mengarah kepada arti yang menyeluruh. Dengan kata lain di perkonkret, pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair.

d. Bahasa figuratif

Pradopo (1993:62) mengemukakan bahwa bahasa figurative atau bahasa kiasan dibagi menjadi tujuh macam , yaitu; perbandingan ( simile), metafora, perumpamaan,epos (epic simile), personifikasi, metonimi, sinekdok,alegori. Perbandingan atau simile adalah bahasa kiasan yang menyamakan suatu hal dengan hal lain yang lain dengan mempergunakan kata- kata perbandingan seperti bak, sebagai, seperti, semisal,dan lain- lain. Metafora adalah bahasa kiasan yang menyamakan suatu hal dengan yang lain


(41)

tanpa mempergunakan kata pembanding. Perumpmaan epos adalah perbandingan yang dilanjutkan atau diperpanjang, yaitu dengan cara melanjutkan sifat- sifat perbandinganya lebih lanjut. Dalam kalimat- kalimat atau frase- frase yang berturut- turut. Personifikasi adalah kiasan yang mempersamakan benda dengan manusia, benda di buat benda berbuat,berpikir dan lain sebagainya seperti manusia. Metonimi adalah bahasa kiasan yang berupa penggunaan sebuah atribut sebuah objek untuk menggantikan objek tersebut. Sinekdok adalah bahasa kiasan yang menyebutkan suatu bagian yang penting dari suatu benda untuk menanamkan benda atau hal itu seniri. Alegori adalah bahasa kiasan yang mempergunakan cerita kiasan atsupun lukisan kiasan.

Menurut Suharianto (2005:32) yang dimaksud bahasa kias adalah sarana untuk mencapai efek puitis yang dapat berupa kata, frasa,ungkapan ataupun satuan sintaksis yang mempuyai makna lain dari makna harfiahnya. Fungsi bahasa kias adalah sebagai sarana mengedepankan sesuatu atau menonjolkan sesuatu dengan cara sesingkat- singkatnya, dan untuk membangkitkan tanggapan pembaca.

Dalam diksi dan gaya bahasa ( Keraf 2002:113 ) gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis ( pemakai bahasa ). Gaya bahasa sendiri menurut KBBI (2002:340 ) adalah pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu. Gaya bahasa menurut Keraf (2002:112 ) meliputi :


(42)

25

a. Gaya Bahasa Berdasarkan Pilihan Kata : 1. Gaya Bahasa Resmi

Gaya bahasa resmi adalah gaya bahasa dalam bentuk yang lengkap, yang dipergunakan dalam kesempatan-kesempatan yang sermi. Gaya bahasa ini dipergunakan oleh mereka yang diharapkan mempergunakannya dengan baik dan terpelihara.

2. Gaya Bahasa Tak Resmi

Gaya bahasa tak resmi merupakan gaya bahasa yang dipakai dalam bahasa standar, khususnya dalam kesempatan-kesempatan yang tak formal. Gaya bahasa resmi juga sering disebut gaya bahasa yang umum dan formal bagi kaum terpelajar.

3. Gaya Bahasa Percakapan

Gaya bahasa ini, pilihan katanya adalah kata populer dan kata-kata percakapan. Gaya bahasa percakapan harus ditambahkan segi-segi morfologis dan sintakisis, yang bersama-sama membentuk gaya bahasa percakapan.

b. Gaya bahasa Berdasarkan Nada 1. Gaya Bahasa Sederhana

Gaya Bahasa ini sering dipakai untuk memberi perintah, instuksi, pelajaran, perkuliahan dan sejenisnya. Untuk mempergunakan gaya bahasa ini secara efektif, penulis harus mempunyai kepandaian dan pengetahuan yang cukup. Gaya bahasa ini juga dapat digunakan untuk menyampaikan fakta-fakta atau pembuktian.


(43)

2. Gaya bahasa Mulia dan Bertenaga

Gaya bahasa ini sering digunakan dalam rangka pidato yang isinya ajakan , ceramah , dan lain sebagainya. Nada yang agung dan mulai ini akan sanggup menggerakkan emosi setiap pendengarnya. Dalam keagungan , terselubung sebuah tenaga yang halus tetapi secara aktif dan meyakinkan bekerja untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

3. Gaya Bahasa Menengah

Gaya bahasa menengah merupkan gaya bahasa yang diarahkan untuk usaha yang menimbulkan suasana senang dan damai, maka andanya juga bersifat lemah lembut, penuh kasih sayang dan mengandung humor yang sehat. Gaya bahasa menengah sifatnya lemah lembut, maka gaya bahsa ini menggunakan metafora bagi pilihan katanya.

c. Gaya bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat 1. Klimaks

Klimaks merupakan gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumya. Gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat yang bersifat periodic. Klimaks disebut juga gradasi, istilah ini dipakai sebagai istilah umum yang sebenarnya merujuk pada tingkat atau gagasan tertinggi.

2. Antiklimaks

Antiklimaks sebagai gaya bahasa merupakan suatu acuan yang gagasannya diurutkan dari yang terpenting berurutan ke gagasan yang


(44)

27

kurang penting. Antiklimaks dihasilkan oleh kalimat yang berstruktur mengendur. Antiklimaks kurang efektif, karena gagasan yang penting ditempatkan pada awal kalimat, sehingga pembaca atau pendengar tidak lagi memberi perhatian pada bagian-bagian berikutnya.

3. Paralelisme

Paralelisme merupakan semacam gaya bahsa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama pula. Kesejahteraan tersebut dapat pula berbentuk yang baik untuk menonjolkan kata atau kelompok fungsinya sama.

4. Antitesis

Antitesis merupakan sebuah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan, dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang berlawanan. Gaya bahasa antitesis ini menggunakan unsure-unsur paralelisme dan kesinambungan kalimat.

5. Repetisi

Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yangs esuai.

d. Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna 1. Gaya Bahasa Retoris


(45)

Pleonasme adalah acuan yang mengguankan kata-kata yang lebih banyak dari pada yang diperlakukan untuk menyatakan satu pikiran atau gagasab.

b). Eufemisme

Eufemisme adalah acuan berupa ungkapan-ungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang lain, atau ungkapan yang halus untuk menggantikan acuan-acuan yang mungkin dirasakan menghina, menyinggung perasaan orang lain.

c). Litotes

Litotes adalah semacam gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu tujuan merendahkan diri.

d). Hiperbola

Hiperbola adalah gaya bahasa yang melebih-lebihkan sesuatu hal atau mengandung suatu pernyataan yang berlebihan.

e). Paradoks

Paradoks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada.

2. Gaya Bahasa Kiasan a). Simile

Simile merupakan perbandingan yang bersifat eksplisit. Perbandingan yang bersifat eksplisit adalah menyatakan sesuatu secara langsung dengan hal yang lain. Menggunakan kata-kata: seperti, sebagai, bagaikan, baik, laksana.


(46)

29

b). Metafora

Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk singkat tidak seperti simile (menggunakan kata : seperti, sebagai, bagaikan, bak, laksana).

c). Personifikasi

Personifikasi merupakan semacam gaya bahasa kias yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa, seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. Personifiaksi merupakan suatu corak yang khusus dari metafora, yang mengkiaskan benda-benda yang mati bertindak, berbuat, berbicara sama seperti manusia.

d). Sinekdoke

Sinekdoke adalah semacam gaya bahasa figurative yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau mempergunakanlah keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totum pro parte).

e). Metonomia

Metonomia adalah suatu gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan sesuatu hal yang lain, karena mempunyai pertalian yang dekat.


(47)

f). Ironi

Ironi adalah suatu gaya bahasa yang ingin menyatakan sesuatu dengan maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya. Gaya bahasa ironi biasanya digunakan untuk menyindir.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah bahasa yang di gunakan oleh pengarang yang bertujuan untuk memperoleh efek tertentu.

e. Versifikasi

Menurut Jabrohim (2001: 53) versifikasi meliputi ritma, rima, dan metrum. Ritma dikenal sebagai irama atau irama, yakni pergantian turun naik, panjang pendek, terasa lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Rima adalah pengulangan bunyi di dalam baris atau larik puisi pada akhir baris puisi atau pada keseluruhan baris dan bait puisi. Sedangkan metrum adalah irama yang tetap, menurut pola tertentu.

Rima adalah istilah lain untuk persamaan bunyi. Rima merupakan pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi. Menurut Suhaharianto (2005:57-59) rima dibedakan atas beberapa jenis yaitu berdasarkan bunyinya dan berdasarkan letaknya dalam kata dan dalam baris. Sedangkan irama yang sering disebut ritme adalah tinggi rendahya, panjang pendek, keras lembut atau cepat dan lambatnya kata atau baris- baris suatu puisi tersebut di baca.

Baik rima maupun irama mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu puisi bantuan kedua unsur tersebut baik nada maupun suasana


(48)

31

suatu puisi dapat terciptakan lebih nyata dan lebih dapat menimbulkan kesan pada benak pembaca. ( Suharianto 2005:45).

f. Tipografi

Keindahan puisi tidak terlepas dari cara penulisan atau tipografi sesuai dengan makna puisi. Keindahan tipografi dilihat secara visual dapat digunakan untuk menampilkan peranan aspek artistik dan menciptakan nuansa warna dan suasana tertentu.

Suharianto (1981:37) mengatakan bahwa tipografi disebut juga ukuran bentuk ialah susunan baris-baris atau bait-bait suatu puisi-puisi. Maksud penyusunan tipografi beraneka ragam yaitu a) sekedar untuk keindahan indrawi, maksudnya sekedar agar susunan puisi tersebut nampak indah di pandang, b) untuk membantu lebih mengintensifkan makna dan rasa atau suasana puisi yang bersangkutan (Suharianto 1981:39).

Menurut Jabrohim ( 2001:54) tipografi adalah pembeda yang paling awal untuk membedakan prosa fiksi dan puisi. Baris- baris puisi dalam puisi tidak diawali dari tepi kiri dan berakhir di tepi kanan, tetapi sebelah kiri maupun kanan sebuah puisi tidak harus di penuhi oleh tulisan, tidak seperti halnya jika menulis prosa. Dengan kata lain tidak aturan tertentu yang mengatur tipografi yang sesuai dengan nada, suasana dan makna puisi. Tipografi merupakan benyuk tata wajah sebuah puisi ( Waluyo 1991:97)

Untuk pengertian yang sama, ada yang menyebutkan dengan istilah “ ukiran bentuk” yaitu cara penyair menuliskan puisinya penyair lebih bebas di bandingkan dengan para penulis fiksi. Pada penulis fiksi sudah ada aturan


(49)

bakunya: yaitu setiap kalimat harus diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan titik. Setiap alinea ditulis menjorok kedalam sekian ketukan. Tetappi pada penulisan puisi tidak ada aturan seperti itu. Penulisan puisi sepenuhnya di serahkan kepada masing- masing penyair. Oleh karena itu, ada penyair yang menuliskan puisinya dengan huruf kecil semua dan tanpa tanda baca apapun. Ada penyair yang menuliskan puisinya dengan selalu memulai dengan huruf capital pada setiap baris. Ada yang menggunakan tanda baca, tetapi untuk keperluan- keperluan tertentu saja. Dapatlah dikatakan bahwa tipografi sangat pribadi tetapi tidak permanen atau sangat goyah : artinya seorang penyair tidak selalu setia pada salah satu jenis pilihan atau kegemaranya.

Menurut Suharianto (2005:53-54) dilihat dari kemanfaatanya, tipografi dapat di bedakan atas dua macam:

a. Untuk keindahan visual, maksudya hanya sekedar untuk menjadikan puisi yang bersangkutan indah di pandang.

b. Untuk mengintensifkan makna dan rasa atau suasana puisi bersangkutan. 2.2.2.2.2 Unsur Batin

a. Tema

Suharianto (1982:50) menyatakan tema merupakan gagasan pokok yang dikembangkan oleh penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair sehingga menjadi landasan utama pengucapan. Hal ini terjadi karena puisi mengungkapkan kata-kata kias atau perlambangan. Dengan demikian tema adalah pokok permasalahan yang akan kita kemukakan dalam bentuk puisi.


(50)

33

Waluyo ( 1991:106) mengatakan bahwa tema adalah sebagai gagasan pokok atau subject matter yang dikemukakan oleh penyair. Suharianto (2005:38), menyatakan bahwa seperti halnya karya sastra prosa, fungsi puisi juga merupakan media untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarangnya. Dengan demikian puisi pun mempunyai tema atau pokok permasalahan. Pada umumnya tema puisi dinyatakan secara stersirat, karena puisi ummumnya menggunakan kata- kata kias satau perlambang- lambing. Diperlukan kejelian dan kecerdasan kita sebagai pembacanya suntuk menafsirkan kiasan- kiasan atau perlambang- perlambang yang dipergunakan penyair.

Berdasarkan ungkapan di atas sdapat di simpulkan bahwa tema merupakan gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan akan mendesak jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapanya. Jika desakan yang kuat berupa hubungan antara penyair dengan alam, maka puisinya bias bertemakan keindahan alam. b. Perasaan, nada, suasana.

Nuryatin ( 2005:36) berpendapat bahwa nada puisi adalah merupakann sikap penyair kepada pembaca. Nada puisi dapat berwujud menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca, santai dan sebagainya.

Susana puisi adalah keadaan jiwa pembaca setelah puisi atau akibat psikologis yang ditimbulkan puisi terhadap pembaca. Suasana puisi berupa iba hati, pemberontak, khusuk, dan sebagainya.


(51)

Perasaan atau felling adalah perasaan penyair yang terekspresi dalam puisi sebagai akibat dari sikapnya terhadap objek tertentu. Di dalam puisi suasana perasaan penyair ikut terekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca. Tema yang sama akan ditinjau oleh beberapa penyair dari sudut yang berbeda sehingga akan menghasilkan puisi- puisi dengan perasaan yang berbeda pula.

Dengan demikian perasaan, nada, dan suasana berperan sebagai pendukung makna dalam sebuah puisi. Sebuah tema yang sama akan menghasilkan puisi yang berbeda, jika suasana dan perasaan penyair yang menciptakan puisi itu berbeda.

c. Amanat

Waluyo (2000:134) amanat puisi adalah maksud yang hendak disampaikan penyair. Amanat dapat kita temukan setelah kita mengetahui tema, perasaan, nada, dan suasana puisi tersebut. Amanat tersirat di balik kata-kata disusun dan ada juga di balik tema yang diungkapkan. Amanat syang hendak disampaikan penyair mungkin secara sadar dalam pikiran penyair, namun lebih banyak penyair tidak sadar akan amanat yang di berikan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa amanat merupakan makna tersirat yang disampaikan penyair dalam puisinya

2.2.2.3 Proses Menulis Puisi

Endraswara (2003:220-223) mengemukakan bahwa proses penciptaan puisi terdisri atas tiga tahap. Tahap pertama adalah pengindraan, tahap kedua


(52)

35

adalah perenugan atau pengendapan, dan tahap yang ketiga adalah tahap memainkan kata.

Para penyair sebelum menciptakan sebuah puisi terlebih dahulu melakukan pengindraan terhadap alam sekitar. Hal ini dilakukan untuk menemukan keanehan yang terjadi di alam sekitar penyair. Keanehan- keanehan itulah yang kemudian akan dijadikan sebagai sumber inspirasinya dalam puisi. Pengindraan merupakan tahap dimana siswa dituntut untuk menentukan ide dalam menulis puisi. Setelah ide ditentukan, maka proses belajar akan berjalan dengan lancar.

Setelah penyair melakukan pengindraan, tahap selanjutnya adalah tahap perenungan atau pengendapan. Perenungan ini akan semakin mendalam jika disertai dengan daya intuisi yang tajam. Intuisi akan mampu memunculkan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Tahap yang terakhir adalah tahap memainkan kata. Yang pertama dilakukan adalah terlebih dahulu mengumpulkan kata- kata yang berhubungan dengan tema yang dipilih, kemudian perlu dilakukan penyelesaian makna kata yang memiliki nilai rasa yang lebih tinggi itulah yang digunakan dalam menulis puisi.

2.2.3 Pendekatan Emotif- Imajinatif Media Audiovisual 2.2.3.1 Pendekatan Emotif- Imajinatif

Pendekatan Emotif Imajinatif pada dasarnya berawal dari metode emphaty bystander, yang dikembangkan oleh Willson pada tahun 1981. Secara kasar, kondisi suasana hati yang baik akan meningkatkan daya pemikiran lebih


(53)

berkembang. Suasana hati atau emosi diri dapat ditimbulkan oleh apa yang kita cium, apa yang kita lihat, dan sebagainya. ( Baron, 1990b). Psikolog sosial telah mengindentifikasi tiga tipe yang berbeda dari pengambilan perspektif ( Batson, Early, &Salvarani, 1997;Stotland,1969): (1) Anda dapat membayangkan bagaimana orang lain mempersepsikan suatu kejadian dan bagaimana dia akan merasakan sebagai akibatnya mangambil perspektif”membayangkan orang lain”. (2) Anda dapat membayangkan bagaimana anda akan merasa jika Anda berada dalam situasi tersebut mengambil perspektif ini berakibat pada respons emosional pada orang yang membutuhkan, tetapi emosi- emosi spesifik pada setiap tipe. (3) tipe ketiga dari mengambil perspektif melibatkan fantasi merasa empati pada karakter fiktif. Sebagai akibatnya reaksi emosional terhadap kegembiraan,kesedihan, ketakutan yang dialami oleh seseorang atau binatang dalam sebuah, film, atau program televisi.

Dalam meningkatkan kulitas siswa dan mengembangkan kurikulum yang tepat dan bermutu, berbagai usaha telah dilakukan oleh Depdiknas. Peranan guru dalam pembentukan pola KBM di kelas bukan ditentukan oleh didaktik metodik " apa yang di pelajari" saja, melainkan pada " bagaimana menyediakan dan memperkaya pemgalaman belajar anak". Pengalaman anak belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi secara aktif berbagai keadaan serta berkonsultasi dengan nara sumber yang lain ( Depdiknas 2002:1)

Pendekatan emotif- imajinatif secara teoritis adalah sintesis dari berbagai peristiwa bahasa yang telah tersaring semurni- murninya dan berbagai proses jiwa yang mencari hakikat pengalamannya, tersusun dengan sistem korespondensi


(54)

37

dalam salah satu bentuk ( Slamet muljana). Ungkapan isi hati dan perasaan seseorang dapat dilukiskan dalam rangkaian bait- bait kalimat yang indah.

Imajinasi sangat diperlukan dalam menulis puisi. Dengan imajinasi, artinya kita dapat mengkonkritkan apa yang di khayalkan, yang nantinya akan terlihat dalam bentuk kata- kata yang digunakan sebagai simbol atau lambang. Pengkonkritan terlihat pada bahasa yang dipakainya. Berkaitan dengan instituisi dan imajinasi, prosa tidak bersifat inuitif. Emosi dan asosiasi juga merupakan faktor penting puisi. Emosi yang mincul ke permukaan akan mempengaruhi hasil jadi sebuah puisi. Tugas guru di dalam kelas adalah membantu siswa mencapai tujuanya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa)

Konsep masyarakat belajar adalah hasil pembelajaran di peroleh dari kerja sama dengan orang lain. Kegiatan yang dilakukan guru dalam pembelajaran adalah 1) guru melakukan apersepsi mengenai pembelajaran yang akan di lakukan yaitu; menulis puisi. 2) guru menunjukkan contoh model yang akan membangkitkan daya imajinasi siswa. 3) siswa mendengarkan dan mengamati contoh hasil visualisi dari proses pembelajaran; 4) siswa bersama guru mendiskusikan struktur pembangunan puisi baik fisik maupun batin yang dijadikan model, 6) siswa menyunting puisi yang telah dibuat baik dengan teman sebangku maupun dengan kelompoknya. 7) guru meminta beberapa siswa untuk membacakan puisi yang telah dibuat di depan kelas, kemudian siswa yang lain


(55)

menanggapi. 8) guru memberikan penguatan, 9) guru bersama siswa melakukan refleksi pembelajaran.

Guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMP harus memiliki berbagai evaluasi yang bersifat kreatif- estetif ( Depdiknas 2004:68-69). Evaluasi yang bersifat estetis kreatif untuk menilai kemampuan penulisan puisi. Menulis puisi siswa dititikberatkan pada kemampuan siswa menggunakan diksi yang tepat,di samping itu peneliti juga memasukkan unsur- unsur yang lain yang di gunakan dalam penilaian menulis puisi. Unsur- unsur tersebut antara lain kemampuan siswa dalam menentukan tema dan judul, menggunakan irama dalam puisi, menentukan diksi yang tepat, menyusun pembaitan yang tepat, menciptakan tipografi yang unik, serta menyesuaikan tema dengan isi yang ingin di sampaikan dalam puisi.

Pendekatan emotif- imajinatif adalah pendekatan pembelajaran menulis dengan cara memberikan rangsangan untuk membangkitkan emosi atau perasaan yang dimiliki oleh siswa sehingga dapat menimbulkan daya imajinasi. Media audiovisual berfungsi sebagai pencipta suasana emotif, stimulus, dan sekaligus jembatan bagi siswa untuk membayangkan atau menciptakan gambaran dan kejadian atau peristiwa berdasarkan tayangan yang di tampilkan di depan kelas. Respon yang di harapkan muncul dari para siswa berupa kemampuan melihat gambaran- gambaran kejadian tersebut dengan imajinasi dan logika yang dimiliki lalu mengungkapkan kembali dengan menggunakan simbol- simbol verbal. ( Trimantara 2005:3)


(56)

39

Ridho (2006:4) menyebutkan bahwa untuk membangkitkan daya imajinasi dapat disamakan dengan percepatan belajar atau accelerated learning yang didefinisikan sebagai memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal disertai dengan kegembiraan. Cara ini menyatakan unsur- unsur yang tidak mempunyai persamaan dengan hiburan, permainan, warna, cara berpikir positip, kebugaran fisik, dan kecerdasan emosional. Para pendidik mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan- tindakan yang positif dari peserta didik sebagai faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling efektif.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik benang merah bahwa metode emotif- imajinatif adalah suatu pembelajaran yang menggunakan media audiovisual sebagai alat sentral untuk menciptakan daya emosi atau perasaan, stimulus sehingga menjembatani siswa untuk berimajinasi, membayangkan gambaran dan kejadian berdasarkan tayangan yang di tampilkan di depan kelas sehingga memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan disertai kegembiraan. Melalui penggunaan metode emotif- imajinatif dapat mengoptimalkan belahan otak kanan sehingga siswa dapat mengembangkan imajinasinya secara leluasa. Otak adalah raksasa tidur. Kalau kita mau memaksimalkanya maka otak kita adalah raksasa yang bisa berbuat apa saja sesuai keinginan pemiliknya. Pemanfaatan otak kanan dan kiri secara seimbangan orang bisa menulis dengan baik. Hal ini efek positif dari kerja belahan otak kanan adalah rangsangan atau dorongan bagi kerja belahan otak kiri sehingga pada saat bersamaan para siswa juga dapat mengembangkan logikanya,


(57)

yang pada akhirnya siswa dapat menghasilkan bentuk tulisan atau karangan yang baik. Media audiovisual yang dipilih tidak hanya sesuai dengan materi dan tema pembelajaran tetapi harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa, artinya tayangan yang akan di tampilkan di depan kelas harus sesuai dengan umur, selera dan minat siswa. Hal ini berdampak pada proses pembelajaran bahwa media audiovisual yang sesuai dengan umur, selera dan minat siswa akan menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan untuk menimbulkan daya imajinasi siswa dalam mengembangkanya untuk membentuk sebuah tulisan.

Singkatnya, pendekatan emotif- imajinatif merupakan pendekatan yang menciptakan suasana pembelajaran keterampilan menulis yang nyaman dengan cara memberikan rangsangan melalui media audiovisual untuk membangkitkan daya imajinasi siswa. Apabila siswa sudah mendapatkan daya rangsangan untuk berimajinasi maka mereka dapat dengan mudah untuk menuangkanya kedalam bentuk tulisan misal yang berbentuk puisi.

2.2.3.1 Hakikat Media

Pembelajaran akan lebih menarik dan berhasil di hubungkan dengan pengalaman langsung dimana anak dapat menyelidiki, mengamati, mencoba, berpikir dan menemukan permasalahan yang ada. Keadaan tersebut dapat di wujudkan dengan pengadaan media dalam pembelajaran. Penggunaan media dalam pembelajaran di sesuaikan dengan tuntutan kurikulum dan tingkat kemampuan siswa. Untuk itu, sebelum menggunakan media sebagai sarana penunjang proses pembelajaran, guru perlu memahami tentang media pembelajaran.


(58)

41

2.2.3.2 Pengertian Media

Media pembelajaran adalah alat atau materi yang menyajikan bentuk informasi secara lengkap dan menunjang proses pembelajaran Hamalik (1984) mengembangkan, media adalah alat yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah.

Burhanudin (2000 : 1) mengemukakan bahwa media adalah alat yang dipakai sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan atau informasi dari sumber kepada penerimanya. Soeparno (1988:3) menyatakan media merupakan paduan antara software dan hardware. Software adalah suatu program yang diisikan pada hardware. Hardware yang telah diisi software aatau perangkat keras yang telah diisi dengan perangkat lunak.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa media adalah alat dan suatu jenis komponen (paduan anatara perangkat lunak dan perangkat keras) yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber yaitu guru kepada penerima yaitu siswa agar proses pengiriman pesan berlangsung efektif.

2.2.3.3 Manfaat Penggunaan Media

Manfaat Praktis dari media pembelajaran di dalam proses belajar menurut Arsyad (2005:25-26) adalah 1) media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan ahsil belajar, 2) media pembelajaran dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan


(59)

minatnya 3) media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu. 4) media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya.

2.2.2.4 Hakikat Media Audiovisual

Menurut Rohani ( 1997:97-98), Media audiovisual adalah media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman ( kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ) meliputi media yang dapat dilihat, di dengar dan di

yang dapat didengar. Selanjutnya, media audiovisual menurut Djarmarah dan Zain ( 2002:141 ) adalah media yang mempunyai unsure suara dan gambar. Jenis

media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena melipui kedua jenis audio dan visual.

Media audiovisual memiliki beberapa kelebihan, yaitu 1) menimbulkan daya tarik besar dan dapat menimbulkan keinginan dan minat baru, karena peranan warna, garak, intonasi, bentuk, rancangan yang dibuat sehingga mempunyai sifat yang unik, 2) dapat mengatasi keterbatasan fisik kelas, misalnya objek yang terlalu besar atau tidak ada dilingkungan belajar, objek yang terlalu kecil, kejadian yang jarang di temui, objek yang terlalu kompleks, 3) penggunaan berbagai media dengan kombinasi yang cocok sdan memadai akan meningkatkan keefektivitasan dan efesiensi proses belajar- mengajar, menumbuhkan gairah belajar, dan memungkinkan siswa brinteraksi langsung dengan kenyataan yang di mediakan, 4) media dapat menyeragamkan penafsiran siswa yang berbeda- beda, 5) media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realitas, 6) media dapat


(60)

43

memberikan spengalaman yang menyeluruh deari pengalaman yang konkrit sampai yang abstrak ( Anonim 1990).

Secara umum media audiovisual mempunyai kegunaan untuk mengatasi berbagai hambatan, antara lain hambatan komunikasi, keterbatasan ruang kelas, siswa yang pasif, pengamatan yang kurang seragam, sikap objek belajar yang khusus sehingga tidak mungkin di pelajari tanpa media, tempat yang terpencil dan sebagainya.

2.2.4 Kelebihan dan Kelemahan Penerapan Pendekatan Emotif- imajinatif Penerapan pembelajaran menulis dengan emotif- imajinatif memiliki kelebihan dalam memberikan kontribusi untuk meningkatkan keterampilan menulis. Pembangkit daya imajinasi yang diberikan melalui media audiovisual dapat merangsang dan mengkondisikan siswa sedemikan rupa sehingga siswa dapat memberikan respon yang bersifat positif.

Penggunaan metode emotif- imajinatif tidak cukup efektif bagi kelompok siswa dengan tingkat ketrampilan menyimak yang rendah. Simulus yang di sampaikan secara audivisual menghendaki adanya keterampilan yang kebih baik.

Metode emotif- imajinatif sulit digunakan bila siswa cenderung pasif. Metode ini mensyaratkan adanya keaktifan dari pihak siswa. Siswa harus aktif menerima stimulus dan memberi respon dalam bentuk simbol- simbol verbal.


(61)

2.2.5 Pembelajaran Menulis Puisi Melalui Pendekatan Emotif- Imajinatif dengan Media Audiovisual

Menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam atau peristiawa yang pernah di alami merupakan salah satu Kompetensi Dasar yang berlaku dalam Kurikulum 2006 ( KTSP). Dalam hal ini, siswa sebagai subjek penelitian dituntut untuk mampu menulis puisi berkenaan dengan keindahan alam atau perisriwa yang pernah dialami. Menulis merupakan aktivitas yang menggunakan seluruh belahan otak, baik otak kanan maupun otak kiri yang tidak satupun belahan otak itu bekerja secara sempurna tanpa adanya rangsangan atau dorongan dari bagian yang lain. Oleh karena itu, diperlukan adanya pembelajaran menulis yang baik dari guru agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Pembelajaran dengan menggunakan metode emotif- imajinatif merupakan pembelajaran dimana siswa di tempatkan pada suasana yang nyaman, santai, dan menggembirakan. Rangsangan melalui media audiovisual untuk membangkitkan daya imajinasi siswa ketika menulis puisi.

Penggunaan media audiovisual dalam pembelajaran menulis puisi, merupakan media yang efektif untuk memberi stimulus pada siswa sehingga dapat dengan mudah membangkitkan imajinasi bagi siswa. Media audiovisual dijadikan sebagai lahan inspirasi bagi siswa dalam menulis puisi, karena media audiovisual dapat menarik minat siswa. Menyoroti hal tersebut, media audiovisual dapat memudahkan siswa mengembangkan ide, gagasan, atau perasaan kedalam sebuah karya sastra yang berupa puisi. Selain itu, media audiovisual dapat mencipatakan


(62)

45

suasana yang nyaman, santai dan menggembirakan, sehingga siswa jauh dari tekanan stres dan mudah lelah.

Pembelajaran awal pada menulis puisi ini, terlebih dahulu guru mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti proses pembelajaran dengan posisi duduk yang santai dan tidak tegang. Kemudian guru melakukan pendahuluan dengan memberikan apersepsi dan motivasi pada siswa. Apersepsi dilakukan dengan memberikan pertanyaan- pertanyaan yang dapat membagun minat siswa terhadap puisi. Setelah itu guru baru memberikan penjelasan kepada siswa mengenai Kompetensi Dasar serta manfaat yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran menulis puisi.

Kegiatan inti merupakan kegiatan pokok materi pembelajaran puisi. Pada kegiatan ini, guru menjelaskan mengenai proses pembelajaran menulis puisi dengan metode emotif- imajinatif media audiovisual. Pada proses pembelajaran, siswa di minta untuk melihat pemodelan yang di lakukan oleh guru. Pemodelan berisikan penayangan pemutaran film yang dapat menumbuhkan daya imajinasi siswa dan memberikan contoh salah satu hasil yang dihasilkan dari hasil setelah menyaksikan tontonan yang di tampilkan di depan kelas. Guru membimbing siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Siswa dituntut untuk selalu aktif mengembangkan daya imajinasinya sehingga kekreatifitasannya semakin terasah. Perwakilan dari siswa menyampaikan hasil tulisannya di depan kelas, kemudian siswa yang lain menanggapi dan memberikan nilai pada teman mereka yang telah tampil didepan kelas.


(1)

Nama : No. Presensi :

Beri tanda () pada pernyataan berikut sesuai skala penilaianmu sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), atau tidak setuju (TS)

No Pernyataan Skala Penilaian

SS S KS TS 1.

2

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10 .

Saya merasa ternyata menulis puisi itu mudah Saya senang dengan pendekatan dan media yang digunakan guru dalam pembelajaran

menulispendekatan Emotif-iamjinatif lagu memberikan kemudahan dalam menulis puisi Kebiasaan menulis puisi dapat mewakili isi hati dan perasaan saya

Saya merasa senang terhadap cara guru dalam menjelaskan pembelajaran keterampilan menulis puisi.

Saya merasa tidak ada kesulitan dalam proses emotif-imajinatif

Keterampilan menulis puisi dapat meningkatkan kreativitas saya

Penggunaan pendekatan emotif-imajinatif merupakan pengalaman baru bagi saya Media audiovisual yang digunakan dalam pembelajaran menulis puisi dapat memudahkan saya berimajinasi

Suasana yang santai, nyaman saat pembelajaran berlangsung dapat membantu memudahkan pemahaman saya


(2)

Contoh Cerpen 1

RANKING 1 VS RANKING 2

Siapapun tahu, Nana dan Nano musuhan. Musuh bebuyutan. Mereka selalu berebutan posisi ranking di kelas. Kalau Nano yang ranking pertama, Nana pasti ranking kedua. Begitu sebaliknya. Nana dan Nano sama-sama tidak bisa menerima kekalahan begitu saja. Akibatnya…di luar jam pelajaran mereka juga musuh betulan.

“Ati-ati, No! biasanya, benci suka berubah jadi rindu!” seloroh Rino, suatu hari.

“Apalagi nama kalian hampir sama. Nano…Nana! terus dari SMP sampai SMA kalian sekelas terus, klop banget deh! kayaknya kalian emang sudah dijodohin dari lahir,” kataToto.

“Ih, sori ya, aku nggak bakalan berjodoh sama cewek gendut! Emang nggak ada cewek lain yang lebih langsing?!” kata Nano

“Walau gendut sebenarnya Nana cantik loh,” Aksan membela Nana “Iya, cantik kalo dilihat pake sedotan, ngeliatnya dari puncak monas! sampai kapanpun aku nggak bakalan naksir sama dia!” jawab Nano.

***

Seminggu kemudian anak-anak menghadapi semesteran untuk kenaikan kelas

“Cihuy…si gendut sakit! dia pasti nggak konsen ngerjain soal. Aku bakalan menang! Nano melompat-lompat kegirangan.

Ramalan Nano terbukti benar. Pas kenaikan kelas, Nana Cuma mendapat renking dua sedangkan Nano menduduki pertama. Sayangnya Nana belum bisa masuk sekolah saat penerimaan rapot, sehingga Nano harus bersabar sampai liburan semester berakhir untuk memamerkan kemenangannya.

***

Tibalah tahun ajaran baru. Kini Nana dan Nano sudah kelas tiga. “Heh, curut jelek! jangan bangga dulu, mentang-mentang nggak ada saingan. Ingat, kemenanganmu nggak sah! semester depan, aku pasti


(3)

cewek itu lalu melangkah pergi dengan wajah mendongak sombong. “Astaganaga! ya ampuuun! itu…itu kan…Nana! kenapa body-nya jadi slim gitu?!” Nano pun tersadar

Gara-gara pertemuan yang mengejutkan, sesiangan Nano nggak bisa nyimak pelajaran dengan baik. Dia sering tulalit tiap kali guru nanyain jawaban soal ke dia.

***

“Na, misalnya nih…Nano naksir kamu gimana?” pancing Lina

“Iya Na, semua cowok disekolah kita sekarang ini lagi terfokus ke kamu, nggak terkecuali pasti Nano.” sambung Via

“Udah deh, nggak usah repot-repot ngejodohin aku sama curut jelek itu. Sampai kapanpun dia adalah musuhku!”

Ok, juga tekad Nana. Tapi nggak ada salahnya dong kalau mereka berusaha mendamaikan kedua bintang kelas itu?. Akhirnya teman-teman mereka sepakat mempertemukan mereka di lapangan senayan saat joging. Nana dan Nano pun kaget saat mereka dipertemukan. Setelah itu satu per satu anak-anak itu pergi. Mereka hanya berdiri bengong tanpa melakukan apapun. Mereka saling membuang muka. “Aku mau pulang! kata Nana sambil melangkah pergi

“ Pulang aja sana!” ketus Nano. “Bilang sama temen-temen kamu, nggak akan pernah ada perdamaian diantara kita!”

“Ih, siapa juga yang mau damai!”

Nano menatap punggung Nana. Tak bisa dipungkiri Nana memang cantik. Dari dulu sih sebenarnya, Nana juga anaknya baik.

Dalam perjalanan pulang Nana juga mengakui kalau teman-temannya benar. Nano memang cakep dan baik.

Keduanya akhirnya memang saling menyadari dan saling menilai. Tapi gimana dong mereka sudah terlanjur bersumpah nggak akan pernah baikan, apalagi sampai pacaran. Boleh nggak sih melanggar sumpah? Entahlah…………


(4)

Contoh Cerpen 2

PISTOL LEBARAN

Perampok itu menerobos masuk ke ruang makan sambil mengacungkan pistolnya.

“Angkat tangan!” katanya setengah berteriak.

Lelaki tua yang tengah menikmati makan malamnya, kaget dan pucat. Tentu saja dia tidak bisa berbuat lain kecuali menuruti perintah perampok itu.

“Wah, saya sedang makan!” kata lelaki tua itu.

“Tak peduli! Tunjukkan simpanan emas-berlian kamu! “Saya tak punya emas berlian!”

“Jangan bohong!” “Kalau begitu, cari sendiri!”

Si perampok diam. Agaknya dia ragu-ragu atau bingung apa yang harus dia lakukan. Barangkali dia berpikir : lebih baik menggunakan kekerasan atau tidak?

“Kenapa rumah ini yang anda pilih untuk dirampok?” Tanya orang tua itu sambil meneruskan makannya

“Feeling saya yang menyuruh…jadi Bapak hanya sendirian saja di rumah ini?”

“Seperti Anda lihat. Anak-anak dan cucu pergi ke keluarga. Saya tinggal sendirian. katanya disuruh jaga rumah!”

“Bapak tidak takut ditembak?”

Orang tua itu merampungkan makannya. Lalu minum. Mengusap bibirnya. Berdiri bejalan ke arah bufet, mengambil sesuatu dan diletakkan di atas meja.

Perampok itu kaget luar biasa. Tapi, tidak berapa lama kemudian, perampok itu tertawa terbahak-bahak. Perampok itu kini duduk di kursi, meski agak jauh dari orang tua itu. Topeng yang sejak tadi menutupi wajahnya, dia copot.


(5)

ada dua atau tiga di sini.”

“Anda bukan perampok. Itu jelas. Tapi kenapa ingin merampok juga?”

“Sudah lebih dua tahun ini saya di-PHK. Cari kerja susah sekali. Coba berdagang, malah bangkrut. Barang-barang berharga di rumah sudah ludes. Padahal lebaran segera datang!”

“Berapa kira-kira yang Anda butuhkan saat ini?”

“Paling tidak Rp 200 atau Rp 300 ribulah. Sekadar agar dapat ikut merayakan hari lebaran.”

Lelaki tua itu bangkit dari duduknya. Lalu berjalan kebalik pintu. Keluar lagi dengan membawa sesuatu.

“Ini ada Rp 250 ribu. Ambillah. Dan jangan berpikir ini hasil rampokan. Kasihan istri dan anak, kalau harus makan dari barang haram.”

Perampok itu ragu-ragu harus mengambil uang itu atau tidak.

“Hmmm…apakah saya pernah melihat Anda? tiba-tiba orang tua itu bertanya menyelidik.

“Barangkali. Rumah saya memang tidak terlalu jauh dari sini. Mungkin Bapak pernah melihat saya?”

Di luar dugaan, lelaki tua itu menangis. Sesenggukan, seperti tak dapat dibendung.

“Kenapa Bapak menangis?!”

“Sungguh keterlaluan! Kami para tetangga Anda yang punya kelebihan uang, sudah haji pula. Kenapa tidak tahu kesulitan yang tengah Anda hadapi?”

Perampok itu benar-benar kaget atas ‘simpati luar biasa’ yang diperlihatkan lelaki yang akan dirampok itu. Hatinya tergoncang, sehingga tak terasa air hangat memenuhi pelupuk matanya…..

Ayo, ambillah uang itu. Gunakan sebaik-baiknya untuk keluarga anda. Perampok itu mengambil uang di atas meja. Lalu mendekati orang tua


(6)

itu dan menubruk sambil menangis. Orang tua itu menyuruhnya berdiri, kemudian memeluknya dengan hangat. “Maafkan kami,” katanya berbisik. Perampok itu pun melangkah pergi.

“Pistolnya tertinggal!” orang tua itu mengingatkan. “Biar jadi koleksi mainan cucu Bapak!”


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI BERTEMA PENGALAMAN PRIBADI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DAN MEDIA KARTU LIPAT BERGAMBAR PADA SISWA KELAS VII C SMP N 10 MAGELANG

2 34 199

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN METODE PEMBELAJARAN OUTDOOR PADA SISWA KELAS VII F SMP N 1 TERAS Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi dengan Metode Pembelajaran Outdoor pada Siswa Kelas VII F SMP N 1 Teras.

0 2 18

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN METODE PEMBELAJARAN OUTDOOR PADA SISWA KELAS VII F SMP N 1 TERAS Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi dengan Metode Pembelajaran Outdoor pada Siswa Kelas VII F SMP N 1 Teras.

0 3 13

PENINGKATAN KOMPETENSI MENULIS PUISI SISWA PENINGKATAN KOMPETENSI MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 KARTASURA MELALUI PENDEKATAN SAVI.

0 2 11

PENDAHULUAN PENINGKATAN KOMPETENSI MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 KARTASURA MELALUI PENDEKATAN SAVI.

0 1 12

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PANTUN MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VII D Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Pantun Melalui Media Gambar Pada Siswa Kelas VII D SMP N 2 Banyudono Tahun Ajaran 2011/2012.

0 3 17

Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Bebas dengan Pendekatan Menulis Bebas Menggunakan Media Lagu pada Siswa Kelas VIIIA SMP Negeri 2 Welahan Jepara.

0 0 2

(ABSTRAK) PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN PENDEKATAN EMOTIF- IMAJINATIF MELALUI MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS VII C SMP N 2 SULANG.

0 0 3

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI METODE FIELD TRIP PADA SISWA KELAS VII C MTs. NEGERI PACITAN.

0 0 18

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI METODE BELANJA KATA DAN GAMBAR PADA SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1 SEYEGAN.

0 2 230