44
para perempuan rentenir ini tertarik menjalankan bisnisnya di lokasi ini. Para pedagang atau nasabah ini tidak mempunyai agunan untuk meminjam modal
ke bank, dan pedagang bakul ini hanya membutuhkan dana kecil. Untuk menjawab kebutuhan para pedagang ini, maka para perempuan rentenir ini
pun tertarik menjalankan bisnis di pasar ini.
3.1.2. Gambaran Umum Rentenir di Salatiga
Sektor informal, baik di bidang perdagangan maupun perkreditan telah memperlihatkan peranan yang penting. Hal ini terlihat semakin
banyaknya jumlah rentenir di pasar Salatiga dan menimbulkan persaingan sesama rentenir yang berakibat semakin sulit untuk mencari nasabah.
119
Rentenir yang beroperasi di pasar Salatiga didominasi oleh perempuan. Jenis kelamin tidak mempengaruhi profesi rentenir, baik perempuan maupun
lakilaki dapat terjun dalam profesi ini. Perempuan lebih banyak rentenir jika dibandingkan laki-laki, hal ini berkaitan dengan nilai-nilai sosial yang
berhubungan dengan pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin bahwa pada umumnya, perempuan yang bekerja untuk meningkatkan pendapatan ekonomi
keluarga. Di samping itu, perempuan juga memiliki tugas untuk memutuskan penggunaan uang dalam keluarga. Laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah
utama, yang harus bertanggungjawab memberikan penghasilannya kepada para istri, untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari. Akibatnya secara
psikologis perempuan lebih mampu dan berpengalaman dalam penggunaan
119
Wawancara dengan ibu Len.
45
uang. Pengetahuan dan pengalaman dalam mengatur keuangan tersebut juga diaplikasikan dalam bidang perdagangan dan hutang-piutang.
120
Menurut penelitian penulis, di pasar Salatiga, kendatipun citra buruk dibangun oleh berbagai kebudayaan, profesi ini tidak surut, bahkan ada
kecenderungan semakin berkembang sejalan dengan ekspansi perdagangan. Hal ini diakui oleh ibu Len sebagai narasumber yang menyatakan semakin
sulitnya bersaing karena jumlah rentenir yang semakin banyak jumlahnya:
121
“Nunga lam godang be rentenir saonari, berbeda sian na jolo i, alani i gabe maol nuaeng mangalului nasabah jala godang saingan gabe susa
mangula ulaon on.” Rentenir ini berkembang selain karena perkembangan pasar, juga
reaksi terhadap sulitnya aturan –aturan kredit formal yang disediakan oleh
institusi ini, banyak dimanfaatkan oleh lapisan bawah, yang pada umumnya kurang berpendidikan dan kurang mengetahui regulasi perbankan.
122
Sulit sekali untuk melacak kembali data statistik yang berkaitan dengan berapa
besar jumlah rentenir yang beroperasi saat ini. Kesulitan ini mengacu pada sifat aktivitas rentenir itu yang tergolong dalam „ekonomi gelap‟, sehingga
para ekonom dan ilmu sosial tidak banyak memperhitungkannya.
123
Seiring dengan pertambahan jumlah rentenir yang meningkat pesat, hal ini juga
tantangan bagi sesama rentenir bahwa semakin sulit untuk mencari nasabah.
120
Yoserizal, Yessi, Ibid, 7.
121
Wawancara dengan ibu Len.
122
Sumadiningrat, Gunawan 1990, “Peran dan Prospek Perkreditan Rakyat dalam Rangka
Kebijakan Pakto”, Makalah Seminar, Jakarta, Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia, 6 Januari 1990, 6.
123
Hartono, Suwardi Prawiro, dan Pancawati, Neni, Ibid, 7.
46
Berbeda beberapa tahun sebelumnya, jumlah rentenir di pasar Salatiga masih sedikit; dengan demikian rentenir masih cepat mendapat
nasabah dan keuntungan yang besar. Nasabah juga mudah mencari pinjaman ke beberapa orang rentenir di pasar, yang mana hal ini membuat nasabah sulit
untuk mengembalikan pinjamannya, karena jumlah utangnya terlalu besar kepada beberapa rentenir, sementara barang dagangannya belum tentu
terjual.
124
Dari permasalahan di atas penulis melihat bahwa semakin banyak jumlah rentenir di pasar ini akan menjadi kesulitan bagi rentenir itu sendiri
dalam hal mencari nasabah. Jumlah perempuan rentenir jemaat HKBP Salatiga saat ini berkisar 27 orang dan diperkirakan jumlah ini akan
bertambah, karena semakin banyak saudaranya atau kerabatnya yang datang dari kampung ke Kota Salatiga ini untuk menjalankan bisnis ini.
125
Pertambahan jumlah rentenir ini membuat pemerintah sampai saat ini sangat kewalahan mengatasi sistim ijon, rentenir tetap terorganisasi yang berlindung
di balik operasi koperasi simpan-pinjam KSP. Rentenir secara negatif tidak saja memberatkan masyarakat, tetapi pada dasarnya bagi bank sentral sendiri
menjadi semakin menghambat proses monetisasi di negara-negara sedang berkembang, di lain pihak kebiasaan ini dapat menimbulkan ketidakberesan
di sektor formal perbankan yang menjadi amat sulit memperbaikinya.
126
124
Wawancara dengan ibu Len.
125
Sumber: Data Statistik Jemaat 2014 Gereja HKBP, “Berich HKBP Salatiga Desember Tahun
2014“ 2014.
126
Ghate, P. B. 1986, “Some Issue for Regional Study on Informal Credit Markets”, A Background
Discussion Paper for the Design Workshop, Manila, May 28 to 30, 1986, 5.
47
Kenyataannya, rentenir yang menikmati suku bunga rendah dari bank pemerintah dimana rentenir biasanya bila kekurangan modal meminjam dari orang-orang
tertentu atau BPR Bank Perkreditan Rakyat dengan uang sebesar 5; tetapi dengan kehadiran bank pemerintah, rentenir yang kekurangan modal meminjam
uang ke bank pemerintah yang bunganya hanya 2, kemudian dipinjamkan ke pedagang kecil dengan bunga sebesar 20 sehingga keuntungannya menjadi 18
per bulan.
127
Rentenir untuk meminjamkan uangnya ke pedagang kecil dilakukan dini hari pukul 03.00
– 07.00 WIB, pada saat para pedagang menunggu barang-barang sayuran, ikan, daging yang turun dari gunung atau
desa, dan pada saat itu ada barang sayur atau ikan atau daging yang akan dibeli, tetapi uang tidak cukup dan seketika itu langsung meminjam uang dari
rentenir yang besarnya berkisar antara Rp.50.000 – Rp.200.000, dan biasanya
rentenir sudah berada di tempat pada pagidini hari sekitar pukul 01.00 - 02.00 dan berdiri di samping para pedagang. Pedagang sudah mengerti
orangorang yang pekerjaannya rentenir, dan uang yang dipinjam tersebut langsung dibagi 30 hari yang dibayar modal bersama bunga selama 1
bulan.
128
Bunga yang ditetapkan oleh rentenir terhadap pedagang sekitar 20, bunga ini cukup tinggi dan ini alasan yang membuat rentenir tergiur
untuk menjalani bisnis ini.
129
Di samping itu, pedagang kecil selalu membeli barang tertentu
127
Siahaan, Monang, Ibid, 17-18.
128
Siahaan, Monang, Ibid, 19.
129
Wawancara dengan Ibu Len.
48
untuk memenuhi kebutuhan langganan, karena bila tidak ada barang yang biasa dijual langganan bisa beralih ke pedagang lainnya yang sulit
menariknya kembali. Para rentenir sekitar pukul 09.00 WIB menagih setoran pinjaman sebelumnya dari peminjam yang dilakukan setiap hari. Sekitar
pukul 15.00 WIB dilakukan menagih uang pinjaman sebelumnya dari peminjam.
130
Di selang waktu jam kerja ini, rentenir perempuan dapat bekerja bergilir dengan suaminya. Dan perempuan rentenir ini dapat memakai
waktu untuk mempersiapkan pekerjaan di rumah menunggu waktu tiba kembali ke pasar menagih setoran.
131
Para perempuan rentenir ini memakai waktu luang untuk mempersiapkan pekerjaan rumah, menunggu tiba waktu
kembali ke pasar untuk menagih.
3.1.3. Faktor-faktor yang Menyebabkan Perempuan Menjadi Rentenir