58
mampu berpartisipasi dalam hubungan yang ditandai dengan mutualitas yang tinggi. Mutualitas juga diekspresikan dalam hubungan konseling itu sendiri,
bahwa konselor feminis ingin menjadi „nyata‟, dikenal dan membantu secara aktif dalam ruang konseling.
149
Menurut penulis, melalui pendekatan konseling feminis ini diharapkan rentenir dalam menjalankan bisnisnya dapat menghargai nasabah
itu sebagai manusia yang sama-sama ciptaan Tuhan. Dan hal ini yang perlu diterapkan melalui proses pendekatan konseling feminis, sehingga hubungan
rentenir dengan nasabah dapat pulih kembali reconciling dan terhindar dari praktik kekerasan.
3.3.2. Eksploitasi Suku Bunga Tinggi
Eksploitasi bunga yang tinggi adalah salah satu yang menjadi masalah rentenir dengan nasabahnya. Menurut Galtung, dalam Windhu I.
Marsana mengatakan eksploitasi terjadi bila totalitas jumlah biaya dan keuntungan kegiatan dalam pertukaran ekonomi berbagai kelompok berbeda,
sehingga beberapa kelompok memperoleh keuntungan lebih banyak daripada yang lain.
150
Secara ringkas eksploitasi dilihat sebagai sumber pokok adanya ketimpangan ketidaksamaan di dunia ini.
154
Menurut penulis rentenir mendapatkan keuntungan yang lebih dari bisnisnya ini. Ibu HS mengakui bahwa pada saat mereka keluarga datang ke
149
Nurhayati, Eti, Ibid, 242.
150
Windhu, I. Marsana, Ibid, 42.
154
Ibid, 49.
59
Salatiga ini mereka belum memiliki apa-apa. Setelah menjalani bisnis ini selama 10 tahun, kehidupannya pun semakin makmur, punya rumah, ruko dan
mobil dari hasil riba uangnya. Dari permasalahan yang dihadapi perempuan rentenir maka perlu
pendekatan konseling feminis sesuai dengan teori Enns. Menurut Enns, beberapa tujuan konseling feminis ialah pemberdayaan, menghargai dan
meneguhkan keragaman, berjuang untuk perubahan daripada penyesuaian, kesetaraan, kemandirian, dan persamaan ketergantungan, perubahan sosial,
pengasuhan diri, membantu individu dalam melihat diri mereka sebagai agen aktif bagi kehidupan mereka maupun orang lain.
151
Tujuan pendampingan adalah memberikan pelayanan kasih sebagai ungkapan iman sekaligus jawaban konkret atas pemanggilan hidup kristiani
dengan kepedulian dan keprihatinan maupun perhatian kepada mereka yang menderita untuk meringankan beban psikisnya.
152
Melalui pendekatan konseling feminis sesuai teori Enns ini, perempuan rentenir menghargai
nasabah itu serta ada perubahan pada diri perempuan rentenir. Bahwa tujuan konseling feminis menurut Brown Greene, lebih menyoroti ke arah
perubahan sosial, karena perubahan individu tidaklah cukup untuk menyesuaikan diri dengan sistem yang berlaku, perlu perubahan yang lebih
luas.
153
Menurut penulis pendekatan konseling yang dibangun oleh teori
151
Corey G., Ibid, 235.
152
Engel, J.D., Ibid, 84.
153
Williams, Elizabeth Nutt Barber, Jill S. 2004, “Power and Responsibility in Therapy:
Integrating Feminism and Multiculturalism”, Journal of Multicultural Counseling and
Development, Extra 2004 Vol.32, 2004, 1.
60
Enns ini agar para rentenir ada perubahan yang lebih baik, jauh dari praktik eksploitasi, ketidakadilan dalam hal keuntungan, dan perubahan ini diharapkan
secara menyeluruh.
3.3.3 Masalah Peran Domestik