Karakteristik Mata Pelajaran IPA SMP

12 kemampuan berpikir kombinatorial combinatorial thought yaitu kemampuan menyusun kombinasi- kombinasi yang mungkin dari unsur-unsur dalam suatu sistem. Berdasarkan uraian diatas dapat digeneralisasikan bahwa terori kognitif pada pendidikan sebagai berikut : 1. Memusatkan perhatian kepada berpikir atau proses mental peserta didik, tidak sekedar kepada hasilnya. 2. Menguntungkan peran peserta didik dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan.

2.2 Karakteristik Mata Pelajaran IPA SMP

Pada dasarnya manusia ingin tahu lebih banyak tentang IPA atau Sains, antara lain sifat sains, model sains, dan filsafat sains. Pada saat setiap orang mengakui pentingnya sains dipelajari dan dipahami, tidak semua masyarakat mendukung. Pada umumnya siswa merasa bahwa sains sulit, dan untuk mempelajari sains harus mempunyai kemampuan memadai seperti bila akan menjadi seorang ilmuwan. Ada tiga alasan perlunya memahami sains antara lain, pertama bahwa kita membutuhkan lebih banyak ilmuwan yang baik, kedua untuk mendapatkan penghasilan, ketiga karena tiap kurikulum menuntut untuk mempelajari sains. Mendefinisikan sains secara sederhana, singkat dan yang dapat diterima secara universal sangat sulit dibandingkan dengan mendefinisikan ilmu-ilmu lain. Beberapa ilmuwan memberikan definisi sains sesuai dengan pengamatan dan pemahamannya. Fisher 1975: 5 dalam Widiyatmoko 2013: 2 menyatakan bahwa secara etimologi kata sains berasal dari bahasa latin yaitu 13 scientia yang berarti pengetahuan knowledge. Jenkins Whitefield: 1974; Conant: 1975 dalam Widiyatmoko 2013: 3 mendefinisikan sains sebagai rangkaian konsep dan skema konseptual yang saling berhubungan dan dikembangkan dari hasil eksperimentasi, observasi sesuai untuk eksperimentasi dan observasi berikutnya. Kemendikbud 2013: 212 mendefinisikan Ilmu Pengetahuan Alam sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan dan deduksi untuk menghasilkan suatu pejelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Hakikat pembelajaran IPA menurut Kemendikbud 2013: 213 terdapat empat unsur utama, yaitu: 1. Sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open ended; 2. Proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran dan penarikan kesimpulan; 3. Produk: berupa fakta, prinsip, teori dan hukum; 4. Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Keempat unsur tersebut merupakan ciri IPA yang utuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Sehingga dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur tersebut diharapkan dapat muncul, sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah dan meniru cara ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru. 14 Keberhasilan proses pembelajaran IPA perlu didukung dengan kegiatan laboratorium, yang biasa disebut dengan istilah praktikum. Melalui program praktikum, siswa dapat mempelajari IPA melalui pengamatan langsung terhadap gejala-gejala maupun proses-proses IPA. Program praktikum penting untuk melatih keterampilan berpikir ilmiah, menanamkan serta mengembangkan sikap ilmiah, juga penting untuk mengembangkan daya nalar siswa secara kritis. Melalui praktikum, siswa dapat terlatih dalam menemukan dan memecahkan berbagai masalah baru melalui metode ilmiah. Hal tersebut menunjukkan bahwa program praktikum memiliki peran yang penting dalam pembelajaran IPA. Hal ini konsisten dengan pendapat Prasetyo 2013: 6 yang menyatakan bahwa pembelajaran IPA yang dilakukan melalui kegiatan praktik practical work siswa tidak hanya melakukan olah pikir minds-on tetapi juga olah tangan hands-on. Melalui kegiatan praktik dalam proses pembelajaran IPA dapat memotivasi siswa dalam belajar sehingga kualitas belajar siswa akan meningkat, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan sejumlah ketrampilan. Proses pembelajaran IPA ditentukan oleh kompetensi yang dimiliki oleh guru. Guru mata pelajaran IPA juga diharapkan memiliki kompetensi- kompetensi sesuai Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 adalah: 1. Memahami konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori IPA serta penerapannya secara fleksibel. 2. Memahami proses berpikir IPA dalam mempelajari proses dan gejala alam 3. Menggunakan bahasa simbolik dalam mendeskripsikan proses dan gejala alam. 4. Memahami hubungan antar berbagai cabang IPA, dan hubungan IPA dengan matematika dan teknologi. 15 5. Bernalar secara kualitatif maupun kuantitatif tentang proses dan hokum alam sederhana. 6. Menerapkan konsep, hukum, dan teori IPA untuk menjelaskan berbagai fenomena alam. 7. Menjelaskan penerapan hukum-hukum IPA dalam teknologi terutama yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. 8. Memahami lingkup dan kedalaman IPA sekolah. 9. Kreatif dan inovatif dalam penerapan dan pengembangan IPA. 10. Menguasai prinsip-prinsip dan teori-teori pengelolaan dan keselamatan kerjabelajar di laboratorium IPA sekolah. 11. Menggunakan alat-alat ukur, alat peraga, alat hitung, dan piranti lunak komputer untuk meningkatkan pembelajaran IPA di kelas, laboratorium. 12. Merancang eksperimen IPA untuk keperluan pembelajaran atau penelitian 13. Melaksanakan eksperimen IPA dengan cara yang benar. 14. Memahami sejarah perkembangan IPA dan pikiran- pikiran yang mendasari perkembangan tersebut. Landasan filosofis pembelajaran IPA ialah filsafat pendidikan Progresivisme yang dikembangkan oleh para ahli pendidikan seperti John Dewey diawal abad 20. Progresvisme merupakan pendidikan yang berpusat pada siswa dan memberi penekanan lebih besar pada kreativitas, aktivitas, belajar “naturalistik”, hasil belajar “dunia nyata” dan juga pengalaman teman sebaya. Pembelajaran IPA terpadu merupakan konsep pembelajaran IPA dengan situasi lebih alami dan situasi dunia nyata, serta mendorong siswa membuat hubungan antar cabang IPA dan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari hari. Pembelajaran IPA terpadu 16 merupakan pembelajaran bermakna yang memungkinkan siswa menerapkan konsep-konsep IPA dan berpikir tingkat tinggi dan memungkinkan mendorong siswa peduli dan tanggap terhadap lingkungan dan budayanya. Guru dalam pembelajaran IPA hendaknya dapat merancang dan mempersiapkan suatu pembelajaran dengan memotivasi awal sehingga dapat menimbulkan suatu pertanyaan. Dengan begitu, guru yang bertugas dapat mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa dalam melaksanakan pembelajaran berdasarkan inkuari. Ciri utama pembelajaran IPA adalah dimulai dengan pertanyaan atau masalah dilanjutkan dengan arahan guru menggali informasi, mengkonfirmasikan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki dan mengarahkan pada tujuan apa yang belum dan harus diketahui. Jadi terlihat bahwa siswa akan dapat menemukan sendiri jawaban dari masalah atau pertanyaan yang timbul diawal pembelajaran. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh diharapkan tidak dengan jalan mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi dengan jalan menemukan dan menggeneralisasi sendiri sebagai hasil kemandiriannya. Dengan begitu, untuk pembelajaran IPA hendaknya dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya heterogen, untuk dapat bekerja sama, saling berinteraksi dan mendiskusikan hasil secara bersama sama, saling menghargai pendapat teman, sampai dapat memutuskan kesimpulan yang disepakati bersama.

2.3 Peran Guru dalam Proses Pembelajaran

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Akademik Melalui Dialogis Kolegial Pembelajaran IPA (Studi Kasus di SMP Negeri 41 Semarang) T2 942012071 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Akademik Melalui Dialogis Kolegial Pembelajaran IPA (Studi Kasus di SMP Negeri 41 Semarang) T2 942012071 BAB IV

0 0 32

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Akademik Melalui Dialogis Kolegial Pembelajaran IPA (Studi Kasus di SMP Negeri 41 Semarang) T2 942012071 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Akademik Melalui Dialogis Kolegial Pembelajaran IPA (Studi Kasus di SMP Negeri 41 Semarang)

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Akademik Melalui Dialogis Kolegial Pembelajaran IPA (Studi Kasus di SMP Negeri 41 Semarang)

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Akademik Melalui Dialogis Kolegial Pembelajaran IPA (Studi Kasus di SMP Negeri 41 Semarang)

0 0 10

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kinerja Mengajar Guru Melalui Supervisi Akademik Kepala Sekolah Di SD Negeri Sumurboto Banyumanik Semarang T2 BAB II

0 0 20

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengelolaan Supervisi Akademik Di SMP Negeri ebonagung Kabupaten Demak T2 BAB IV

0 0 28

T2__BAB III Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengelolaan Supervisi Akademik Di SMP Negeri ebonagung Kabupaten Demak T2 BAB III

0 0 10

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengelolaan Supervisi Akademik Di SMP Negeri ebonagung Kabupaten Demak T2 BAB II

0 1 24