36 Affective Zone. HAZ merupakan daerah yang terkena radiasi panas akibat
pengelasan pada jalus las. d. Polaritas listrik
Pengelasan busur
listrik dengan
elektroda terbungkus
dapat menggunakan polaritas lurus dan polaritas balik. Pemilihan polaritas ini
tergantung pada bahan pembungkus elektroda, konduksi termal dari bahan induk, kapasitas panas dari sambungan dan lain sebagainya. Bila titik cair bahan
induk tinggi dan kapasitas panasnya besar sebaiknya digunakan polaritas lurus, sebaliknya bila kapasitas panasnya kecil sebaiknya digunakan polaritas balik.
e. Besarnya penembusan atau penetrasi Untuk mendapatkan kekuatan yang tinggi dibutuhkan penetrasi atau
penembusan yang cukup, sedangkan besarnya penembusan tergantung kepada sifat-sifat fluks, polaritas, besarnya arus, kecepatan las, dan tegangan yang
digunakan. Pada dasarnya makin besar arus las makin besar pula daya tembusnya.
f. Beberapa kondisi standar dalam pengelasan
Beberapa kondisi standar dalam pengelasan dengan syarat-syarat tertentu seperti tebal plat, bentuk sambungan, jenis elektroda, diameter inti
elektroda dan lain sebagainya, telah ada. Kondisi itu harus dilaksanakan secara seksama dan teliti saat pengelasan.
3. Jenis-jenis Sambungan Las
Menurut Lukas Okta Prasetyawanto 2012: 38, sambungan las diklasifkasikan menurut konstruksi lasnya seperti butt Joint, T-joint, corner joint,
lap joint, edge joint, splice joint, dan flage joint. Untuk lebih jelasnya peneliti uraikan sebagai berikut:
37 a. Sambungan buntu butt joint
Butt joint terdiri dari dua bagian logam yang disusun sejajar perhatikan Gambar 1. Pada pengelasan baja, sambungan dengan penetrasi penuh di celah
sambungan disebut juga butt joint walaupun posisi dua logam tidak sejajar pada bidang yang sama.
Gambar 1. Skematis sambungan buntu butt joint b. Sambungan T atau T-joint
Sambungan T atau T-joint terdiri dari dua bagian yang disambung membentuk huruf T lihat Gambar 2. Penambahan sambungan lain pada T-joint
sehingga membentuk palang disebut cuciform joint. Sambungan ini dapat menggunakan pengelasan fillet weld, groove weld, plug
weld, seam seld, dan lain-lain.
Gambar 2. Skematis sambungan T c. Sambungan sudut corner joint
Sambungan sudut atau corner joint terdiri dari dua bagian yang sambungannya memebentuk huruf L dan pengelasannya dilakukan pada pinggir
38 sudutnya lihat Gambar 3. Sambungan ini digunakan untuk membuat konstruksi
kotak.
Gambar 3. Skematis sambungan sudut corner joint d. Sambungan tumpang lap joint
Sambungan tumpang atau lap joint terdiri dari dua bagian yang ditumpuk pada bidang sejajar, kemudian dilas pada kedua ujung masing-masing. Lap joint
dimana tiap sisi bagian yang disambung terletak pada bidang yang sama disebut joggled lap joint lihat Gambar 4.
Gambar 4. Skematis lap joint joggled lap joint e. Sambungan sisi edge joint
Sambungan sisi terdiri lebih dari dua bagian yang dilas, bagian pinggir sambungan dilas dengan ketebalan tipis. Sambungan ini dapat menggunakan
tipe las groove weld, flare weld, seam seld, dan edge weld lihat Gambar 5.
a b
39 Gambar 5. Skematis sambungan sisi edge joint
f. Sambungan splice spliced joint
Sambungan splice atau spliced joint yaitu dua bagian yang disusun sejajar dan bagian lain ditambahkan di atasnya kemudian dilakukan pengelasan
lihat Gambar 6. Jenis sambungan ini terdiri dari double-spliced joint dan single- spliced joint.
Gambar 6. Skematis sambungan spliced g. Sambungan flange flange joint
Flange joint terdiri dari dua bagian, setidaknya salah satu memiliki tepi bengkok lihat Gambar 7. Hal ini diaplikasikan pada pembuatan roof yang ter-
buat dari stainless steel atau paduan titanium.
Gambar 7. Skematis sambungan flange flange joint
40
4. Posisi Pengelasan