commit to user 13
pemberian  garam  sangat  penting  karena  garam  berperan  terutama  untuk efek  rasa,  di  samping  itu  juga  untuk  meningkatkan  kekuatan  adonan
Soeparno, 1992. Menurut  Hudaya  dan  Daradjat  1980  dalam  industri  makanan,
fungsi  utama  dari  garam  adalah  sebagai  pemberi  rasa.  Kualifikasi  mutu garam adalah :
a Bersih bebas dari bahan-bahan yang tidak dapat larut
b Bebas dari zat kimia
c Halus dan tidak bergumpal-gumpal
d Cepat larut
5. Air
Air  H
2
O  merupakan  komponen  penting  dalam  bahan  makanan karena  air  dapat  mempengaruhi  penampakan,  tekstur,  tingkat  kerenyahan
produk akhir serta cita rasa makanan. Reaksi pembentukan gel memerlukan air sebagai penentu tingkat keberhasilan produk yang diinginkan  Winarno,
1992. Air yang digunakan dalam industri pangan harus mempunyai syarat- syarat  tidak  berwarna,  tidak  berbau,  jernih,  tidak  mengandung  besi  dan
mangaan, serta dapat diterima secara bakteriologis, yaitu tidak menganggu kesehatan  dan  tidak  menyebabkan  kebusukan  bahan  pangan  yang  diolah
Djumali  dkk.,  1982.  Jumlah  air  yang  digunakan  dalam  adonan  kerupuk dapat  mempengaruhi  tingkat  adonan  kerupuk,  penyerapan  minyak  dan
kerenyahan produk akhir Wiriano, 1984.
D. Minyak Goreng
Di  Indonesia  Standar  mutu  minyak  goreng  diatur  dalam  SNI  01-
3741-1995 seperti pada tabel 2.7.
Minyak  goreng  merupakan  kebutuhan  masyarakat  yang  saat  ini harganya masih cukup mahal, akibatnya minyak goreng digunakan berkali-
kali untuk menggoreng, terutama dilakukan oleh penjual makanan gorengan. Secara ilmiah minyak goreng yang telah digunakan berkali-kali,  lebih-lebih
dengan  pemanasan  tinggi  sangatlah  tidak  sehat,  karena  minyak  tersebut
commit to user 14
asam  lemaknya  lepas  dari  trigliserida  sehingga  jika  asam  lemak  bebas mengandung  ikatan  rangkap  mudah  sekali  teroksidasi  menjadi  aldehid
maupun  keton  yang  menyebabkan  bau  tengik.  Minyak  goreng  selain berfungsi  sebagai  medium  penghantar  panas  juga  dapat  menambah  rasa
gurih,  menambah  nilai  gizi  dan  kalori  bahan  pangan.  Kecukupan  suhu dan waktu  penggorengan  berbeda  untuk  setiap  bahan,  kondisi  dan  perlakuan
Ketaren,1986.
Tabel 2.7. Standar Nasional Indonesia Minyak Goreng
No   Kriteria Uji Persyaratan
1 Bau
Normal
2 Rasa
Normal
3 Warna
Muda jernih
4 Kadar Air
Max.0,3
5 Berat Jenis
0,9 gramL
6 Asam Lemak bebas
Max.0,3
7 Angka Peroksida
Max. 2 megKg
8 Angka Iodium
45 -46
9 Angka Penyabunan
196- 206
10 Titik Asap
min 200
o
C
11 Indeks Bias
1,448 – 1,450
12 Cemaran Logam
Besi Max 1,5 mgKg
Timbal Max 0,1 mgKg
Tembaga Max. 40 mgKg
Seng Max. 0,05 mgKg
Raksa Max. 0,1 mgKg
Timah Max. 0,1 mgKg
Arsen Max. 0,1 mgKg
Sumber :
SNI 01-3741-1995
Penggunaan  minyak  goreng  dengan  suhu  tinggi  akan  mengalami kerusakan  yaitu  makanan  menjadi  gosong,  sehingga  rasanya  pahit  dan
minyak  yang  digunakan  untuk  menggoreng  menjadi  berwarna  hitam, akibatnya  makanan yang  digoreng  dengan  minyak  tersebut di  tenggorokan
terasa gatal Buckle,
et a l
, 1987.
E. Analisis Sensoris
Uji  organoleptik  adalah  pengujian  yang  dilakukan  untuk memberikan  penilaian  terhadap  suatu  produk,  dengan  mengandalkan  panca
commit to user 15
indra.  Panelis  adalah kelompok
yang  memberikan  penilaian  terhadap  suatu produk,  dibedakan  menjadi  lima  yaitu  panelis  perorangan,  panelis  terbatas,
panelis  terlatih  7-15  orang,  panelis  setengah  terlatih  15-25  orang  dan panelis  tidak  terlatih  25  orang.  Beberapa  faktor  yang  harus  diperhatikan
dalam  melaksanakan  uji  organoleptik  adalah  fisiologi  keadaan  fisik  panelis, psikologi  perasaan  panelis  dan  kondisi  lingkungan  saat  pengujian.  Dalam
pelaksanaannya,  digunakan  uji  hedonik  dimana  panelis  tidak  terlatih  diminta memberikan penilaian dalam skala yang menunjukkan tingkat dari sangat tidak
suka  sekali  sampai  sangat  suka  sekali  untuk  respon  rasa.  Sedangkan  panelis setengah terlatih memberikan penilaian dari tingkat sangat tidak mengembang
sekali  sampai  sangat  mengembang  sekali  untuk  respon  kemampuan mengembang Kume, 2002.
Uji  kesukaan  pada  dasarnya  merupakan  pengujian  yang  panelisnya mengemukakan  responnya  yang  berupa  senang  tidaknya  terhadap  sifat  bahan
yang  diuji.  Pada  pengujian  ini  digunakan  panelis  yang  belum  terlatih.  Panelis diminta
untuk mengemukakan
pendapatnya secara
spontan, tanpa
membandingkan  dengan  sampel  standar  atau  sampel-sampel  yang  diuji sebelumnya. Dalam tipe uji scoring panelis diminta untuk menilai penampilan
sampel  berdasarkan  intensitas  atribut  atau  sifat  yang  dinilai.  Panelis  harus paham  mengurutkan  intensitas  sifat  yang  dinilai.oleh  karena  itu  dalam
pengujian  ini  digunakan  panelis  yang  terpilih  dan  terlatih.  Tipe  pengujian  ini sering  digunakan  untuk  menilai  mutu  bahan  dan  intensitas  sifat  tertentu,
misalnya kemanisan, kekerasan, dan warna Kartika, 1988. Metode  uji  kesukaan  atau  uji  penerimaan  juga  disebut
a ccepta nce test ata u preference test
. Uji penerimaan menyangkut penilaian seseorang akan suatu  sifat  atau  kualitas  suatu  bahan  yang  menyebabkan  orang  menyenangi.
Jika pada uji pembedaan panelis mengemukakan kesan akan adanya perbedaan tanpa  disertai  kesan  senang  atau  tidak  maka  pada  uji  pemilihan  panelis
mengemukakan  tanggapan  pribadi  adalah  kesan  yang  berhubungan  dengan kesukaan  atau  tanggapan  senang  atau  tidaknya  terhadap  sifat  sensori  atau
kualitas  yang  dinilai.    Misalnya,  kesan  gurih  dan  renyah pada  kerupuk,  kesan
commit to user 16
halus  pada  permukaan  kertas  adalah  berhubungan  dengan  sifat-sifat  yang disenangi. Sebaliknya rasa hambar, terlalu asin dan liat pada daging berkaitan
dengan sifat-sifat yang tidak disukai Soekarto, 1985. Waktu pengujian sebaiknya dilakukan pada saat calon-calon panelis
tersebut  dalam  kondisi  tidak  lapar  dan  tidak  kenyang,  karena  dalam  kondisi demikian  calon-calon  tersebut  kepekaannya  terhadap  sifat  inderawi  menurun.
Jumlah penilai untuk uji kesukaan sekurang-kurangnya adalah 30 orang. Makin banyak penilainnya, makin cermat pula hasil penilainnya Utami, 1999.
Uji  scoring  atau  uji  skor  berfungsi  untuk  menilai  suatu  sifat organoleptik  yang  spesifik,  selain  itu  uji  scoring  dapat  juga  digunakan  untuk
menilai  sifat  hedoni  atau  sifat  mutu  hedonic.  Pada  uji  scoring  diberikan penilaian  terhadap  mutu  sensorik  dalam  suatu  jenjang  mutu.  Tujuan  uji  ii
adalaah  pemberian  suatu  nilai  atau  scor  tertentu  terhadap  suatu  karakteristik mutu.  Pemberian  skor  dapat  dikaitkan  dengan  skala  hedonic  yang  jumlah
skalanya tergantung pada tingkat kelas yang dikehendaki Rahayu, 2001.
F. Analsis Ekonomi