Perkembangan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Sejak Reformasi 1998

BAB II LATAR BELAKANG PENGATURAN TENTANG UANG PENGGANTI

DALAM KEBIJAKAN HUKUM TINDAK PIDANA KORUPSI

A. Perkembangan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Sejak Reformasi 1998

Pemberantasan korupsi di Indonesia sebenarnya telah berjalan cukup lama, bahkan nyaris setua umur Republik ini berdiri. Berbagai upaya represif dilakukan terhadap para pejabat publik atau penyelenggara negara yang terbukti melakukan korupsi. Sudah tidak terhitung telah berapa banyak pejabat negara yang merasakan getirnya hidup di hotel prodeo. 47 Berdasarkan sejarah, selain KPK yang terbentuk di tahun 2003, terdapat 6 lembaga pemberantasan korupsi yang sudah dibentuk di negara ini yakni; i Operasi Militer di tahun 1957, ii Tim Pemberantasan Korupsi di tahun 1967, iii Operasi Tertib pada tahun 1977, iv tahun 1987 dengan Tim Optimalisasi Penerimaan Negara dari sektor pajak, v dibentuknya Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi TKPTPK pada tahun 1999, dan vi tahun 2005 dibentuk Tim Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Timtas Tipikor. 48 Kebijakan pencegahan juga telah diupayakan oleh pemerintah. Peningkatan transparansi dari penyelenggara negara telah menjadi perhatian pemerintah bahkan sejak tahun 1957. Pemerintah Indonesia sejak tahun 1957 melalui Kepres No. 47 Sugianto, Sejarah Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi di Indonesia Jakarta : Pusat Kajian Kepolisian dan Keamanan , 2009 hal.1 48 Ibid .hal. 4 Universitas Sumatera Utara 481957 Kepala Staf Angkatan Darat KSAD Abdul Haris Nasution selaku penguasa militer menetapkan Peraturan Penguasa Militer No. PrtPM061957 tentang Pemberantasan Korupsi. Salah satu aspek penting dalam peraturan tersebut adalah membentuk suatu unit kerja yang bertugas menilik harta benda setiap orang yang disangka, didakwa atau sepatutnya disangka melakukan korupsi, termasuk harta benda suami, istri, anak atau badaninstitusi yang diurus oleh orang tersebut. Pada masa orde baru, lahir Keppres No. 521970 tentang Pendaftaran Kekayaan Pribadi Pejabat NegaraPegawai NegeriABRI. Di era reformasi dengan adanya UU no. 281999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih Korupsi Kolusi dan Nepotisme maka dibentuklah Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara KPKPN. Dalam tugasnya KPKPN berhasil meletakkan landasan yang baik bagi mekanisme pelaporan kekayaan penyelenggara negara secara komprehensif. 49 Berbagai kebijakan dan lembaga pemberantasan yang telah ada tersebut ternyata tidak cukup membawa Indonesia menjadi negara yang bersih dari korupsi. Berdasarkan kondisi dimana Indonesia tetap dicap sebagai salah satu negara terkorup di dunia tentunya ada beberapa hal yang kurang tepat dalam pelaksanaan kebijakan atau pun kinerja dari lembaga pemberantasan korupsi tersebut. Tidak berjalannya program-program pemberantasan korupsi di Indonesia selama ini lebih banyak dikarenakan; i dasar hukum untuk melaksanakan tugas dan fungsi dalam pemberantasan korupsi tidak kuat, ii program pemberantasan korupsi tidak dilakukan secara sistematis dan terintegrasi, iii sebagian lembaga yang 49 Ibid. Hal. 8 Universitas Sumatera Utara dibentuk tidak punya mandat atau tidak melakukan program pencegahan, sementara penindakan tindak pidana korupsi dilaksanakan secara sporadis, sehingga tidak menyurutkan pelaku korupsi lain dalam melakukan pelanggaran yang sama, iv masyarakat mempunyai persepsi bahwa lembaga anti korupsi yang dibentuk berafiliasi kepada golongan partai tertentu sehingga masyarakat tidak mempercayai keberhasilan lembaga tersebut dalam memberantas korupsi, v tidak mempunyai sistem sumber daya manusia yang baik, sistem rekrutmennya tidak transparan, program pendidikan dan pelatihan tidak dirancang untuk meningkatkan profesionalisme pegawai dalam bekerja, sehingga SDM yang ada pada lembaga tersebut tidak memiliki kompetensi yang cukup dalam melaksanakan tugas dalam pemberantasan korupsi, vi tidak didukung oleh sistem manajemen keuangan yang transparan dan akuntabel. Sistem penggajian pegawai yang tidak memadai, mekanisme pengeluaran anggaran yang tidak efisien dan pengawasan penggunaan anggaran yang lemah, vii lembaga dimaksud menjalankan tugas dengan benar hanya pada tahun pertama dan kedua, maka setelah itu menjadi lembaga pemberantas korupsi yang korup dan akhirnya dibubarkan. 50 Dibentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi KPK, tahun 2003 dengan lingkup tugas dan fungsi meliputi koordinasi, supervisi, penindakan, pencegahan, monitoring, berdasarkan Undang-Undang No. 30 tahun 2002, berusaha untuk tidak 50 Lihat makalah Diego Vendey , Konstelasi Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi di Indonesia, Makalah ini disampaikan pada Seminar Evaluasi Hukum dan Politik 2011, Nasional Demokrat, Medan Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara mengulang kegagalan lembaga-lembaga sebelumnya. 51 Di Indonesia, akibat perilaku korupsi yang tersistematis, merata, dan hampir terstruktur melembaga di seluruh lapisan masyarakat, telah berimplikasi pada timbulnya krisis ekonomi, rusaknya sistem hukum dan terhambatnya pemerintahan yang bersih dan demokratis democratic and clean government. Korupsi sudah menjadi akar dari semua persoalan yang dihadapai bangsa ini the root of all evils. Dengan kata lain, korupsi telah menggoyahkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, korupsi tidak lagi dapat digolongkan sebagai suatu bentuk kejahatan biasa, tetapi sudah merupakan kejahatan luar biasa extra ordinary crime , sehingga diperlukan upaya luar biasa pula dalam penanganannya, baik dari Misalnya , lembaga ini di desain menjadi lebih otonom dan independen . Eksistensi independensi dalam proses penegakan hukum merupakan suatu wacana yang imperatif sifatnya. Jika dilihat bagi Kepolisian dan Kejaksaaan akan sulit memaksimalkan pemberantasan korupsi selama independensi dalam konteks limitatif masih dalam status sub ordinasi kekuasaan eksekutif tertinggi, sehingga terkesan adanya suatu kekuasaaan otoriter yang permessif. Dari kajian sosiologis yuridis, gangguan optimal independensi penegak hukum justru dari lingkaran internal kekuasaan, sehingga selama masih ada hubungan sub ordinasi penegak hukum dan kekuasaan tertinggi eksekutif, kegamangan kehendak penegak hukum memberantas korupsi akan selalu minimal hasilnya 51 Sejarah Terbentuknya KPK , http:sejarah.info201202sejarah-terbentuknya-kpk.html Universitas Sumatera Utara segi partisipasi masyarakatnya, maupun kemauan politik political will dari negara pembentuk hukum, pemerintah dan seluruh aparatur penegak hukum. 52 Negara pasca-otoritarian 53 Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat. Perkembangannya terus meningkat dari tahun ke tahun, baik dari jumlah kasus yang terjadi dan jumlah kerugian keuangan negara maupun dari segi kualitas tindak pidana yang dilakukan semakin sistematis serta lingkupnya yang memasuki seluruh aspek kehidupan masyarakat. Meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa bencana tidak saja terhadap kehidupan perekonomian nasional tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya. Tindak pidana korupsi yang meluas dan sistematis juga merupakan pelanggaran terhadap hak-hak pada dasarnya telah memberikan komitmen yang serius bagi upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. Ditandai dengan dikeluarkannya beberapa regulasi yang memberi legitimasi bagi langkah dan gerakan pemberantasan korupsi. Setidaknya dua undang-undang telah dibentuk untuk mendukung gerakan ini, UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang selanjutnya diamandemen menjadi UU No. 20 Tahun 2001 dan UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Kedua peraturan perundangan tersebut telah secara tegas mengakui adanya sebuah kondisi darurat korupsi. 52 Firman Wijaya, Peradilan Korupsi Teori dan Praktik,Jakarta : Penerbit Penaku bekerjasama dengan Maharini Press, 2008, hal. 49-50. 53 Reformasi secara politik dengan mengundurkan dirinya Presiden Soeharto membawa perubahan hukum dan politik. Universitas Sumatera Utara sosial dan hak-hak ekonomi masyarakat, dan karena itu semua maka tindak pidana korupsi tidak lagi dapat digolongkan sebagai kejahatan biasa melainkan telah menjadi suatu kejahatan luar biasa. Begitu pun dalam upaya pemberantasannya tidak lagi dapat dilakukan secara biasa, tetapi dituntut cara-cara yang luar biasa 54 Akibat korupsi dan dampak yang di timbulkan, tercermin pula dalam pembukaan preambule konvensi PBB antikorupsi UNCAC, 2003. Konvensi yang yang telah di ratifikasi dengan UU Nomor 7 Tahun 2006, dalam pembukaannya menyatakan bahwa: . “ Concerned about the seriousness of problems and threats posed by corruption to the stability and security of societies, undermining the institutions and values of democracy, ethical values and justice and jeopardizing sustainable development and the rule of law ;” Khawatir tentang keseriusan masalah dan ancaman yang ditimbulkan oleh korupsi terhadap stabilitas dan keamanan masyarakat yang merusak lembaga dan nilai-nilai demokrasi, nilai-nilai etika dan keadilan serta membahayakan pembangunan berkelanjutan dan supremasi hukum; Pernyataan undang-undang tersebut di atas tentunya bukan tanpa alasan, apalagi sejumlah fakta menunjukkan masih tingginya tingkat korupsi di Indonesia. Betapa tidak, sejak Soemitro Djojohadikusumo menyebutkan bahwa kebocoran dana 54 Penjelasan UU No. 30 Tahun 2002 Universitas Sumatera Utara pembangunan antara tahun 1989-1993 sebesar 30. 55 Melengkapi laporan BPK di atas, Indonesia Corruption Watch ICW membuat catatan dan analisa terhadap trend korupsi di Indonesia 2004-2006. Dijelaskan bahwa pada tahun 2004 terungkap 153 kasus korupsi, tahun 2005 terungkap 125 dan tahun 2006 terungkap 166 kasus korupsi. Meskipun jumlah kasus yang terungkap di tahun 2006 tidak berbeda jauh dengan tahun 2005, tetapi kerugian negara meningkat cukup besar. Dari 161 kasus korupsi yang terjadi di tahun 2006, kerugian negara mencapai Rp. 14,4 triliun, lebih besar dibandingkan dengan tahun 2005 dan 2004. Beberapa data hasil survey dari berbagai kalangan, juga masih meperlihatkan tingginya korupsi di Indonesia. Survey Political and Economic Risk Consultancy PERC di tahun 2006, menggolongkan Indonesia sebagai negara yang tinggi tingkat korupsinya. Transparency International TI, selama 5 tahun berturut-turut 1995-2000 selalu menempatkan Indonesia dalam posisi 10 besar negara paling korup di dunia. Demikian halnya dengan survey TI tahun 2006, meski peringkat korupsi Indonesia sedikit lebih baik dengan nilai indeks 2,4, angka ini hanya mendongkrak urutan Indonesia satu peringkat dari negara terkorup keenam dari 159 negara pada 2005, menjadi negara terkorup ketujuh dari 163 negara di 2006. Bahkan laporan yang dibuat oleh Badan Pemeriksa Keuangan Negara BPK, menyebutkan masih terjadi kebocoran dalam anggaran Negara. 56 55 Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan, Strategi Pemberantasan Korupsi Nasional , 1999, hal. 296. 56 Indonesia Corruption Watch ICW, “Analisa Trend Korupsi Indonesia Tahun 2004- Universitas Sumatera Utara Dari 153 kasus yang terungkap pada tahun 2004, 125 kasus tahun 2005, dan 166 kasus tahun 2006, terjadi peningkatan kerugian negara yang cukup besar. Dari kasus yang terungkap pada tahun 2006, kerugian negara mencapai Rp. 14,4 triliun, lebih besar dibandingkan dengan Tahun 2005 dan 2004. 57 Suatu hal yang ironis kemudian, mantan presiden Soeharto telah ditempatkan menjadi pemimpin negara paling korup sedunia. Berdasarkan laporan PBB dan Bank Dunia yang dikeluarkan September 2007, total uang yang dikorupsi oleh Soeharto diperkirakan sebesar US 15-35 miliar Rp. 135-315 triliun. 58 Korupsi yang meluas dan sistematis, terlihat dari intensitas korupsi pada sejumlah Lembaga Pemerintah di Daerah. Hasil penelitian dari Governance Assessment Survey 2006 yang dilakukan oleh Kemitraan dan PSKK UGM di 10 Propinsi dan Kabupaten, 59 2006 ”, 2006. Dapat diakses di http:www.antikorupsi.org. memperlihatkan adanya praktik korupsi di lembaga- lembaga pemerintahan. Yang mengkhawatirkan dari temuan penelitian tersebut adalah, praktik korupsi di lembaga penegak hukum cenderung lebih tinggi dibandingkan lembaga pemerintah lainnya. Jika demikian, sulit membayangkan upaya pemberantasan korupsi akan dapat dilakukan secara efektif jika lembaga penegak hukum yang ada justru lebih besar praktik korupsinya. 57 Indonesia Corruption Watch ICW, “Analisa Trend Korupsi Indonesia Tahun 2004- 2006”, 2006, diakses di www.antikorupsi.org., tanggal 23 Mei 2007. 58 “Majalah Berita Mingguan Tempo”, No. 31XXXVI24-30 September 2007, hal. 26-35. 59 “Kinerja Tata Pemerintahan Daerah di Indonesia Governance Assessment Survey”, Kemitraan-PSKK UGM, 2006. Cakupan wilayah penelitian ini adalah di Propinsi; DIY, Jawa Timur, Banten, Nusa Tenggara Barat, Aceh, Sumatera Barat, Bangka Belitung, Riau, Gorontalo, dan Papua, dan Kabupaten; Gunung Kidul, Kota Blitar, Kabupaten Lebak, Kabupaten Bima, Aceh Barat, Solok, Kabupaten Bangka Tengah, Dumai, Pohuwato, dan Fak-Fak. Universitas Sumatera Utara Sebagai akibat dari masih tingginya korupsi di Indonesia adalah, jutaan warga terbelenggu dalam kemiskinan. Data BPS mencatat bahwa Jumlah penduduk miskin penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan di Indonesia pada September 2011 mencapai 29,89 juta orang 12,36 persen, turun 0,13 juta orang 0,13 persen dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2011 yang sebesar 30,02 juta orang 12,49 persen. Selama periode Maret 2011- September 2011, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang 0,09 juta orang dari 11,05 juta orang pada Maret 2011 menjadi 10,95 juta orang pada September 2011, sementara di daerah perdesaan berkurang 0,04 juta orang dari 18,97 juta orang pada Maret 2011 menjadi 18,94 juta orang pada September 2011. 60 Dampak lebih jauh Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB menilai bahwa Indeks Pembangunan Manusia Human Development Index - HDI negara Indonesia berada pada urutan 110 dari 173 negara di dunia. Suatu peringkat yang tergolong sangat rendah, hanya satu peringkat di atas Kamboja tetapi jauh tertinggal jika dibandingkan beberapa negara ASEAN seperti Vietnam, Philipina, Malaysia dan Singapura.

B. Dampak Tindak Pidana Korupsi