Jika laba operasi dinyatakan dari aktiva ternyata melebihi tingkat

2. Jika laba operasi dinyatakan dari aktiva ternyata melebihi tingkat

bunga atas pinjaman, seperti yang biasa terjadi, maka sebuah perusahaan dapat menggunakan utang untuk memperoleh aktiva, membayar bunga atas utang, dan masih memiliki sisa sebagai bonus bagi para pemegang sahamnya. Debt to Total Asset Ratio, Debt to Equity Ratio, Long Term Debt To Total Asset Ratio, dan Long Term Debt To Equity Ratio merupakan bagian dari rasio leverage keuangan. Debt to Total Asset Ratio menekankan pada peran penting pendanaan utang bagi perusahaan dengan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan utang. Semakin kecil rasio ini berarti semakin kecil jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan. Debt to Equity Ratio adalah rasio utang yang menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman yang diberikan kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan. Long Term Debt to Total Asset Ratio adalah rasio yang menggambarkan besarnya tingkat penggunaan hutang jangka panjang dibandingkan dengan total aset yang dimiliki. Long Term Debt To Equity Ratio adalah rasio yang memperbandingkan proporsi utang jangka panjang dengan ekuitas saham biasa. Semakin tinggi rasio LDER, maka semakin besar risiko yang ditanggung para pemegang saham. Rasio-rasio tersebut merupakan rasio yang banyak digunakan sebagai indikator risiko keuangan dan struktur modal perusahaan Warsono, 2003:36. Pihak manajemen berharap bahwa rasio leverage ini besar karena rasio DAR, Universitas Sumatera Utara DER, LDAR, dan LDER yang besar mengindikasikan tingkat utang yang tinggi sehingga akan mengurangi beban pajak yang akan menguntungkan bagi perusahaan. Rasio-rasio tersebut merupakan rasio yang sering dijadikan indikator risiko perusahaan dan struktur modal perusahaan Subjek penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan emiten sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI. Dalam menjaga kelangsungan Hidup perusahaan, perusahaan di sektor makanan dan minuman harus lebih sering melakukan inovasi dan ekspansi yang dalam hal ini berarti perusahaan membutuhkan modal yang lebih besar, alternatif penggunaan hutang untuk mendapatkan modal adalah yang paling sering dilakukan karena memiliki beberapa keunggulan penting. Selain itu, Perusahaan makanan dan minuman merupakan perusahaan yang memiliki prospek yang sangat bagus di Indonesia. Penyebabnya adalah bahwa hasil dari industri makanan dan minuman sangat digemari oleh masyarakat Indonesia dan sebagian produk yang dihasilkan merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Industri makanan dan minuman juga merupakan salah satu industri yang cenderung diminati oleh investor sebagai salah satu target investasinya Adapun kinerja keuangan dari perusahaan sektor makanan dan minuman berdasarkan laporan keuangan periode dua tahun terakhir dapat dilihat dari tabel berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 1.1 Data Debt to Total Asset Ratio DAR, Debt to Equity DER, dan Earning Per Share EPS Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI periode 2008-2009 Perusahaan DAR DER LDAR LDER EPS 2008 2009 2008 2009 2008 2009 2008 2009 2008 2009 AISA 55 61 144 191 25 39.9 65 125 17 26 CEKA 2.7 0,4 6,9 0,8 2,7 0.4 6,9 0,8 94 166 DAVO 70 74 379 466 71 74 379 466 -41 -18,28 FAST 0,8 0,6 1,3 0,95 0,09 0.12 0,2 0.2 281 408 INDF 42 42 192 167 18 26 84 104 118 236 JPFA 51 41 226 118 32 25 143 7,3 170 393 MYOR 34 29 79 60 25,6 21 60 44 156 485 PSDN 39 40 121 113 25,7 7.01 79 19,8 6,56 23 SIPD 15 17 20 24 0,15 0.78 0,2 1,1 2,90 3,96 SKLT 20 21 39 36 15,7 12.6 31 22 6,2 15,8 SMAR 22 23 47 49 4,3 11 9,4 24 364 261 TBLA 37 42 117 117 25,8 21.7 81 60 15 33 ULTJ 1,8 16 28 23 0,8 7.96 13 12 105 21 Sumber : www.idx.co.id, 14 agustus 2010 Data pada tabel 1.1 memperlihatkan variabel DAR, DER, LDAR, LDER dan EPS selama tahun 2008 hingga tahun 2009 mengalami fluktuasi setiap tahunnya pada tiga perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI. Kenaikan rasio-rasio leverage tersebut tidak selalu diikuti dengan kenaikan EPS dan penurunan rasio-rasio leverage tidak selalu diikuti dengan penurunan EPS pada perusahaan makanan dan minuman. Dengan demikian perlu diuji fenomena ini lebih lanjut melalui penelitian yang akan menganalisi pengaruh Financial Leverage terhadap Universitas Sumatera Utara EPS pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2005-2009.

B. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Financial Leverage Terhadap Return on Equity dan Earning per Share Pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

6 49 98

Pengaruh Earning Per Share, Dividend Per Share, dan Financial Leverage Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Food & Beverage Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

9 67 115

Analisis Pengaruh Financial Leverage Terhadap Earning Per Share Industri Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

9 66 110

Pengaruh Perubahan Financial Leverage Terhadap Tingkat Earning Per Share Pada Perusahaan Perkebunan Dan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 5 91

Pengaruh Perubahan Financial Leverage Terhadap Tingkat Earning Per Share Pada Perusahaan Perkebunan Dan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Pengaruh Perubahan Financial Leverage Terhadap Tingkat Earning Per Share Pada Perusahaan Perkebunan Dan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Perubahan Financial Leverage Terhadap Tingkat Earning Per Share Pada Perusahaan Perkebunan Dan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

Pengaruh Perubahan Financial Leverage Terhadap Tingkat Earning Per Share Pada Perusahaan Perkebunan Dan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 18

Pengaruh Perubahan Financial Leverage Terhadap Tingkat Earning Per Share Pada Perusahaan Perkebunan Dan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Perubahan Financial Leverage Terhadap Tingkat Earning Per Share Pada Perusahaan Perkebunan Dan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 18