A. Kebudayaan Ideel
Wujud pertama adalah wujud ideel dari kebudayaan, bersifat abstrak, dan lokasinya ada didalam kepala, atau dengan perkataan lain, dalam
alam pikiran dari warga masya rakat tempat kebudayaan itu. Apabila gagasan dinyatakan dalam tulisan, maka lokasi kebudayaan ideel
sering berada dalam karangan dan buku hasil karya warga masyarakat yang bersangkutan. Sekarang kebudayaan ideel juga
banyak tersimpan dalam disk, tape, arsip, micro file dan sebagainya. Kebudayaan ideel dapat disebut adat tata kelakuan , atau secara
singkat adat atau adat istiadat jamak. Sebutan tata kelakuan itu untuk menunjukkan bahwa kebudayaan ideel itu biasanya juga
berfungsi sebagai tata kelakuan yang mengatur, mengendalikan dan memberi arah kepada kelakukan dan perbuatan manusia dalam
masyarakat, seperti misalnya aturan sopan santun dalam mem- berikan sumbangan pada waktu kondangan. Adat menurut
Kuntjaraningrat dapat dibagi lebih khusus dalam empat tingkat, yaitu; a. tingkat nilai budaya;
b. tingkat norma-norma; c. tingkat hukum;
d. tingkat aturan khusus.
a. Tingkat pertama, sistem nilai budaya. Tingkat ini merupakan
lapisan yang paling abstrak dan luas ruang lingkupnya. Sistem nilai budaya mencakup ide-ide yang mengkonsepkan hal hal yang
paling bernilai dalam kehidupan masyarakat. Konsepsi-konsepsi ini biasanya luas dan kabur; tetapi walaupun demikian, atau justru
karena kabur dan tidak rasional, biasanya berakar dalam bagian emosional dari atau jiwa manusia. Jumlah nilai-nilai budaya tingkat
pertama ini dalam suatu kebudayaan biasanya tidak banyak. Contoh dari suatu nilai budaya, terutama dalam masyarakat kita,
adalah konsepsi bahwa hal yang bernilai tinggi adalah apabila manusia itu suka bekerja sama dengan sesamanya berdasarkan
rasa solidaritas yang besar. Konsepsi ini, yang biasanya kita sebut nilai gotong royong, mempunyai ruang lingkup yang amat luas
karena memang hampir semua karya manusia itu biasanya di- lakukan dalam rangka kerjasama dengan orang lain, dengan per-
kataan lain : konsep tersebut diatas hanya berarti bahwa semua kelakuan manusia yang bukan bersifat bersaing atau berkelahi
itu adalah baik. Jelaslah bahwa nilai itu sebenarnya tidak rasional. Contoh lain : Suatu nilai budaya yang penting terutama dalam
masyarakat kebudayaan Barat adalah konsepsi bahwa hal yang bernilai tinggi adalah apabila manusia itu dapat berhasil sama
sekali atas usahanya sendiri. Ideal yang disebut nilai individua- lisme ini, juga kabur dan tak rasional, karena dalam kenyataan
jarang terjadi bahwa manusia itu dapat sesuatu hasil yang sama sekali terlepas dari usaha atau bantuan orang lain.
b. Tingkat kedua sistem norma. Sitem norma lebih konkrit. Norma
adalah nilai budaya yang sudah terkait kepada peranan-peranan tertentu manusia dalam masyarakat. Dalam kehidupan, peranan
manusia adalah banyak, dan manusia sering berubah peranannya dari satu saat ke saat, dari hari ke hari yang lain. Pada suatu
saat ia berperan sebagai atasan, sesaat kemudian berperan sebagai bawahan, pada suatu saat ia berperan sebagai guru, pada
saat lain sebagai pimpinan partai. Tiap peranan membawakan baginya sejumlah norma, yang menjadi pedoman bagi
kelakuannya dalam memainkan peranan yang bersangkutan. Dalam suatu kebudayaan, jumlah norma lebih banyak dari jumlah
nilai budayanya.
c. Tingkat ketiga, sistem hukum. Sistem ini lebih konkrit lagi.
Hukum, baik hukum adat maupun hukum tertulis, sudah jelas pula batas-batas ruang lingkupnya. Jumlah hukum dalam suatu
masyarakat jauh lebih banyak dari pada jumlah norma yang menjadi pedomannya.
d. Tingkat keempat, aturan khusus. Aturan-aturan khusus
mengatur aktivitas-aktivitas yang amat jelas dan terbatas ruang lingkupnya dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, aturan
aturan khusus ini sangat konkrit dan banyak di antaranya terkait dalam sistem hukum. Contoh aturan khusus yang terkait dengan
sistem hukum adalah peraturan lalu lintas. Contoh aturan khusus yang tidak tersangkut dengan sistem hukum misalnya adalah
aturan sopan-santun.
B. Sistem Sosial