60
Enns ini agar para rentenir ada perubahan yang lebih baik, jauh dari praktik eksploitasi, ketidakadilan dalam hal keuntungan, dan perubahan ini diharapkan
secara menyeluruh.
3.3.3 Masalah Peran Domestik
Ibu JS mengalami kesulitan dalam membina anak-anaknya karena suaminya juga turut pergi bekerja juga pada dini hari.
154
Ibu ini tidak punya waktu memberangkatkan anak-anaknya ke sekolah pagi hari dan ibu ini tidak
sempat memperhatikan perkembangan sekolah anak-anaknya. Sementara tugas dan tanggung jawab perempuan dalam mengasuh, membina, mendidik,
dan membesarkan anak sehingga berwatak, berkepribadian dan berkelakuan serta bertindak sebagai manusia seutuhnya Maftuchah Yusuf, 2000.
155
Secara mendasar perempuan adalah ibu rumah tangga. Pria adalah pencari nafkah, perempuan adalah penjaga dan pembagi makanan. Dia adalah
seseorang yang mengambil alih setiap persoalan. Seni mengasuh tunas bangsa merupakan tugas utama perempuan dan satu-satunya hak istimewa.
156
Perempuan bertanggungjawab untuk mengasuh dan menjaga anak, dalam kehidupan keluarga di Indonesia terdapat anggapan umum yang menekankan
soal pendidikan anak lebih menjadi tanggung jawab ibu daripada bapak. Bila
154
Wawancara dengan ibu JS.
155
Sastriyani, Siti Hariti, Ibid, Hal 117.
156
Gandhi, Mahatma Penerjemah: Siti Farida 1933, “Kaum Perempuan dan Ketidakadilan
Sosial ”, Perpustakaan Nasional RI: Katalog dalam Terbitan KDT, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, ISBN: 979-9483-58-1, Juni 2002, 48.
61
terjadi ketidakberhasilan pendidikan anak, pihak ibu yang harus bertanggung jawab.
157
Kebanyakan perempuan telah mengetahui bahwa masyarakat mengharapkan mereka menjadi istri dan ibu dan hingga beberapa waktu yang
lalu nilai-nilai yang dipegang kalangan kelas menengah mengharuskan perempuan mengurus rumah tangga. Peran umum ini dipertahankan oleh
banyak orang yang berumur lebih tua dan berpegang teguh pada tradisi yang mempertahankan bahwa menjadi istri dan ibu yang baik membutuhkan
seluruh tenaga seorang perempuan.
158
Seorang ibu adalah yang paling banyak berperan di rumah dan bergaul dengan anak-anaknya. Berkaitan dengan tanggung jawab ini, seorang
ibu mempunyai peran khusus, yaitu seorang istri pemelihara rumah tangga dan anak-anaknya. Jelaslah ibu sangat berperan sebagai pemimpin rumah
tangga dan sebagai awal pembinaan karakter bangsa. Seorang ibu akan sabar dalam menghadapi aneka kendala dalam melaksanakan perannya.
159
Kendala- kendala yang paling umum dan paling sering dikemukakan kaum perempuan
yang telah menikah ialah bahwa para suami tidak membantu dalam urusan rumah tangga dan anak-anak. Hal ini juga merupakan sumber pertentangan
dan pertengkaran dalam keluarga. Khususnya kalau suami menganggap rumah dan anak-anak itu hanya tanggung-jawab istri, tidak peduli sifat
pekerjaan istrinya atau berapa jam ia bekerja.
164
Kendala yang dihadapi
157
Hadiz, Liza Editor 2004, “Perempuan dalam Wacana Politik Orde Baru”, Jakarta: Pestaka
LP3ES Indonesia, ISBN: 979-3330-19-8, 2004, 419.
158
Wolfman, Brunetta R., Ibid, 22.
159
Haikal, Husain, Prof. 2012, “Wanita dalam Pembinaan Karakter Bangsa”, Universitas Negeri
Yogyakarta, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, ISBN: 978-602-229-067-4, April 2012, 69.
164
Wolfman, Brunetta R., Ibid, 84.
62
perempuan antara karier dan rumah tangga dapat teratasi jika suami dan istri sebagai sebuah tim dengan dukungan komunitas menangani, baik pengasuhan
anak maupun pekerjaan rumah.
160
Seperti yang dilakukan oleh responden ibu HS, bahwa saat ibu HS berada di pasar maka suaminya yang mengurus dan
mempersiapkan keperluan anak-anaknya ke sekolah.
161
Walaupun peranan penting dari perempuan itu hanya ada dalam keluarga, janganlah kita lupa bahwa justru rumah tangga itu merupakan inti
yang terpenting daripada masyarakat. Khususnya pendidikan dari generasi yang sedang berkembang sebagian terbesar menjadi tugas perempuan, karena
dialah yang membimbing si anak pada langkah-langkah pertama dalam jalan hidupnya.
Perempuanlah yang
meletakkan dasar
pertama untuk
perkembangan selanjutnya dari akal dan budi si anak.
162
Sementara perempuan dimana-mana mencurahkan tenaga untuk membina keluarga,
mendidik anak-anaknya, merawat anggota keluarga yang sakit, bahkan di luar rumah perempuan memegang peranan dalam usaha kesejahteraan
masyarakat.
163
Kewajiban perempuan dalam rumah tangga yaitu: perempuan harus rajin, perempuan harus cepat pada sekalian pekerjaan, perempuan harus
bersih, harus sabar, harus tulus budinya, harus adil, sopan dan pintar dalam menyelesaikan pekerjaannya.
164
160
Creegan, Nicola Hoggard; and Pohl, Christine D. 2005, “Perempuan di Perbatasan: Pergulatan
Evanggelikalisme dan Feminisme”, InterVasity Press as Living on the Boundaries, Downers Grove, IL, 60515, USA, Jakarta: BPK Gunung Mulia, ISBN: 978-979-687-678-5, 2010, 67.
161
Wawancara dengan ibu HS.
162
Subadio, Maria Ulfah; dan Ihroni, T.O., Ibid, 36.
163
Sastriyani, Siti Hariti, Ibid, 133.
164
Blackburn, Susan Penyunting: Monique Soesman 2007, “Kongres Perempuan Pertama”,
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia KITLV-Jakarta, ISBN 979-461-610-9, 2007, 85.
63
Perempuan yang bekerja merasakan keuntungan yang didapat dari beberapa peran yang dijalankan, yaitu memperoleh ketrampilan, emosi yang
positif, harga diri dan kepuasan hidup.
165
Nilai positif perempuan yang bekerja digantikan sebagai bentuk peran ganda, peran dalam pekerjaan dan
keluarga akan saling mempengaruhi. Nilai positif perempuan yang bekerja terjadi ketika peran yang dilakukan dalam pekerjaan dan peran yang
dilakukan dalam keluarga saling memberi kontribusi positif.
166
Hal ini juga dialami oleh ibu HS yang bekerja secara bergilir, suamiistri agar ada yang menjagamengurus anak di rumah. Ibu HS harus
berangkat ke pasar Salatiga sekitar pukul 04.00 dini hari, sementara suami di rumah mengurus keperluan anak-anak ke sekolah.
167
Berdasarkan pengamatan dan analisis Maftuchah membedakan kelompok perempuan
dalam kategori- kategori sebagai berikut:
168
1. Kelompok perempuan yang sudah memiliki kemampuan dan kemauan serta fasilitas, kesempatan dan sarana yang cukup bagi perannya, jumlah
kelompok ini sangat kecil. 2. Kelompok perempuan yang sudah memiliki kemampuan terbatas karena
hasil pendidikan atau kedudukannya, namun masih memerlukan motivasi untuk mempertinggi kemauan kerjanya. Kemungkinan besar masih
165
Soeharto, Triana Noor Edwina Dewayani; Faturochman; dan Adiyanti M. G., Ibid, 2.
166
Ibid, 3.
167
Wawancara dengan ibu HS; Wawancara dengan ibu Len.
168
Sastriyani, Siti Hariti, Ibid, 117.
64
memerlukan tambahan fasilitas, kesempatan dan sarana, jumlah kelompok ini cukup besar.
3. Kelompok perempuan yang tidak atau kurang memiliki kemampuan secara fasilitas, kesempatan, dan sarana untuk melaksanakan tugasnya, sebagian
besar dari mereka semi buta huruf atau buta huruf, dan mereka menderita karena kekurangan, kemiskinan, keterbelakangan dan ketidaktahuan dalam
hidupnya, jumlah kelompok ini lebih dari 50 dari jumlah perempuan di Indonesia.
Dengan berkembangnya peran ganda perempuan maka terjadi perubahan besar dalam tata hidup dan nilai hidup masyarakat. Keakraban
dalam keluarga melonggar. Perlu ditingkatkan kemahiran mengatur waktu para perempuan yang berperan ganda bertugas di luar rumah, agar anak dan
suami tidak menjadi terlantar.
169
Kemampuan perempuan membawakan peran gandanya dual role secara efektif merupakan kunci sukses yang penting
bagi dirinya dalam masyarakat.
170
Peranan perempuan harus dipandang sejalan dengan keluarga dan masyarakat, dan peranan perempuan harus
diintegrasikan dalam pembangunan nasional.
171
Seperti yang diungkapkan oleh Lois Hoffman 1989 menyatakan bahwa perempuan yang bekerja
merupakan kenyataan yang dijumpai dalam kehidupan modern. Hal ini bukanlah kondisi yang menyimpang, namun merupakan suatu respons
169
Ridjal, Fauzie; Margiani Lusi Husein, Agus Fahri Editor 1993, “Dinamika Gerakan
Perempuan di Indonesia”, Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan KDT, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, ISBN: 979-8120-62-7, Desember 1993, 76.
170
Dhakidae, Daniel Editor 1994, “Perempuan, Politik dan Jurnalisme: Tujuh Puluh Tahun Toety
Azis ”, Jakarta: Ikrar Mandiriabadi, Agustus 1994, 73.
171
Hadiz, Liza, Ibid, 394.
65
terhadap perubahan sosial lainnya.
172
Perempuan dalam melaksanakan peran ganda harus dapat mengatur waktu antara pekerjaan dan keluarga.
173
Menurut penulis pendekatan konseling feminis terhadap perempuan karier dalam menjalankan tugasnya mampu membagi waktu dan berbagi
tugas terhadap suami. Dalam hal mengasuh anak dan pekerjaan rumah tangga itu dilakukan secara adil antara suami dan istri.
3.3.4. Masalah Psikologis Anak