31
di wilayah pesisir dan lautan. Aspek sosial budaya, politik dan hankam meliputi kependudukan, kualitas sumber daya manusia, posisi tawar dalam bidang politik,
budaya masyarakat pesisir dan lautan serta pertahanan dan keamanan. Aspek lokasi meliputi ruang spatial yang berkaitan dengan dimana komoditi
lautan diproduksi dan bagaimana memperoleh sarana produksi, diolah maupun dipasarkan. Aspek lokasi juga menunjukkan keterkaiatan antarwilayah yang satu
dengan wilayah lainnya yang berhubungan dengan aspek sarana produksi, produksi, pengolahan maupun pemasaran.
Aspek lingkungan meliputi kajian mengenai bagaimana proses produksi mengambil input dari ekosistem, apakah merusak atau tidak. Misalnya dalam
perikanan tangkap, apakah pengangkapan dilakukan secara berlebihan atau tidak yang akan mengakibatkan kelestarian ikan tersebut terancam.
Aspek kelembagaan meliputi kelembagaan masyarakat yang ada dalam pengelolaan wilayah pesisir dan lautan, apakah kondusif atau tidak, baik berupa
property right, territorial use right, entitlement, indigenous knowledge maupun kelembagaan lokal lainnya. Kelembagaan juga meliputi peraturan dan perundangan
yang berlaku baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah maupun lembaga-lembaga sosial ekonomi yang ada di wilayah pesisir tersebut.
2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Rika tahun 2007, yang berjudul “Dampak Proyek MCRMP Marine and Coastal Resources Management Project Terhadap
Universitas Sumatera Utara
32
Pengembangan Wilayah Desa Gambus Laut Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Asahan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Proyek MCRMP berdampak cukup
signifikan terhadap jumlah produksi ikan, harga jual ikan dan pendapatan masyarakat, pengembangan kapasitas dan pemberdayaan masyarakat serta pengembangan wilayah
di Desa Gambus Laut Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Asahan. Dampak proyek ini antara lain berpengaruh terhadap kenaikan jumlah produksi, harga jual dan
pendapatan masyarakat. Selain itu peranan institusi yang semakin meningkat, khususnya kelompok nelayan yang berakibat terhadap peningkatan aktivitas ekonomi
yang secara bersama-sama mengakibatkan pengembangan wilayah Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Asahan.
Hasil penelitian Usman Kaharu dan kawan-kawan tahun 2000 tentang “Pemberdayaan LKMD Bagi Pembangunan Masyarakat Lokal Studi Kasus di Kota
Gorontalo menunjukka n bahwa: a.
Pemberdayaan LKMD Kota Gorontalo bagi pembangunan masyarakat lokal di lihat dari segi perencanaan, pelaksanaan maupun pengendalian telah
menunjukkan tanda-tanda yang menggembirakan. Hal ini ditandai adanya upaya mereka dalam menyusun perencanaan, melaksanakan dan mengendalikan
pelaksanaan perencanaan pembangunan setelah melewati proses pertemuan, rapat atau musyawarah. Kegiatan seperti ini sebagai perwujudan upaya meningkatkan
kesatuan visi dalam hal melihat sifat dan luasnya masalah, sekaligus memecahkannya.
b. Dalam rangka peningkatan kemampuannya, LKMD Kota Gorontalo selalu
berusaha untuk memanfaatkan segala potensi yang ada, berupa sumber daya
Universitas Sumatera Utara
33
manusia seperti tingkat pendidikan, pengalaman, tokoh masyarakat atau sesepuh desa, sumber daya alam serta sumber dana seperti bantuan desa Bandes, jaring
pengaman sosial JPS serta swadaya gotong royong masyarakat. c.
Dalam rangka peningkatan integritas, LKMD Kota Gorontalo berusaha untuk melaksanakan setiap rencana pembangunan yang telah disetujui bersama dengan
cara ikut serta dalam pengendalian pembangunan bersama pembina maupun dinas instansi terkait lainnya.
d. Bahwa LKMD Kota Gorontalo telah mampu menginventarisir sekaligus
mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi pemberdayaan maupun tingkat keberdayaannya, seperti kualitas sumber daya manusia maupun sumber daya
lainnya, kesejahteraan dan moral. e.
Bahwa LKMD kota Gorontalo telah mampu mengemukakan kritik secara berani dan transparan tentang kelemahan LKMD selama ini serta mengemukakan saran-
saran dalam rangka pemberdayaan maupun tingkat keberdayaannya baik menyangkut pengurus, pembina maupun sumber daya lainnya.
f. Bahwa pemberdayaan LKMD Kota Gorontalo bagi pembangunan masyarakat
lokal, cenderung mempengaruhi perluasan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan maupun peningkatan pendapatan, yang sifatnya temporer dan terbatas
pada mereka yang memiliki keterampilan tertentu saja. g.
Bahwa hasil penelitian ini belum cukup untuk menjawab seluruh pertanyaan penelitian tentang pemberdayaan LKMD bagi pembangunan masyarakat lokal
di Kota Gorontalo.
Universitas Sumatera Utara
34
Penelitian Josua 2007, dalam penelitiannya yang berjudul “Pola Kemitraan dalam Praktek Tanggung Jawab Sosial Perusahaan pada Program Community
Development PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. di Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir”, menyimpulkan bahwa motif utama PT. Toba Pulp Lestari, Tbk.
menggulirkan kebijakan paradigma baru sebagai deskripsi tanggung jawab sosialnya adalah untuk mengamankan operasional pabrik. Sehingga motif tersebut
mengaburkan aspek kerelaan voluntarism dan kemitraan yang dibangun atas dasar hubungan sub ordinasi, dimana masing-masing partisipan memiliki status,
kemampuan dan kekuatan yang tidak seimbang. Yayasan yang dibentuk idealnya adalah merupakan representasi dari sektor sukarela voluntary yang berperan sebagai
agen pembaharu change agent untuk mendinamisasi program dalam rangka pemberdayaan masyarakat, namun kenyataannya lebih cenderung sebagai korporasi
negara. Kemudian Ichsan 2007, dalam penelitiannya yang berjudul “Implementasi
Program Community Development di Pertamina UPMS IV Semarang” menyimpulkan bahwa kinerja implementasi program community development tidak
berjalan dengan baik, sehingga program tersebut gagal dan perlu ditinjau ulang dalam pelaksanaan program, karena terdapat bias dari implementasi program communty
development tersebut dilihat dari indikator output, disebabkan Pertamina tidak memiliki mekanisme dan kriteria standar baku yang dibuat menjadi kebijakan formal.
Universitas Sumatera Utara
35
2.6 Kerangka Pemikiran