lingkungan yang makin longgar bahkan tanpa batas sehingga pemahaman tentang loyalitas menjadi makin sulit
diindetifikasikan. 3. Kekuatan dan daya tahan emosi untuk mengelola kecemasan
dirinya dan orang lain berbarengan dengan berlangsungnya pembelajaran dan perubahan menjadi kebutuhan dan cara kerja
way of life. 3. Keterampilan baru dalam mengkaji berbagai asumsi budaya,
menentukan asumsi yang fungsional dan proses yang berjalan yang memperluas budaya melalui pembangunan kekuatannya
dan unsur-unsur fungsional. 4. Kesanggupan dan kesediaan untuk menyertakan pihak lain
menggalakkan peran serta mereka. Ini disebabkan tugas dan tanggung jawab yang terlalu kompleks dan informasi menjadi
semakin meluas disebarkan bagi pemimpin untuk menyelesaikan permasalahan secara mandiri.
5. Kesanggupan dan kesediaan untuk berbagi kekuasaan sesuai dengan keterampilan dan kemampuan. Ini berarti untuk
memungkinkan dan menggalakkan kepemimpinan untuk bertumbuh subur di seluruh organisasi. Frances Hesselbein, et
al; 1996; 66-69. Kepemimpinan aparatur dituntut untuk mampu menghadapi
perubahan paradigma kepemerintahan governance atau yang kini dikenal dengan istilah good governance Kepemerintahan
yang amanah. Pemahaman atas konsep pengelolaan kepemerintahan yang amanah kini terus berkembang. Adapun
prinsip-prinsipnya adalah : 1.
Akuntabilitas, Tanggung Gugat accountability. Akun tabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertang
gungjawaban atas kinerja dan tindakan pimpinan suatu Seorang aparatur harus senantiasa mawas diri, peka dan tanggap
terhadap aspirasi masyarakat dengan membuka diri secara lapang dada terhadap berbagai keluhan sehat dan saran yang membangun
dari masyarakat serta waspada terhadap berbagai godaan atau pengaruh yang bisa berakibat serius terhadap integritas kepe-
mimpinannya. Mungkin yang perlu mendapat perhatian adalah, peringatan,
pengawasan, penyadaran dan sentuhan rohani yang terus menerus untuk menggugah kesadaran mereka dan kepekaan etis untuk
melestarikan nilai-nilai luhur tersebut dalam kehidupan dan interaksi para warga anggota pemerintah dengan lingkungan masyarakat yang
lebih luas.
B. Ciri-Ciri Kepemimpinan Aparatur yang Ideal
Organisasi pemerintahan berkembang pesat mengikuti perubahan yang cepat dan bersifat global dari lingkungan strategis yang
mencakup bidang ekonomi, sosial, budaya, politik dan militer. Hal ini menyebabkan sistem dan lembaga pemerintah yang lampau
mungkin menjadi kuno dan bentuk-bentuk baru kepemerintahan dan kepemimpinan tersebut perlu dikaji ulang. Sederap dengan dinamika
perubahan tersebut pengkajian perlu dilakukan secara terus menerus. Kepemimpinan aparatur dituntut memiliki kompetensi yang
diperlukan untuk secara kreatif mampu menyelesaikan berbagai permasalahan dan tantangan akibat dari perubahan yang cepat dan
penuh ketidakpastian, sebagai berikut: 1. Persepsi dan pemahaman terhadap kenyataan dunia dan tentang
kepemimpinan itu sendiri. 2. Tingkat motivasi yang tinggi memungkinkan pemimpin aparatur
untuk sanggup bertahan menghadapi perubahan terutama dalam
organisasi kepada publik yang memiliki hak meminta pertanggungjawaban. Kalau salah pemerintah dapat digugat
oleh rakyat penerima pelayanan masyarakat. 2.
Transparansi Transparency. Dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan mengenai kebijakan pemerintah,
organisasi, badan usaha. Seleksi jabatan berdasarkan fit and proper test, tender pelelangan, pemberian izin dilakukan secara
transparan. 3.
Keterbukaan Openess. Pemberian informasi secara terbuka, terbuka terhadap saran dan kritik yang dianggap sebagai
partisipasi masyarakat untuk perbaikan. 4.
Berdasarkan Hukum Rule of Law. Keputusan, kebijakan pemerintah, organisasi, badan usaha yang menyangkut
kepentingan publikmasyarakat dilakukan berdasarkan hukum peraturan perundangan yang berlaku. Jaminan kepastian
hukum dan rasa keadilan masyarakat terhadap setiap kebijakan publik yang ditempuh. Conflict Resolution Penyelesaian
Konflik berdasarkan hukum termasuk abritase dan Out of Court Settlement.
5. Jaminan Fairness, a level playing field perlakuan yang
adilperlakuan kesetaraan. Ini berlaku bagi pemerintah kepada masyarakat dalam pelayanan publik, perusahaan kepada
pelanggan dan sebagainya. Bintoro; 2001, 75-78. Salah satu hal yang mendasar adalah perubahan dari government
ke governance. Konsep good governance yang melibatkan interaksi antara ketiga domain unsur pemerintah, unsur swasta,
dan unsur masyarakat yang dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip tersebut di atas akan mengasilkan transaksional output yang efisien,
ekonomis. Good governance mungkin sudah berjalan di negara maju tertentu seperti Skandinavia, Belanda, Jepang. Tetapi di banyak
negara lain, terutama negara berkembang, hal ini masih merupakan suatu proses. Di Indonesia tekad dan komitmen pemerintah untuk
melaksanakan good governance perlu terus ditingkatkan. Sudah mulai dilakukan tindakan perampingan organisasi administrasi publik dan
desentralisasi otonomi serta debirokratisasi. Itu semua merupakan bagian dari proses good governance. Ibid, 2001, 75-81.
Menurut Bintoro ada lima hal yang perlu mendapat perhatian yaitu aparatur publik yang ramping, efisien dan efektif, birokrasi yang
netral dari organisasipartai politik, pengembangan meritrokasi atas dasar profesionalisme yang fair, pendidikan dan pelatihan pegawai,
Clean Government yaitu pemerintahan yang bebas KKN. Kepemimpinan aparatur mendatang dihadapkan kepada per-
masalahan global yang makin kompleks, berat dan luas. Ini menuntut karakteristik kompetensi kepemimpinan yang kreatif dan kompetitif
di arena persaingan global yang makin tajam. Kepemimpinan formal dalam jajaran administrasi publik diharapkan memahami dan meng-
amalkan kepemimpinan non formal dan dunia usaha. Hal ini disebab- kan keberhasilan kepemimpinan aparatur mendatang akan banyak
berkaitan dengan stakeholders yang sebagian besar berada di arena luar administrasi publik.
Peran kepemimpinan aparatur adalah seperti yang digambarkan oleh Burt Nanus. Yaitu sebagai Coach atau pelatih yang senantiasa
mampu melatih, mendidik, membina dan memberdayakan aparat atau pegawai yang dipimpinnya. Dikaitkan dengan kepemimpinan
yang strategis, maka seorang pemimpin haruslah berperan sebagai spokesman atau juru bicara yang mampu menjelaskan visi, misi,
tujuan dan program-program kerja kepada stakeholders yang berada diluar organisasi. Kemampuan berkomunikasi, dialog, lobby,
mendengar secara aktif sangat diperlukan. Ke dalam organisasi, seorang pemimpin aparatur hendaknya mampu membawa per-
ubahan baru, gagasan dan terobosan baru dan pemikiran yang mem-
bawa nilai tambah produktivitas dan efisiensi organisasi. Disamping itu keluar, pemimpin aparatur hendaknya mampu berperan sebagai
direction setter yakni suatu kemampuan untuk memberikan arah yang tepat dalam rangka perwujudan visi, misi, tujuan dan program-
program kerja organisasi. Ciri ciri kepemimpinan dari segi kompetensi dapat dikemukakan
antara lain Frances Hasselbein et. Al, editor, 1996, 67-69.
¾ Ciri pertama adalah kesadaran diri, seorang pemimpin harus
mempunyai pemahaman tentang jati dirinya yang tercermin dari sikap sabar, teguh pendirian, memiliki integritas tinggi. Seseorang
yang memiliki keseimbangan antara kecerdasan intelektual dan emosional.
¾ Ciri kedua adalah kemampuan mengelola dan atau menangani
perubahan, ketidakpastian uncertainty, ketidakteraturan chaos dan keserbabertentangan paradoxal. Hal ini disebab
kan pengaruh globalisasi dan untuk itu dibutuhkan keluwesan dan kemampuan untuk mengatasi setiap keadaan, termasuk
mengelola kendala menjadi peluang.
¾ Ciri ketiga adalah mempunyai visi ke depan. la harus mampu
menggerakkan seluruh jajaran organisasi agar mempunyai per- samaan persepsi terhadap apa yang akan dicapai bersama,
sehingga mampu menggerakkan organisasi sebagai organisasi pembelajaran yang dapat terus berkembang learning
organization.
¾ Ciri keempat mempunyai kejelasan sistem nilai value system
yang dikembangkan bersama seluruh jajarannya sebagai pembentuk budaya organisasi organization culture yang akan
mengembangkan jiwa, karsa, disiplin dan etos kerja.
¾ Ciri kelima mempunyai orientasi kepada pengguna jasa atau
masyarakat yang seharusnya dilayani dan atau mendapat pelayanan dari organisasi yang dipimpinnya.
¾ Ciri keenam adalah keterbukaan openness, keterbukaan
terhadap kritik dan saran sehingga akan dapat terus meningkatkan dan memperbaiki diri dan produktivitas organisasi.
¾ Ciri ketujuh adalah kepercayaan trust yaitu dengan
memberikan kepercayaan kepada yang dipimpinnya. Dengan mengasumsikan bahwa setiap orang mempunyai nilai positif yang
perlu dipupuk dan diberikan kepercayaan untuk terus dikembang- kan, dengan demikian masing masing jajaran dibawahnya akan
mengembangkan potensinya yang terbaik.
¾ Ciri kedelapan adalah kemampuan menggunakan kekuasaan
secara arif dan bijaksana sehingga tidak terjadi penyalahgunaan jabatan dan penyimpangan dari amanah dan kekuasaan yang
diemban. Bijaksana adalah puncak dari semua pemahaman, karena itu untuk melaksanakan kepemimpinan yang bijak me-
merlukan pemahaman tentang banyak hal dengan lengkap dan baik.
C. Etika Kepemimpinan Aparatur yang Ideal