Kesan Raba Kekerasan Struktur Anatomi Kayu Mindi (Melia azedarach L.)

minyak atau wax berlilin dalam kayu teras saja umumnya mengurangi kilapnya. Identifikasi kilap hanya bersifat sekunder saja Pandit dan Ramdan, 2002.

e. Kesan Raba

Kesan raba dinilai licin atau kesat dengan menggosok-gosokkan jari ke permukaan kayu. Beberapa jenis kayu terasa licin jika diraba. Biasanya kayu yang mempunyai tekstur halus serta berat jenis tinggi menimbulkan kesan raba yang licin. Kesan licin juga dapat bertambah jika kayunya mengandung minyak Mandang dan Pandit,1997. Untuk identifikasi kayu, kesan raba ini ditentukan pada keadaan kayu kering udara. Kesan raba ini nilainya sangat terbatas sekali dalam identifikasi disamping sangat bervariasi menurut individu-individu bersangkutan juga tergantung dari bagian-bagian pohon yang diambil Pandit dan Ramdan, 2002.

f. Kekerasan

Kekerasan kayu merupakan salah satu sifat yang berguna dalam identifikasi jenis kayu. Kekerasan dinilai sangat lunak, lunak, agak lunak, agak keras, keras dan sangat keras. Penetapannya dilakukan dengan cara menyayat contoh pada arah tegak lurus serat. Makin keras makin sukar disayat. Bekas sayatannya juga mengkilap. Kekerasan kayu erat hubungannya dengan tebal relatif dinding serat. Makin tebal dinding serat makin keras kayu yang bersangkutan. Kekerasan kayu dapat pula bertambah oleh kandungan mineral, terutama silika dalam sel-sel kayu Mandang dan Pandit, 1997. Universitas Sumatera Utara Ciri Anatomi Kayu a Pori-Pori Kayu Vessel Cell Pada penampang melintang sel-sel pembuluh tampak seperti lubang- lubang, karena itu sel-sel pembuluh ini juga sering disebut pori-pori kayu. Sel-sel yang berbentuk pipa dinamakan pembuluh. Dalam batang kayu, sel-sel ini tersusun longitudinal, sambung menyambung searah dengan sumbu batang. Panjang sel pembuluh pada umumnya berkisar antara 200-1000 mikron dengan diameter berkisar antara 40-400 mikron, bergantung kepada jenis kayunya. Jarang yang kurang atau lebih dari itu. Pembuluh dikatakan soliter jika berdiri sendiri- sendiri. Pembuluh dikatakan berganda jika dua atau lebih pembuluh bersinggungan sedemikian rupa, sehingga dinding singgung tampak datar. Gandaan dua pembuluh disebut pasangan Mandang dan Pandit, 1997. Pengelompokan pori diamati pada penampang lintang. Jika pori-pori tidak tersebar secara merata, artinya ada daerah di dalam riap tumbuh yang banyak pori sedangkan pada tempat yang lain terdapat pori-pori dalam jumlah yang sedikit atau jarang atau sama sekali tidak terdapat. Pori-pori yang mengelompok tersusun menurut arah jari-jari sehingga pori-pori kelihatan berderet ke arah radial ini disebut pengelompokan pori radial. Ada pori-pori yang tersusun pengelompokkannya menurut deretan miring disebut pengelompokkan miring oblique arrangementi yaitu pori-pori tersusun menurut deretan miring atau membentuk sudut dengan jari-jari. Pengelompokan bentuk gerombol pore cluster dimana pori-pori mengelompok bergerombol pada daerah-daerah yang berbentuk bulat atau lingkaran Pandit dan Ramdan, 2002. Universitas Sumatera Utara Perbandingan antara jumlah pembuluh soliter dengan pembuluh yang berganda merupakan pula ciri pengenalan kayu. Perbandingan juga dapat dinyatakan menurut kategori yang tertera dalam Tabel 1. Tabel 1. Penggolongan Susunan Pembuluh No Susunan Pembuluh Jumlah Pembuluh Soliter 1 Hampir seluruhnya soliter 95 2 Sebagian besar soliter 80-95 3 Soliter dan berganda 65-80 4 Sebagian besar berganda 25-65 5 Hampir seluruhnya berganda 25 Mandang dan Pandit, 1997 Penggolongan ukuran pembuluh didasarkan pada diameternya. Diameter pembuluh pada semua jenis kayu rata-rata bervariasi dari yang berukuran luar biasa kecil sampai sangat besar, seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Penggolongan Ukuran Pembuluh No Ukuran Pembuluh Diameter µ 1 Luar biasa kecil 20 µ 2 Sangat kecil 20-50 µ 3 Kecil 50-100 µ 4 Agak kecil 100-200 µ 5 Agak besar 200-300 µ 6 Besar 300-400 µ 7 Sangat besar 40 µ Martawijaya dkk, 1995 Universitas Sumatera Utara Frekuensi pembuluh pada penampang lintang kayu digolongkan menurut jumlahnya per mm², seperti tertera dalam Tabel 3. Tabel 3. Pengolongan Frekuensi Pembuluh No Frekuensi Pembuluh Jumlah Per mm² 1 Sangat jarang 2 2 Jarang 2-5 3 Agak jarang 6-10 4 Banyak 10-20 5 Banyak 20-40 6 Sangat banyak 40 Martawijaya dkk, 1995

b. Parenkim