Uji Multikolinearitas Hasil Uji Asumsi Klasik

45 Gambar 4.1 memperlihatkan pola distribusi yang normal dan gambar 4.2 juga telah menunjukkan data terdistribusi normal melalui penyebaran titik-titik disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal pada normal probability plot.

4.1.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dengan melihat nilai tolerance dan VIF. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi, nilai tolerance rendah sama dengan nilai VIF tinggi karena VIF = 1 tolerance dan menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF dibawah 10. Berdasarkan aturan variance inflation factor VIF dan tolerance, maka apabila VIF melebihi angka 10 atau tolerance kurang dari 0,10 maka dinyatakan terjadi gejala multikolinearitas. Sebaliknya apabila nilai VIF kurang dari 10 atau tolerance lebih dari 0,10 maka dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinearitas. Universitas Sumatera Utara 46 Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 10.282 1.044 9.850 .000 LDR .008 .006 .145 1.427 .159 .785 1.275 CAR -.073 .044 -.155 -1.655 .103 .928 1.078 BOPO -.092 .013 -.726 -7.257 .000 .814 1.229 a. Dependent Variable: ROA Sumber: hasil pengolahan data dengan SPSS, 2013 Berdasarkan tabel 4.4 di atas, maka dapat diketahui nilai VIF untuk masing-masing variabel penelitian sebagai berikut : · Nilai VIF untuk variabel LDR X1 sebesar 1,275 10, sehingga variabel LDR dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinieritas. · Nilai VIF untuk variabel CAR X2 sebesar 1,078 10, sehingga variabel CAR dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinieritas. · Nilai VIF untuk variabel BOPO X3 sebesar 1,229 10, sehingga variabel BOPO dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinieritas. Maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen terbebas dari gejala multikolinearitas. Universitas Sumatera Utara 47 4.1.2.3 Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual pengamatan satu ke pengamatan yang lain berbeda. Sedangkan bila terjadi ketidaknyamanan variance dari residual pengamatan satu ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dalam suatu model regresi linear berganda adalah dengan melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat yaitu ZPRED dengan residual error yaitu SRESID. Jika tidak ada pola tertentu dan titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Grafik scatterplot ditunjukkan pada grafik berikut : Universitas Sumatera Utara 48 Sumber: hasil pengolahan data dengan SPSS, 2013 Gambar 4.3 Grafik Scatterplot Uji Heterokedasitas Berdasarkan grafik scatterplot dapat dilihat bahwa penyebaran residual tidak teratur, menyebar secara acak tanpa adanya pola yang jelas baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan grafik tersebut adalah tidak terjadi heteroskedastisitas pada data yang digunakan dalam penelitian.

4.1.2.4 Uji Autokorelasi

Dokumen yang terkait

Pengaruh Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, dan Net Interest Margin terhadap Return on Asset pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Bursa Efek Indonesia

0 62 107

Pengaruh capital adequacy ratio (CAR), return on asset (ROA), biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO), inflasi, dan kurs terhadap loan to deposit ratio (LDR) pada bank umum

1 5 120

Pengaruh CAR, NPF, FDR dan BOPO Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah (Periode 2011-2015)

1 9 152

Pengaruh Rentabilitas Dan Likuiditas Terhadap Capital Adequacy Ratio (Car) Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012 - 2015

0 3 96

Pengaruh Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, dan Net Interest Margin terhadap Return on Asset pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Bursa Efek Indonesia

0 14 107

PENGARUH LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) DAN RASIO Pengaruh Loan To Deposit Ratio (LDR) Dan Rasio Biaya Operasional Pendapatan operasional (BOPO) Terhadap return on asset (ROA) (Studi Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 201

0 2 8

PENGARUH LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) DAN RASIO BIAYA OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO) Pengaruh Loan To Deposit Ratio (LDR) Dan Rasio Biaya Operasional Pendapatan operasional (BOPO) Terhadap return on asset (ROA) (Studi Pada Perusahaan Perbankan

0 3 16

PENDAHULUAN Pengaruh Loan To Deposit Ratio (LDR) Dan Rasio Biaya Operasional Pendapatan operasional (BOPO) Terhadap return on asset (ROA) (Studi Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013).

0 5 6

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, LOAN TO DEPOSIT RATIO, NON PERFORMING LOAN DAN BIAYA OPERASIONAL TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 101

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO BIAYA OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL LOAN TO DEPOSIT RATIO DAN INTEREST RISK RATIO TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 1 116