PERBEDAAN ANTARA MODEL COURSE REVIEW HORAY DENGAN TALKING STICK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 1 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(1)

ABSTRAK

PERBEDAAN ANTARA MODEL COURSE REVIEW HORAY DENGAN TALKING STICK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V

SEKOLAH DASAR NEGERI 1 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

Ami Yustitia Syanur

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh variasi metode pembelajaran yang digunakan guru belum maksimal, sehingga siswa terlihat jenuh dan bosan selama pembelajaran berlangsung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan antara hasil belajar siswa yang menggunakan model Course Review Horay dengan siswa yang mengunakan model Talking Stick.

Metode yang digunakan yaitu Eksperimen Semu atau Quasi Experimental, dengan desain penelitian Counterbalanced Design. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas V SD Negeri 1 Metro Pusat. Pengambilan sampel menggunakan teknik Sampling Purposive diperoleh sampel yaitu, kelas VA sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas VB sebagai kelas eksperimen 2. Analisis statistik dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS 17 dan Microsoft Excel. Hasil penelitian menunjukkan: (1) ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata hasil kognitif siswa pada kelas yang menggunakan model Course Review Horay dengan yang menggunakan model Talking Stick, (2) tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata hasil afektif siswa pada kelas yang menggunakan model Course Review Horay dengan yang menggunakan model Talking Stick, (3) tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata hasil psikomotor siswa pada kelas yang menggunakan model Course Review Horay dengan yang menggunakan model Talking Stick.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Harapan, Marga Tiga, Lampung Timur pada tanggal 21 Juli 1992, sebagai anak pertama dari 4 bersaudara, dari Bapak Abdul Rasyid Syanur dan Ibu Zubaidah.

Pendidikan pertama penulis dimulai di SD Negeri 2 Cinere, Jakarta Selatan pada tahun 1998, dan lulus di SD Negeri 1 Metro Pusat pada Tahun 2004. Pendidikan penulis dilanjutkan di SMP Negeri 1 Metro dan lulus pada tahun 2007. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Metro dan telah lulus pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Perguruan Tinggi Universitas Lampung melalui program SNMPTN. Selama menjadi mahasiswa, penulis melaksanakan Program Pengenalan (P4KA) di SD Negeri 1 Metro sejak 2010 sampai 2014. Selain itu penulis juga melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL) dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di SD Negeri 2 Pagar Dewa, Tulang Bawang Barat.


(7)

Bismillahirrohmannirrohim,

Kepada AYAH, IBU, ITA, TIKA, dan ICA.

Terima kasih untuk semua hal yang telah diberikan pada penulis. Terima kasih untuk semua kasih sayang.

Semoga penulis bisa terus membuat kalian bangga dan bahagia. LOVE YOU ALL


(8)

MOTTO

Sesungguhnya Allah SWT tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri

(Q.S Ar-ra’d: 110)

Hardwork beats talent when talent fails to work hard (Kevin Durant)

Berfikir positif pada kehidupan, maka kehidupan akan lebih menjadi positif


(9)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah melimpahkan Rahmat dan HidayahNya, sehingga skripsi dengan judul “Perbedaan Antara Model Course Review Horay denganTalking StickTerhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015” dapat penulis selesaikan dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan banyak melakukan kesalahan. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, petunjuk, saran, dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karenanya dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah banyak berjasa dalam kemajuan Universitas Lampung dan membawa nama Universitas Lampung terus menjadi yang terbaik di lingkup nasional.

2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M. Si., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberi kemudahan dalam menyelesaikan skripsi. 3. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., Ketua Program Studi PGSD Universitas

Lampung yang telah memberi kemudahan dalam menyelesaikan skripsi. 4. Bapak Drs. Siswantoro, M.Pd., Koordinator kampus B PGSD Universitas


(10)

iii 5. Bapak Dr. Alben Ambarita, M.Pd., Dosen Pembimbing I yang telah banyak membantu, membimbing, dan memberikan saran serta meluangkan waktunya kepada penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

6. Bapak Drs. A. Sudirman, M.H., Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Dosen Pembimbing II yang telah banyak membantu, membimbing, dan memberikan saran serta meluangkan waktunya kepada penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

7. Bapak Drs. Sarengat, M.Pd., Dosen Pembahas yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

8. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf S-1 PGSD UPP Metro yang turut andil dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

9. Ibu Suyeti, S.Pd.,M.M, Kepala SD Negeri 1 Metro Pusat, serta Dewan Guru dan Staf Administrasi yang telah banyak membantu peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

10. Ibu Dewi Yuliana, S.Pd, wali kelas VA dan teman sejawat yang banyak membantu peneliti dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

11. Ibu Sunarti, S.Pd, wali kelas VB dan teman sejawat yang banyak membantu peneliti dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

12. Siswa-siswi kelas V SD Negeri 1 Metro Pusat yang telah berpartisipasi aktif sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

13. Kedua orang tuaku tersayang, serta seluruh keluargaku yang telah memberikan do’a, dukungan dan motivasinya selama ini.

14. Sahabat – sahabat tercinta: Reza Novianto, Faridhatul Khasanah, Saras Rohmawati, Risty Meilani, Diah Nuraini, Fatih Istiqomah, Joni Saputra, Feri Kusnun, Reni Amalia, Tanti Taryanti, Habibie Syafrudin, Meylisa Efriliyanti yang selalu memberikan semangat serta motivasi untuk keberhasilan penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

15. Seluruh rekan-rekan S-1 PGSD angkatan 2010, yang telah berjuang bersama kalian sudah menjadi keluarga baru bagi penulis, terima kasih atas bantuan dan kerjasama dari kalian semua.

16. Teman-teman KKN dan PPL Pagar Dewa, Tulang Bawang Barat 2013 kebersamaan dengan kalian takkan terlupakan.


(11)

iv 17. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam kelancaran penyusunan

skripsi ini.

Semoga Allah SWT melindungi dan membalas semua kebaikan yang sudah kalian berikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan, akan tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Metro, Desember 2014 Penulis


(12)

(13)

(14)

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

1.1 Hasil Nilai Mid Semester Ganjil Siswa Kelas V SD Negeri 1

Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 2

3.1 Indikator Hasil Belajar Siswa ... 39

3.2 Kriteria Reliabilitas Soal ... 41

3.3 Kategori Kinerja Guru Mengajar Berdasarkan Pemerolehan Nilai ... 44

3.4 Kriteria Hasil Belajar ... 45

3.5 KlasifikasiGain ... 46

4.1 Hasil Pretest Siswa ... 53

4.2 Hasil Posttest Siswa ... 54

4.3 N-Gain Pretest Dan Postest Siswa . ... 56

4.4 Hasil Uji Normalitas Dan Homogenitas Data Pretest ... 58

4.5 Hasil Uji Normalitas Dan Homogenitas Data Posttest ... 59

4.6 Hasil Uji T Pretest Dan Posttes ... 60

4.7 Hasil Belajar Afektif Siswa ... 62

4.8 Uji Normalitas Dan Homogenitas Data Afektif Siswa ... 64

4.9 Hasil Belajar Psikomotor Siswa ... 65

4.10 Hasil Uji Normalitas Dan Homogenitas Data Psikomotor Siswa ... 67

4.11 Kinerja Guru Pada Kelas Eksperimen ... 69


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran halaman

1. Surat Keterangan dari Fakultas . ... 83

2. Surat Izin Penelitian dari Fakultas ... 84

3. Surat Penelitian pendahuluan dari Fakultas ... 85

4. Surat Izin Penelitian dari Sekolah ... 86

5. Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah ... 87

6. Surat Pernyataan Teman Sejawat ... 88

7. Hasil Uji Validitas Tes ... 89

8. Penghitungan Reliabilitas Tes ... 90

9. Soal Tes Uji Coba ... 91

10. Silabus PembelajaranCourse Review Horay... 98

11. Rencana Perbaikan PembelajaranCourse Review Horay... 103

12. Silabus PembelajaranTalking Stick... 110

13. Rencana Perbaikan PembelajaranTalking Stick ...115

14. Soal Pretest ... 122

15. Soal Posttest ... 126

16. Rekap Hasil Pretes dan PosttesCourse Review Horay ...130

17. Rekap Hasil Pretes dan PosttesTalking Stick ...131

18. N-Gain KelasCourse Review Horay ...131

19. N-Gain KelasTalking Stick ...132

20. Output SPSS Data Kognitif Siswa ... 134

21. Lembar Observasi Afektif Siswa ... 136

22. Hasil AfektifCourse Review Horay ...138

23. Hasil AfektifTalking Stick ...139

24. Output SPSS Data Afektif Siswa ... 140

25. Lembar Observasi Psikomotor Siswa ... 141

26. Hasil PsikomotorCourse Review Horay ...143

27. Hasil PsikomotorTalking Stick ... 144

28. Output SPSS Data Psikomotor Siswa ... 145

29. Lembar Instrumen IPKGCourse Review Horay ...146

30. Lembar Instrumen IPKGTalking Stick ...150

31. Output SPSS Data Kinerja Guru ... 154


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

2.1 Kerangka Pikir ... 32

4.1 Diagram Ketuntasan Pretest Siswa. ... 53

4.2 Diagram Perbandingan Nilai Rata-Rata Pretest ... 54

4.3 Diagram Ketuntasan Posttest Siswa ... 55

4.4 Diagram Perbandingan Nilai Rata-Rata Postest ... 55

4.5 Diagram Kategori N-Gain ... 57

4.6 Diagram Perbandingan N-Gain Rata-Rata ... 57

4.7 Diagram Perbandingan Afektif Siswa ... 63

4.8 Perbandingan Kategori Psikomotor Siswa ... 66


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan bagi setiap manusia. Dalam UU RI NO. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 Ayat 1, tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang dimaksud dengan pendidikan adalah segala usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Tanpa dukungan dari suasana belajar dan proses belajar yang baik, siswa tidak akan dapat mengembangkan potensi dirinya secara maksimal.

Dunia pendidikan terus mengalami perkembangan, terlihat dari banyaknya model – model pembelajaran terbaru yang terus bermunculan. Tetapi tidak ada model pembelajaran yang tepat untuk segala situasi dan kondisi. Dalam pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan, seorang guru harus memperhatikan situasi lingkungan sekolah dan kondisi siswa.

Johnson (dalam Trianto, 2010: 55) menyatakan bahwa kualitas model pembelajaran yang baik, dapat dilihat dari aspek proses dan produknya. Aspek proses, mengacu pada apakah pembelajaran mampu menciptakan


(19)

2

situasi belajar yang menyenangkan, serta mendorong siswa untuk aktif belajar dan berfikir kreatif. Sedangkan aspek produk, mengacu pada apakah pembelajaran mampu meningkatkan kemampuan siswa sesuai dengan standar kemampuan atau kompetensi yang ditentukan.

Berdasarkan pengamatan dan wawancara peneliti terhadap pembelajaran dan guru di kelas V SD Negeri 1 Metro Pusat selama bulan September, diketahui bahwa dalam proses pembelajaran di kelas masih menitikberatkan pada guru (teacher centered) dibanding pada siswa. Dalam proses pembelajaran di kelas masih ada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru dan sibuk bermain atau mengganggu temannya yang lain. Hal ini diindikasi dari hasil belajar siswa juga tergolong masih rendah, hal tersebut dapat dilihat pada hasil mid semester ganjil pada 29 September 2014 berikut ini:

Tabel 1.1 Hasil Nilai Mid Semester Ganjil Siswa Kelas V SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015.

No. Kelas Interval Frekuensi Persentase (%)

1 50 – 59 9 10,5

2 60 – 79 28 32,6

3 70 – 79 25 29,1

4 80 - 89 23 26,7

5 90 – 99 1 1,2

Jumlah 86 100.0

Sumber: Guru Kelas V SD Negeri 1 Metro Pusat

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SD Negeri 1 Metro Pusat adalah 70. Berdasarkan tabel 1.1, ada 37 siswa dari 86 siswa atau sekitar 43,1 % siswa


(20)

3

yang belum mencapai KKM. Metode yang digunakan oleh guru juga masih terbatas pada metode ceramah dan pemberian tugas saja, penggunaan pendekatan ilmiah pun belum maksimal, sehingga anak terlihat bosan dan jenuh.

Gordon Dryden dan Jeannette Voh (Budimansyah, dkk, 2009: 9) menyatakan bahwa, belajar akan efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan. Course Review Horay dan Talking Stick, merupakan dua contoh model pembelajaran yang menyenangkan. Selain model pembelajaran yang menyenangkan, kedua model ini juga termasuk dalam model pembelajaran yang membuat siswa aktif. Huda (2013: 215) menyatakan bahwa, model Course Review Horay dan Talking Stick merupakan model yang berbasis komunikasi.

Course Review Horay merupakan model pembelajaran yang menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab dengan benar, wajib berteriak “horee!!”. Selain dapat meningkatkan pemahaman siswa, pembelajaran ini pun dapat meningkatkan motivasi belajar. Course Review Horay juga membuat siswa menjadi aktif dalam pembelajaran (Huda, 2013: 230).

Talking Stick merupakan model pembelajaran yang menggunakan media tongkat. Model ini mampu meningkatkan aktivitas siswa, juga mampu meningkatkan pemahaman siswa. Selain itu, model ini mengajak siswa untuk selalu siap dalam situasi apapun (Huda, 2013: 34).


(21)

4

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Perbedaan Antara Model Course Review Horay Dengan Talking Stick terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan masalah-masalah yang disebutkan dalam latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Guru belum menggunakan variasi metode pembelajaran secara maksimal, guru cenderung menggunakan metode ceramah.

2. Pendekatan ilmiah belum maksimal digunakan oleh guru.

3. Siswa terlihat jenuh dan bosan terhadap pembelajaran yang disampaikan guru, sehingga pembelajaran dirasakan kurang menyenangkan dan siswa kurang aktif.

4. Hasil belajar siswa yang tuntas KKM hanya 56,9%.

C. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada masalah:

1. Perbedaan antara hasil belajar kognitif siswa yang menggunakan model Course Review Horay dengan siswa yang menggunakan model Talking Stick di kelas V SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015.


(22)

5

2. Perbedaan antara hasil belajar afektif siswa yang menggunakan model Course Review Horay dengan siswa yang menggunakan model Talking Stick di kelas V SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015.

3. Perbedaan antara hasil belajar psikomotor siswa yang menggunakan model Course Review Horay dengan siswa yang menggunakan model Talking Stick di kelas V SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah disebutkan sebelumnya, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Apakah ada perbedaan antara hasil belajar kognitif siswa yang menggunakan model Course Review Horay dengan siswa yang menggunakan model Talking Stick di kelas V SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015?

2. Apakah ada perbedaan antara hasil belajar afektif siswa yang menggunakan model Course Review Horay dengan siswa yang menggunakan model Talking Stick di kelas V SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015?

3. Apakah ada perbedaan antara hasil belajar psikomotor siswa yang menggunakan model Course Review Horay dengan siswa yang menggunakan model Talking Stick di kelas V SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015?


(23)

6

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui perbedaan antara hasil belajar kognitif siswa yang

menggunakan model Course Review Horay dengan siswa yang menggunakan model Talking Stick di kelas V SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Untuk mengetahui perbedaan antara hasil belajar afektif siswa yang menggunakan model Course Review Horay dengan siswa yang menggunakan model Talking Stick di kelas V SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015.

3. Untuk mengetahui perbedaan antara hasil belajar psikomotor siswa yang menggunakan model Course Review Horay dengan siswa yang menggunakan model Talking Stick di kelas V SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

Dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Metro Pusat dalam pembelajaran tematik melalui penerapan model Course Review Horay dan Talking Stick.


(24)

7

2. Bagi Guru

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan guru mengenai model Course Review Horay dan Talking Stick sehingga berguna untuk meningkatkan atau mengembangkan keprofesionalan guru dalam menyelenggarakan pembelajaran di kelas.

3. Bagi Sekolah

Dapat menjadi bahan masukan dan memberikan kontribusi yang berguna sebagai upaya meningkatkan mutu pembelajaran di SD Negeri 1 Metro Pusat.

4. Bagi Peneliti

Dapat meningkatkan pengetahuan dan penguasaan dalam menerapkan model Course Review Horay dan Talking Stick dalam pembelajaran tematik, sehingga akan tercipta guru yang professional guna meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

G. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

1. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari 3 kelas dan berjumlah 86 siswa.


(25)

8

2. Peneliti menggunakan kelas VA dan VB dengan pertimbangan bahwa kedua kelas tersebut memiliki kemampuan kognitif siswa yang hampir sama. Hal ini didasarkan pada nilai ulangan mid semester ganjil. 3. Penelitian ini adalah Perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan

model Course Review Horay dan yang menggunakan Talking Stick. 4. Metode dalam penelitian ini yaitu eksperimen semu atau Quasi

Experimental yang melakukan suatu cara untuk membandingkan hasil belajar kelompok.


(26)

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Model Pembelajaran

1. Pengertian Belajar

Seiring dengan perkembangan zaman, pengertian belajar pun mengalami banyak perkembangan. Belajar bukanlah suatu hasil atau tujuan, melainkan merupakan suatu proses. Hal ini sejalan dengan teori psikologi klasik (dalam Hamalik, 2010: 41) yang menyatakan bahwa belajar adalah sebuah proses pengembangan ataupun latihan pemikiran. Hamalik (2010: 11) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang berkesinambungan bahkan berlangsung seumur hidup, baik secara formal, maupun non-formal.

Ciri dari belajar adalah adanya perubahan, walaupun pada kenyataannya tidak setiap perubahan termasuk kategori belajar. Misalnya, perubahan fisik, gila, mabuk, dan sebagainya (Fathurrohman & Sutikno, 2010: 6). Gagne (dalam Suprijono, 2013: 2) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Sedangkan Sa’ud (2006: 3) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan


(27)

10

adanya perubahan pada diri seseorang sebagai hasil dari pengalaman dan latihan.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri seseorang sebagai hasil dari pengalamannya yang terus berlangsung seumur hidup.

2. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk tujuan pembelajaran, tahap-tahap kegiatan yang akan dilakukan, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Arends dalam Trianto, 2010: 51). Pendapat lain menyatakan bahwa model pembelajaran mengarahkan pendidik dalam merancang pembelajaran untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran (Joyce dalam Trianto, 2010: 51).

Komalasari (2011: 57) menyatakan bahwa model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Sedangkan menurut Arends (dalam Suprijono, 2013: 46) model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.


(28)

11

Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar (Suprijono, 2013: 46). Menurut Rustaman (2010: 2.18) model pembelajaran merupakan suatu rencana atau kerangka yang dapat digunakan untuk merencanakan pengajaran yang bermakna.

Kurikulum 2013 menuntut siswa untuk aktif di kelas. Course Review Horay dan Talking Stick adalah salah satu contoh model pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif berarti siswa harus menggunakan otak, mengkaji, gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenagkan, bersemanagat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalakan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berpikir keras (Silberman, 2006: 9).

Dengan demikian model pembelajaran dapat dikatakan sebagai suatu rencana atau kerangka pembelajaran yang akan digunakan oleh guru selama proses pembelajaran agar tercapainya pengajaran yang bermakna bagi siswa sehingga tujuan belajar dapat tercapai.

3. Model Course Review Horay

Imran (dalam Malechah, 2011: 19) menyatakan bahwa, model pembelajaran Course Review Horay merupakan suatu model pembelajaran dengan pengujian pemahaman menggunakan kotak-kotak yang diisi dengan nomor untuk menuliskan jawabannya, yang


(29)

12

paling dulu mendapatkan tanda benar vertikal atau horizontal, atau diagonal langsung berteriak “hore”.

Course Review Horay merupakan model pembelajaran yang menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab dengan benar, wajib berteriak “horee!!”. Selain dapat meningkatkan pemahaman siswa, pembelajaran ini pun dapat meningkatkan motivasi belajar. Course Review Horay juga membuat siswa menjadi aktif dalam pembelajaran (Huda, 2013: 230).

Model Course Review Horay menurut Dwitantra (2010) adalah suatu model pembelajaran dengan pengujian pemahaman menggunakan kotak yang diisi dengan nomor untuk menuliskan jawabannya, yang paling dulu mendapatkan tanda benar langsung berteriak horay.

a) Langkah – Langkah Course Review Horay

Huda (2013: 230) menuliskan langkah-langkah model pembelajaran Course Review Horay sebagai berikut ini.

1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 2) Guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan topik. 3) Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok.

4) Siswa diminta membuat kartu atau kotak sesuai dengan kebutuhan. Kartu atau kotak tersebut kemudian diisi dengan nomor yang ditentukan guru.


(30)

13

5) Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya di dalam kartu atau kotak yang nomornya disebutkan guru.

6) Setelah pembacaan soal dan jawaban siswa ditulis di dalam kartu atau kotak, guru dan siswa mendiskusikan soal yang telah diberikan tadi.

7) Bagi pertanyaan yang dijawab dengan benar, siswa memberi tanda check list (√) dan langsung berteriak “horee!!” atau menyanyikan yel-yelnya.

8) Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan yang banyak berteriak “horee!!”.

9) Guru memberikan reward kepada kelompok yang mmeperoleh nilai tertinggi atau yang paling sering memperoleh “horee!!”.

Langkah – langkah model Course Review Horay menurut Suprijono (2013: 129) adalah:

1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 2) Guru menyajikan materi pelajaran.

3) Memberikan kesempatan siswa untuk Tanya jawab.

4) Untuk menguji pemahaman, siswa diminta membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan, dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-masing siswa. 5) Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan


(31)

14

guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (√) dan salah diisi tanda silang (X) .

6) Siswa yang sudah mendapat tanda √ vertical atau

horizontal, ataupun diagonal harus berteriak “horee!!” atau menyanyikan yel-yel lainnya.

7) Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan jumlah “horee!!” yang diperoleh.

8) Penutup.

b) Kelebihan dan Kelemahan Course Review Horay

Menurut Huda (2013: 231) model Course Review Horay memiliki beberapa kelebihan, antara lain: (a) strukturnya yang menarik dan dapat mendorong siswa untuk dapat terjun ke dalamnya; (b) model yang tidak monoton karena diselingi dengan hiburan, sehingga suasana tidak menegangkan; (c) semangat belajar yang meningkat karena suasana pembelajaran berlangsung menyenangkan; dan (d) skill kerja sama antar siswa semakin terlatih.

Selain kelebihan, Huda (2013: 231) juga menyatakan bahwa metode ini juga memiliki kelemahan, yaitu: (a) penyamarataan nilai antara siswa pasif dan aktif; (b) adanya peluang untuk curang; dan (c) berisiko mengganggu suasana belajar kelas lain.


(32)

15

Dapat dikatakan bahwa, model Course Review Horay ialah model pembelajaran menyenangkan yang menggunakan teriakan hore!! Ataupun yel-yel lainnya dengan langkah – langkah sebagai berikut:

1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 2) Guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan topik. 3) Setiap siswa diberikan sebuah kartu yang berisi beberapa

kotak. Kotak tersebut kemudian diisi dengan nomor sesuai selera siswa.

4) Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (√) dan salah diisi tanda silang (X).

5) Siswa yang sudah mendapat tanda √ vertical atau

horizontal, ataupun diagonal harus berteriak “horee!!” atau menyanyikan yel-yel lainnya.

6) Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan jumlah “horee!!” yang diperoleh.

4. Model Talking Stick

Talking Stick merupakan model pembelajaran yang menggunakan media tongkat. Model ini mampu meningkatkan aktivitas siswa, juga mampu meningkatkan pemahaman siswa. Selain itu, model ini mengajak siswa untuk selalu siap dalam situasi apapun (Huda, 2013:


(33)

16

34). Suprijono (2013: 109) menyatakan bahwa Talking Stick mampu mendorong siswa untuk mengemukakan pendapat.

a) Langkah – Langkah Talking Stick

Adapun langkah-langkah model Talking Stick menurut Huda (2013: 225) yaitu:

1) Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya ± 20 cm.

2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan bagi kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.

3) Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.

4) Setelah siswa selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilakan siswa untuk menutup isi bacaan.

5) Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salah satu siswa, setelah itu guru memberi pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaaan guru.

6) Guru memberi kesimpulan.

7) Guru melakukan evaluasi/penilaian. 8) Guru menutup pembelajaran.


(34)

17

Langkah-langkah model Talking Stick menurut Suprijono (2013: 109) adalah sebagai berikut:

1) Guru menyiapkan sebuah tongkat.

2) Guru menjelaskan materi pokok yang akan dipelajari. 3) Siswa diberi kesempatan membaca dan mempelajari

materi tersebut. Berikan waktu yang cukup untuk aktivitas ini

4) Guru selanjutnya meminta siswa untuk menutup bukunya. 5) Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan

sebelumnya. Tongkat tersebut diberikan kepada salah satu siswa, siswa yang menerima tongkat diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru. Ketika tongkat bergulir dari satu siswa ke siswa lainnya, sebaiknya diiringi musik. 6) Guru memberikan kesempatan kepada siswa melakukan

refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya.

7) Guru memberi ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan siswa, selanjutnya bersama-sama dengan siswa merumuskan kesimpulan.

Sedangkan Uno (2013: 86) menjelaskan langkah-langkah model Talking Stick sebagai berikut:

1) Guru menyiapkan sebuah tongkat.

2) Guru menyiapkan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan bagi kelompok untuk


(35)

18

membaca dan mempelajari materi pada buku pegangannya/paketnya.

3) Setelah siswa selesai membaca buku dan mempelajarinya, guru mempersilakan siswa untuk menutup bukunya. 4) Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada

salah satu siswa, setelah itu guru memberi pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaaan guru.

5) Guru memberi kesimpulan. 6) Evaluasi.

7) Penutup.

b) Kelebihan dan Kelemahan Talking Stick

Huda (2013: 225) menyatakan model ini bermanfaat untuk menguji kesiapan siswa, melatih keterampilan mereka dalam membaca dan memahami materi pelajaran dengan cepat, serta mengajak mereka untuk terus siap dalam situasi apapun. Tetapi Metode ini kurang sesuai bagi siswa yang secara emosional belum terlatih untuk bisa berbicara dihadapan guru.


(36)

19

Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kelemahnnya, karena tidak ada satupun model pembelajaran yang dapat diterapkan disegala situasi.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa model Talking Stick adalah, model pembelajaran yang yang membuat siswa selalu siap menjawab pertanyaan saat tongkat bergulir dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Guru menyiapkan sebuah tongkat.

2) Guru menjelaskan materi pokok yang akan dipelajari. 3) Siswa diberi kesempatan membaca dan mempelajari

materi tersebut

4) Guru selanjutnya meminta siswa untuk menutup bukunya. 5) Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan

sebelumnya. Tongkat tersebut diberikan kepada salah satu siswa, siswa yang menerima tongkat diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru. Setelah itu tongkat terus bergulir sampai sebagian besar atau seluruh siswa mendapatkan kesempatan menjawab pertanyaan guru. 6) Guru memberikan kesempatan kepada siswa melakukan

refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya.

7) Guru memberi ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan siswa, selanjutnya bersama-sama dengan siswa merumuskan kesimpulan.


(37)

20

5. Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi siswa (Muslich, 2008: 164). Suryosubroto (2009: 133) menyatakan bahwa pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran yang mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan.

Pembelajaran tematik dilakukan untuk mengupayakan perbaikan kualitas pendidikan. Pembelajaran tematik juga menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran tematik menurut Sutirjo & Sri Istuti Mamik (dalam Suryosubroto, 2009: 133) merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap pembelajar, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah suatu kegiatan pembelajaran yang mengaitkan aspek pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap, serta pemikiran dalam sebuah materi pelajaran menggunakan tema atau topik tertentu.

a) Karakteristik Pembelajaran Tematik

Karakteristik pembelajaran tematik menurut Muslich (2008: 166) adalah: (1) Berpusat pada siswa, (2) Memberikan


(38)

21

pengalaman langsung, (3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, (4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, (5) Bersifat fleksibel, (6) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, (7) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

b) Rambu – Rambu dalam Pembelajaran Tematik

Muslich (2008: 167) juga menyebutkan bahwa rambu-rambu dalam pembelajaran tematik yaitu: (1) Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan, (2) Dimungkinkan terjadinya penggabungan kompetensi dasar lintas semester, (3) Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksa dipadukan., (4) Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan, baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri, (5) Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung, serta penanaman nilai-nilai moral, (6)Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan, dan daerah setempat.

c) Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik

Suryosubroto (2009: 136-137), pelaksanaan pembelajaran tematik memiliki beberapa keutungan dan juga kelemahan. Keuntungan yang dimaksud, yaitu:

1) Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa.


(39)

22

2) Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembamgan dan kebutuhan siswa.

3) Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna.

4) Menumbuhkan keterampilan sosial, seperti bekerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Selain kelebihan, pembelajaran tematik juga memiliki kelemahan. kelemahan pembelajaran tematik menurut Suryosubroto (2009: 137) yaitu guru dituntut memiliki keterampilan yang tinggi, dan tidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan konsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran secara tepat.

d) Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) dalam Pembelajaran Tematik

Sudarwan (Kemendikbud, 2013: 201) menjelaskan tentang pendekatan ilmiah bahwa pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Maka, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini.

1) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu. 2) Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif


(40)

23

subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

4) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

5) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. 6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat

dipertanggung jawabkan.

7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran (Kemendikbud, 2013: 6).

1) Mengamati

Hal yang utama dalam metode mengamati adalah kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull


(41)

24

learning). Beberapa keunggulan dalam metode ini, seperti menyajikan media obyek secara nyata, sehingga siswa menjadi senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya.

Dengan mengamati siswa menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Kegiatan mengamati atau disebut juga observasi, dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut ini.

a) Menentukan objek apa yang akan diobservasi. b) Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup

objek yang akan diobservasi.

c) Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder.

d) Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi.

e) Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar.

f) Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi , seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya. (Kemendikbud, 2013: 211).

2) Menanya

Pertanyaan dalam proses pembelajaran merupakan hal yang penting, karena dapat menjadi perangsang siswa untuk giat berpikir dan belajar, serta membangkitkan pengertian baru. Sebuah pertanyaan tidak selalu dalam bentuk kalimat tanya, melainkan juga dapat dalam bentuk


(42)

25

pernyataan, yang terpenting, keduanya mengharapkan tanggapan verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya: Apakah ciri-ciri kalimat yang efektif? Bentuk pernyataan, misalnya: Sebutkan ciri-ciri kalimat efektif!

Pertanyaan yang disampaikan oleh guru sering tidak terjawab oleh siswa, bukan kaena siswa tidak mamu menjawab, tetapi karena guru kurang menguasai dalam menyusun pertanyaan (Sardiman, 2011: 214). Kriteria pertanyaan yang baik menurut kemendikbud (2013: 220) yaitu: (a) singkat dan jelas, (b) menginspirasi jawaban, (c) memiliki fokus, (d) bersifat penguatan, (e) merangsang peningkatan kemampuan kognitif, (f) merangsang proses interaksi.

3) Menalar

Istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Namun, dalam proses pembelajaran, situasi siswa harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis


(43)

26

dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan (Kemendikbud, 2013:215).

4) Mencoba

Mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3) mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4) melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data; (6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (7) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan (Kemendikbud: 2013: 222).

5) Mengolah

Kegiatan mengolah informasi dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik


(44)

27

terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut

6) Menyajikan

Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.

Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan

pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi,


(45)

28

kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

7) Menyimpulkan

Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau secara individual membuat kesimpulan.

Langkah-langkah tersebut di atas, tidak selalu dilakukan secara berurutan, terlebih pada pembelajaran Tematik, dimana pembelajarannya menggunakan tema tiap mata pelajaran. Sementara setiap mata pelajaran memiliki karakteristik berbeda antara satu dan yang lainnya. Oleh karena itu, agar pembelajaran bermakna perlu diberikan contoh-contoh agar dapat lebih memperjelas penyajian pembelajaran dengan pendekatan ilmiah.

6. Hasil Belajar

Dalam setiap proses, selalu ada hasil yang diperoleh, begitupun dalam belajar. Djamarah (2010: 119) menyatakan hasil belajar adalah


(46)

29

kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar juga menunjukkan berhasil atau tidaknya suatu kegiatan pengajaran yang dicerminkan dalam bentuk skor atau angka setelah mengikuti tes.

Hamalik (2008: 30) mengemukakan hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Bloom (dalam Suprijono,2013: 6) menyatakan bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Tingkat keberhasilan belajar tidak selalu sama. Djamarah & Zain (2010 : 107) membagi tingkatan keberhasilan sebagai berikut:

a.Istimewa/maksimal : apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.

b.Baik sekali/optimal : apabila sebagian besar (76% s.d.99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.

c. Baik/minimal : apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d. 75% saja dikuasai oleh siswa.

d.Kurang : apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.

Sadiman (2009: 49) menyatakan bahwa hasil pembelajaran itu dikatan betul-betul baik, apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa.


(47)

30

b. Hasil itu merupakan pengetahuan asli atau otentik. Pengetahuan hasil proses belajar mengajar itu bagi siswa seolah-olah telah merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa, sehingga akan dapat mempengaruhi pandangan dan caranya mendekati suatu permasalahan. Sebab pengetahuan ini dihayati dan penuh makna bagi dirinya

Dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar ialah perubahan pada diri siswa setelah melakukan proses belajar, perubahan tersebut terdiri dari perubahan pengetahuan, sikap, dan kemampuan.

a) Penilaian Otentik

Kurikulum 2013 menerapkan suatu penilaian yang disebut penilaian otentik. Diharapkan dalam penerapannya, penilaian otentik ini mampu mengukur suatu kemampuan baik pengetahuan dan keterampilan yang akan digunakannya dalam kehidupan nyata. Takari (2009: 60) berpendapat bahwa penilaian otentik yaitu kegiatan menilai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa. Hal ini senada dengan pendapat Stiggins (dalam Nurgiyantoro, 2011: 23) penilaian otentik merupakan penilaian kinerja (perfomansi) yang meminta pembelajar untuk mendemonstrasikan keterampilan dan kompetensi tertentu yang merupakan penerapan pengetahuan yang dikuasainya..


(48)

31

Menurut Muslih (2008: 47) penilaian otentik diarahkan pada proses mengamati, menganalisis, dan menafsirkan data yang telah terkumpul ketika atau saat proses pembelajaran berlangsung, bukan semata-mata pada hasil pembelajaran saja. Sedangkan Nurgiyantoro (2011: 23) berpendapat bahwa penilaian otentik (authentic assessment) menekankan kemampuan siswa untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan bermakna.

Menurut pendapat ahli di atas, dapat penulis simpulkan bahwa penilaian otentik merupakan suatu kegiatan penilaian unjuk kerja yang melihat dari aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diterapkan dalam proses belajar mengajar.

B. Kerangka Pikir

Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah model pembelajaran yang digunakan. Model Course Review Horay menurut Dwitantra (2010) adalah suatu model pembelajaran dengan pengujian pemahaman menggunakan kotak yang diisi dengan nomor untuk menuliskan jawabannya, yang paling dulu mendapatkan tanda benar langsung berteriak horay. Talking Stick merupakan model pembelajaran yang menggunakan media tongkat (Huda, 2013: 34).

Penelitian ini membandingkan hasil belajar siswa menggunakan model Course Review Horay dan Talking Stick. Pada penelitian ini terdapat


(49)

32

variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model Course Review Horay sebagai X1 dan model Talking Stick

sebagai X2. Sedangkan sebagai variabel terikatnya adalah hasil belajar. Ada

dua hasil belajar yang akan diukur, yaitu hasil belajar pada model Course Review Horay sebagai Y1 dan hasil belajar pada model Talking Stick sebagai

Y2. Hasil belajar yang diamati meliputi hasil belajar ranah kognitif, afektif

dan psikomotor.

Hubungan antara variabel – variabel tersebut dapat dilihat pada alur kerangka pikir berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pikir.

C. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Semua siswa kelas V SD Negeri 1 Metro Pusat memperoleh materi pembelajaran yang sama sesuai dengan kurikulum yang berlaku. 2. Faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa selain strategi

pembelajaran dianggap memberikan pengaruh yang sama. X1

Y2

X2

Y1


(50)

33

D. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir (Sugiyono, 2013: 96). Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir yang telah disebutkan sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah 1. Ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kognitif siswa

yang menggunakan model Course Review Horay dengan siswa yang menggunakan model Talking Stick di kelas V SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar afektif siswa yang menggunakan model Course Review Horay dengan siswa yang menggunakan model Talking Stick di kelas V SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015.

3. Ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar psikomotor siswa yang menggunakan model Course Review Horay dengan siswa yang menggunakan model Talking Stick di kelas V SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015.


(51)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Eksperimen Semu atau yang disebut juga Quasi Experimental. Penelitian ini melakukan suatu cara untuk membandingkan kelompok (Emzir, 2008: 102). Sugiyono (2013: 114) menyatakan, penelitian eksperimen semu digunakan saat mengalami kesulitan dalam menentukan kelompok kontrol dalam suatu penelitian.

Desain penelitian yang digunakan adalah Counterbalanced Design atau desain berimbang. Desain ini memiliki ciri–ciri khusus yaitu, semua subjek mendapat perlakuan eksperimen untuk beberapa saat lamanya selama masa eksperimen berlangsung (Asmayanti, 2012: 43).

B. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Metro Pusat yang beralamatkan di Jalan Brigjend Sutiyoso No. 44 Metro Pusat.


(52)

35

2. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan. Dimulai dari usul penelitian sampai menyelesaikan laporan, yaitu dimulai pada bulan September sampai dengan Desember semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015.

C. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013: 117). Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas V SD Negeri 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari tiga kelas dengan jumlah total 86 siswa.

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tertentu (Sugiyono, 2013: 118). Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Sampling Purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013: 124). Teknik ini biasanya dilakukan karena tujuan tetentu. Sampel dalam penelitian ini kelas VA dengan jumlah 29 siswa dan VB dengan jumlah 28 siswa dengan melihat pertimbangan dari rerata hasil mid semester ganjil. Kedua kelas memiliki nilai rerata nilai evaluasi yang relatif sama. Kelas VC digunakan sebagai kelas uji coba.


(53)

36

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013: 60). Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu :

1. Variabel Bebas

Variabel Independen atau dalam bahasa Indonesia disebut variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen/terikat (Sugiyono, 2013: 61). Dalam penelitian ini variabel bebas (X) adalah modelCourse Review HoraydanTalking Stick.

2. Variabel Terikat

Variabel Dependen atau dalam bahasa Indonesia sering juga disebut Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013: 61). Variabel (Y) dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Metro Pusat, Tahun Pelajaran 2014/2015.


(54)

37

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Definisi Operasional Variabel Bebas

Model Course Review Horay merupakan model pembelajaran yang menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab dengan benar, wajib berteriak “horee!!”. Selain dapat meningkatkan pemahaman siswa, pembelajaran ini pun dapat meningkatkan motivasi belajar. Course Review Horay juga membuat siswa menjadi aktif dalam pembelajaran.

Model Talking Stick merupakan model pembelajaran yang menggunakan media tongkat. Model ini mampu meningkatkan aktivitas siswa, juga mampu meningkatkan pemahaman siswa. Selain itu, model ini mengajak siswa untuk selalu siap dalam situasi apapun (Huda, 2013: 34).

2. Definisi Operasional Variabel Terikat

Hasil belajar adalah perubahan pada diri siswa setelah melakukan proses belajar, perubahan tersebut terdiri dari perubahan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan kemampuan (psikomotor). Untuk mengetahui hasil kognitif siswa, menggunakan tes objektif dalam bentuk pretest dan posttest. Sedangkan untuk hasil afektif dan psikomotor siswa, menggunakan lembar observasi.


(55)

38

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik tes dan non-tes. Teknik tes dalam penelitian ini bersifat kuantitatif yang berupa nilai-nilai siswa. Teknik ini digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kognitif siswa dalam pembelajaran tematik. Teknik non-test menggunakan lembar observasi. Teknik ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa ranah afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan), juga untuk mengetahui nilai kinerja guru.

1. Alat Pengumpulan Data

Data hasil belajar dalam penelitian ini diperoleh melalui tes dan non-tes. Alat pengumpul data tes menggunakan tes objektif berbentuk tes pilihan ganda dengan jumlah butir tes sebanyak 20 soal. Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif (Arikunto, 2008: 164). Tes objektif digunakan mendapatkan data hasil belajar ranah kognitif. Alat pengumpul data nontes terdiri atas lembar observasi dan instrumen aktivitas guru. Lembar observasi digunakan untuk mendapatkan data hasil belajar ranah afektif dan psikomotor. Instrumen aktivitas guru digunakan untuk mendapatkan data kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. Indikator penilaian dapat dilihat pada tabel 3.1.


(56)

39

Tabel 3.1 Indikator Hasil Belajar Siswa

Kognitif Afektif Psikomotor

Mengetahui contoh-contoh perilaku masyarakat yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila Mengetahui kaitan koperasi dengan pengamalan sila pancasila

Melakukan operasi hitung bilangan berpangkat dua Membuat pantun bertema kehidupan berbangsa dan bernegara

Tanggung Jawab

Membaca pantun

a) Uji Coba Instrumen Tes

Tes uji coba dilakukan untuk mendapatakan persyaratan tes yaitu validitas dan reliabilitas tes. Tes uji coba dilakukan pada tanggal 1 Desember 2014 di SD Negeri 1 Metro pada kelas VC dengan jumlah 29 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.

1). Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2008: 160). Untuk menghitung validitas menggunakan korelasi product


(57)

40

moment dengan angka kasar dengan bantuan program Microsoft Excel. Rumus korelasiproduct moment yaitu:

rxy=

{ } { }

{ } { { }

Keterangan :

rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan Y X : skor Item

Y : skor Total

N : banyaknya objek (Jumlah sampel yang diteliti)

Hasil perhitungan rxy dibandingkan dengan tabel kritis r product moment dengan taraf signifikan 5%. Jika rhitung >

rtabel maka item tersebut valid (Arikunto,2008:72). Dengan

signifikansi 5% dan df= 27, rtabel yaitu 0.367. Dari hasil

analisis item soal, yang valid ada 19 soal, yaitu soal no 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 15, 18, 20, 24, 26, 27, 28, 29, 30. Soal yang sudah valid tersebut kemudian ditambahkan 1 soal dengan pertimbangan nilai korelasi yang mendekati nilai rtabel.. Hasil penghitungan selengkapnya dapat dilihat

pada lampiran 7.

2). Reliabilitas Soal

Reliabilitas adalah ketetapan hasil tes apabila diteskan kepada subjek yang sama dalam waktu yang berbeda. Suatu tes dikatakan reliabel jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap terhadap subjek yang sama.


(58)

41

Rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas menggunakan rumus KR-20:

=

1 Keterangan:

= koefisien reliabilitas tes = banyaknya soal

1 =bilangan tetap = varian total

= proporsi yang menjawab benar pada item yang bersangkutan

= proporsi yang menjawab salah pada item yang bersangkutan, atau =1

-(diadaptasi dari Sudijono, 2011:254)

Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas Soal

No Koefesien Reliabilitas Tingkat Reliabilitas 1. 2. 3. 4. 5. 0,800-1,000 0,600-0,799 0,400-0,599 0,200-0,399 0,000-0,199 Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah Sumber: Arikunto (2008: 276)

Dari penghitungan uji reliabilitas menggunakan rumus KR-20 dengan bantuan Microsoft Excel, diperoleh harga r11=0.72, sehingga dapat dikatakan bahwa tes tersebut

memiliki realibilitas tinggi. Hasil penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8.


(59)

42

G. Teknik Analisis Data

1. Uji Persyaratan Analisis Data

a) Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data sampel yang akan dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Kelompok yang akan diuji normalisasinya berjumlah dua kelompok, yang masing-masing terdiri dari: (1) kelompok siswa dengan perlakuan model Course Review Horay, dan (2) kelompok siswa dengan perlakuan modelTalking Stick.

Perhitungan uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dengan bantuan program SPSS 17. Jika nilai signifikansi < 0.05, maka data tidak berdistribusi normal. Jika nilai signifikansi > 0.05, maka data berdistribusi normal (Priyatno, 2010: 40).

b) Uji Homogenitas (Kesamaan Dua Variabel)

Setelah melakukan uji normalitas, maka langkah selanjutnya adalah uji kesamaan dua variabel atau uji homogenitas. Penghitungan homogenitas menggunakan uji Levene’s dengan

bantuan program SPSS 17. Jika nilai signifikansi > 0.05, maka tidak ada perbedaan antara dua kelompok data atau data tersebut homogen. Sedangkan jika nilai signifikansi < 0.05, maka data tersebut tidak homogen (Priyatno, 2010: 99).


(60)

43

2. Pengujian Hipotesis

Untuk melihat perbedaan pembelajaran tematik dengan menggunakan menggunakan modelCourse Review Horay dan modelTalking Stick maka dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis terbagi menjadi dua jenis yaitu, uji hipotesis parametrik dan uji hipotesis non parametrik.

Pada penelitian ini jika data pada penelitian berdistribusi normal, maka uji hipotesis parametrik yang digunakan adalah Independent Sampel t-test. Independent Sampel t-test digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata dari dua kelompok data atau sampel yang independen (Priyatno, 2010: 93). Jika data pada penelitian tidak berdistribusi normal, maka uji hipotesis non parametrik yang digunakan adalah UjiMann-Whitney.

3. Analisis Deskriptif Kualitatif

Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisa data yang bersifat kualitatif, yaitu : data hasil belajar afektif siswa, hasil belajar psikomotor siswa, dan kinerja guru selama pembelajaran berlangsung.

Uji deskriptif kualitatif menggunakan rumus: N = R

SM × 100

Keterangan:

N = Nilai yang dicari R = Skor yang diperoleh


(61)

44

SM = Skor maksimum 100 = bilangan tetap

(diadaptasi dari Purwanto, 2009: 102)

Tabel 3.3 Kategori Kinerja Guru Mengajar Berdasarkan Pemerolehan Nilai.

No Rentang Nilai Kategori

1 N≤ 20 Sangat kurang

2 20 < N≤ 40 Kurang

3 40 < N≤ 60 Cukup

4 60 < N≤ 80 Baik

5 N > 80 Sangat baik

(diadaptasi dari Poerwanto, 2008: 7.8)

4. Analisis Data Kuantitatif

Digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa ranah kognitif dan peningkatan hasil belajar. Hasil belajar kognitif diperoleh dari pretest danposttest.

a) Nilai Hasil Belajar

Nilai hasil belajar kognitif, baik pretest maupun posttest diperoleh menggunakan rumus berikut:

N = R

SM × 100

Keterangan:

N = Nilai yang dicari R = Skor yang diperoleh SM = Skor maksimum


(62)

45

Tabel 3.4 Kriteria Hasil Belajar

No Konversi Nilai Predikat Kategori

Skala 0–100 Skala 1–4

1 86–100 4 A

SB (Sangat baik)

2 81–85 3,66

A-3 76–80 3,33 B+

B (Baik)

4 71–75 3,00 B

5 66–70 2,66

B-6 61–65 2,33 C+

C (Cukup)

7 56–60 2 C

8 51–55 1,66

C-9 46–50 1,33 D+

K (Kurang)

10 0–45 1 D

Sumber: Kemendikbud (2013: 7)

b) Nilai RataRata Hasil Belajar Sampel

Sudijono (2011: 83) menuliskan, untuk mendapat nilai rerata hasil belajar diperoleh menggunakan rumus berikut:

Mx=

Keterangan:

Mx = rerata nilai belajar siswa x = jumlah seluruh hasil belajar n = banyaknya siswa

c) Peningkatan (Gain) Hasil Belajar Sampel

Rumus gain menurut Meltzer (dalam Asmayanti, 2012: 54) adalah :


(63)

46

g = ( )

( ) ( )

Dengan Spost= nilai posttest

Spre = nilaiPre test

Smax= Skor maksimumpretestdanposttest

Berikut ini adalah klasifikasi peningkatan (gain) hasil belajar siswa:

Tabel 3.5 KlasifikasiGain.

No NilaiGain(g) Keterangan 1. 2. 3. >0,7 0,3-0,7 >0,3 Tinggi Sedang Rendah 5. Hipotesis Statistik

Menggunakan hipotesis statistik, karena penelitian menggunakan data sampel yang diambil dari populasi. Dugaan apakah data sampel dapat diberlakukan ke populasi, dinamakan hipotesis statistik (Sugiyono, 2013: 98). Hipotesis statistik yang akan diuji dalam penelitian ini sebagai berikut:

Hipotesis Pertama

Ho: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata hasil pretest siswa pada kedua kelas sebelum diterapkan model pembelajaran.

Ha: Ada perbedaan yang signifikan antara rerata hasil pretest siswa pada kedua kelas sebelum diterapkan model pembelajaran.


(64)

47

Hipotesis Kedua

Ho: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata hasilposttest siswa pada kelas yang menggunakan model Course Review Horaydengan yang menggunakan modelTalking Stick.

Ha: Ada perbedaan yang signifikan antara rerata hasil posttestsiswa pada kelas yang menggunakan model Course Review Horay dengan yang menggunakan modelTalking Stick.

Hipotesis Ketiga

Ho: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata hasil afektif siswa pada kelas yang menggunakan model Course Review Horaydengan yang menggunakan modelTalking Stick.

Ha: Ada perbedaan yang signifikan antara rerata hasil afektif siswa pada kelas yang menggunakan model Course Review Horay dengan yang menggunakan modelTalking Stick.

Hipotesis Keempat

Ho: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata hasil psikomotor siswa pada kelas yang menggunakan modelCourse Review Horaydengan yang menggunakan model Talking Stick. Ha: Ada perbedaan yang signifikan antara rerata hasil psikomotor

siswa pada kelas yang menggunakan model Course Review Horaydengan yang menggunakan modelTalking Stick.


(65)

48

H. Prosedur Penelitian

Tahap dalam penelitian ini adalah: 1. Persiapan

Kegiatan dalam tahap persiapan adalah sebagai berikut:

a). Melakukan survey awal ke sekolah untuk mengetahui jumlah kelas dan siswa yang akan dijadikan subjek penelitian.

b). Menentukan dua kelompok belajar yang akan dijadikan subjek penelitian.

c). Mempersiapkan perangkat pembelajaran, antara lain: rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), materi pembelajaran, lembar kerja siswa,pre-testdanpost-test.

2. Pelaksanaan

a) Memberikan soalPretestuntuk mengetahui kemampuan

kognitif awal siswa sebelum diterapkannya model pembelajaran pada masing-masing kelas.

b) Melaksanakan pembelajaran dengan ModelCourse Review Horay pada kelas eksperimen 1, dan ModelTalking Stick pada kelas eksperimen 2.

c) Pada akhir tiap pembelajaran diberikanposttest. 3. Akhir

Setelah pembelajaran dilaksanakan, penelitian sampai pada tahap akhir. Kegiatan tahap akhir meliputi:

a). Data-data yang diperoleh dianalisis dengan statistik yang sesuai. b). Menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.


(66)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada perbedaan yang signifikan antara rerata hasil kognitif siswa pada kelas yang menggunakan model Course Review Horay dengan yang menggunakan modelTalking Stick.

2. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata hasil afektif siswa pada kelas yang menggunakan model Course Review Horay dengan yang menggunakan modelTalking Stick.

3. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata hasil psikomotor siswa pada kelas yang menggunakan model Course Review Horay dengan yang menggunakan modelTalking Stick.

B. Saran

1. Bagi Siswa

Sebaiknya dirumah siswa membaca lebih dulu pembelajaran yang akan dipelajari, dan saat di kelas lebih memperhatikan guru. Sehingga pemahaman siswa lebih baik lagi


(67)

79

2. Bagi Guru

Model Course Review Horay dan Talking Stick dapat digunakan sebagai alternatif untuk membuat pembelajaran di kelas lebih menyenangkan sehingga hasil belajar siswa lebih meningkat.

3. Bagi Sekolah

Sebaiknya perlu dilakukan pengembangan proses pembelajaran tentang model pembelajaran lainnya, selain model Course Review Horay dan Talking Stick untuk menambah wawasan dan kemampuan guru dalam pembelajan tematik.

4. Bagi Peneliti Lanjutan

Sebaiknya dapat melakukan perbaikan pembelajaran dengan model Course Review HoraydanTalking Stick, pada mata pelajaran lain.


(68)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Asmayanti, Diana. 2012. Perbandingan Hasil Belajar Fisika Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dan TAI.Skripsi. Universitas Lampung: Lampung

Budimansyah, Dasim dkk. 2009. PAKEM: Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.Genesindo.bandung.

Djamarah, Syaiful Bahari dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Dwitantra, P. (2010). Model Pembelajaran Course Review Horay.diperoleh Agustus 2014. dari http://igkprawindyadwitantra.blogspot.com/model pembelajarancoursereviewhoray.html.

Emzir. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif & Kualitatif. Rajawali. Jakarta.

Fathurrohman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Refika Aditama. 2010. Bandung.

Hamalik, Oemar. 2010.Kurikulum Dan Pembelajaran.Bumi Aksara. Jakarta. . 2008.Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Huda, Miftahul. 2013. Model Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis dan Pragmatis.Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Kemendikbud. 2013.Cita-citaku: Buku Guru. Kemendikbud. Jakarta. . 2013.Cita-citaku: Buku Siswa. Kemendikbud. Jakarta.


(69)

81

.2013. Modul Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Kemendikbud. Jakarta.

. 2013. Panduan Teknis Penilaian Di Sekolah Dasar. Kemendikbud. Jakarta.

Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Reflika Aditama. Bandung.

Malechah, Nur. 2011. Perbandingan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Course Review Horey (Crh) dan Model Pembelajaran Scramble Berbantuan LKS pada Siswa Kelas VII Semester II SMPN 2 Sayung Demak Tahun Pelajaran 2010/2011. Diperoleh pada Agustus 2014. http://andynuriman.files.wordpress.com/2011/10/nur-malechah.pdf

Muncarno. 2010. Statistik Penelitian. Bahan ajar cetak : Universitas Lampung. Lampung.

Muslich, Masnur. 2008. KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.Bumi Aksara. Jakarta.

Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Poerwanti, Endang dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta

Purwanto, N. 2009. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosdakarya. Bandung

Rusman. 2013. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Pers. Jakarta.

Rustaman, Nuryani dkk. 2010. Materi dan Pembelajaran IPA SD. Universitas Terbuka. Jakarta.

Sadiman, Arief S. 2009. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Rajawali Press. Jakarta

Sardiman, A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta


(70)

82

Sa’ud, Udin Syaefudin dan Ade Rukmana. 2006. Pembelajaran Terpadu. UPI Press. Bandung.

Silberman, Melvin L. 2006. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Nusamedia. Bandung.

Sudijono, Anas. 2011.Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Pustaka.

Sudjana. 2005.Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi, H.M. 2010. Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya. Bumi Aksara. Jakarta.

Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Belajar. Bandung.

Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineka Cipta. Jakarta.

Takari, Enjah. 2009. Pembelajaran IPA dengan SAVI dan Kontekstual.Gensindo. Bandung.

Trianto. 2010. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Prestasi Pustaka. Jakarta.

Uno, Hamzah dan Nurdin Mohamad. 2013. Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik.Bumi Aksara. Jakarta.


(1)

48

H. Prosedur Penelitian

Tahap dalam penelitian ini adalah: 1. Persiapan

Kegiatan dalam tahap persiapan adalah sebagai berikut:

a). Melakukan survey awal ke sekolah untuk mengetahui jumlah kelas dan siswa yang akan dijadikan subjek penelitian.

b). Menentukan dua kelompok belajar yang akan dijadikan subjek penelitian.

c). Mempersiapkan perangkat pembelajaran, antara lain: rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), materi pembelajaran, lembar kerja siswa,pre-testdanpost-test.

2. Pelaksanaan

a) Memberikan soalPretestuntuk mengetahui kemampuan

kognitif awal siswa sebelum diterapkannya model pembelajaran pada masing-masing kelas.

b) Melaksanakan pembelajaran dengan ModelCourse Review Horay pada kelas eksperimen 1, dan ModelTalking Stick pada kelas eksperimen 2.

c) Pada akhir tiap pembelajaran diberikanposttest. 3. Akhir

Setelah pembelajaran dilaksanakan, penelitian sampai pada tahap akhir. Kegiatan tahap akhir meliputi:

a). Data-data yang diperoleh dianalisis dengan statistik yang sesuai. b). Menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.


(2)

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada perbedaan yang signifikan antara rerata hasil kognitif siswa pada kelas yang menggunakan model Course Review Horay dengan yang menggunakan modelTalking Stick.

2. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata hasil afektif siswa pada kelas yang menggunakan model Course Review Horay dengan yang menggunakan modelTalking Stick.

3. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata hasil psikomotor siswa pada kelas yang menggunakan model Course Review Horay dengan yang menggunakan modelTalking Stick.

B. Saran

1. Bagi Siswa

Sebaiknya dirumah siswa membaca lebih dulu pembelajaran yang akan dipelajari, dan saat di kelas lebih memperhatikan guru. Sehingga pemahaman siswa lebih baik lagi


(3)

79

2. Bagi Guru

Model Course Review Horay dan Talking Stick dapat digunakan sebagai alternatif untuk membuat pembelajaran di kelas lebih menyenangkan sehingga hasil belajar siswa lebih meningkat.

3. Bagi Sekolah

Sebaiknya perlu dilakukan pengembangan proses pembelajaran tentang model pembelajaran lainnya, selain model Course Review Horay dan Talking Stick untuk menambah wawasan dan kemampuan guru dalam pembelajan tematik.

4. Bagi Peneliti Lanjutan

Sebaiknya dapat melakukan perbaikan pembelajaran dengan model Course Review HoraydanTalking Stick, pada mata pelajaran lain.


(4)

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Asmayanti, Diana. 2012. Perbandingan Hasil Belajar Fisika Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dan TAI.Skripsi. Universitas Lampung: Lampung

Budimansyah, Dasim dkk. 2009. PAKEM: Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.Genesindo.bandung.

Djamarah, Syaiful Bahari dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Dwitantra, P. (2010). Model Pembelajaran Course Review Horay.diperoleh Agustus 2014. dari http://igkprawindyadwitantra.blogspot.com/model pembelajarancoursereviewhoray.html.

Emzir. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif & Kualitatif. Rajawali. Jakarta.

Fathurrohman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Refika Aditama. 2010. Bandung.

Hamalik, Oemar. 2010.Kurikulum Dan Pembelajaran.Bumi Aksara. Jakarta. . 2008.Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Huda, Miftahul. 2013. Model Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis dan Pragmatis.Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Kemendikbud. 2013.Cita-citaku: Buku Guru. Kemendikbud. Jakarta. . 2013.Cita-citaku: Buku Siswa. Kemendikbud. Jakarta.


(5)

81

.2013. Modul Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Kemendikbud. Jakarta.

. 2013. Panduan Teknis Penilaian Di Sekolah Dasar. Kemendikbud. Jakarta.

Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Reflika Aditama. Bandung.

Malechah, Nur. 2011. Perbandingan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Course Review Horey (Crh) dan Model Pembelajaran Scramble Berbantuan LKS pada Siswa Kelas VII Semester II SMPN 2 Sayung Demak Tahun Pelajaran 2010/2011. Diperoleh pada Agustus 2014. http://andynuriman.files.wordpress.com/2011/10/nur-malechah.pdf

Muncarno. 2010. Statistik Penelitian. Bahan ajar cetak : Universitas Lampung. Lampung.

Muslich, Masnur. 2008. KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.Bumi Aksara. Jakarta.

Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Poerwanti, Endang dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta

Purwanto, N. 2009. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosdakarya. Bandung

Rusman. 2013. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Pers. Jakarta.

Rustaman, Nuryani dkk. 2010. Materi dan Pembelajaran IPA SD. Universitas Terbuka. Jakarta.

Sadiman, Arief S. 2009. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Rajawali Press. Jakarta

Sardiman, A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta


(6)

Sa’ud, Udin Syaefudin dan Ade Rukmana. 2006. Pembelajaran Terpadu. UPI Press. Bandung.

Silberman, Melvin L. 2006. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Nusamedia. Bandung.

Sudijono, Anas. 2011.Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Pustaka.

Sudjana. 2005.Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi, H.M. 2010. Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya. Bumi Aksara. Jakarta.

Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Belajar. Bandung.

Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineka Cipta. Jakarta.

Takari, Enjah. 2009. Pembelajaran IPA dengan SAVI dan Kontekstual.Gensindo. Bandung.

Trianto. 2010. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Prestasi Pustaka. Jakarta.

Uno, Hamzah dan Nurdin Mohamad. 2013. Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik.Bumi Aksara. Jakarta.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INDUKTIF PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV B SEKOLAH DASAR NEGERI 2 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 12 46

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BANGUN RUANG SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 10 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 52

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR ANTARA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING DAN TALKING STICK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 TEGINENENG TAHUN PELAJARAN 2012-2013

3 14 45

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TALKING STICK PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS VA SD NEGERI 7 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 48

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 11 79

PERBEDAAN ANTARA MODEL COURSE REVIEW HORAY DENGAN TALKING STICK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 1 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 12 70

PENERAPAN MAPPING DALAM MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVA SD NEGERI 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 10 77

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK DAN TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) PADA SISWA KELAS VIII SMP KARTIKATAMA METRO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 6 76

261 KEEFEKTIFAN MODEL TALKING STICK TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV

0 1 6

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI

0 0 9