29
Berpijak pada pengertian di atas maka pembangunan seyogyanya tidak hanya diselenggarakan untuk memenuhi tujuan-tujuan sektoral yang bersifat parsial, namun
lebih dari itu, pembangunan diselenggarakan untuk memenuhi tujuan-tujuan pengembangan wilayah yang bersifat komprehensif dan holistik dengan
mempertimbangkan keserasian antara berbagai sumber daya sebagai unsur utama pembentuk ruang sumberdaya alam, buatan, manusia dan sistem aktivitas, yang
didukung oleh sistem hukum dan sistem kelembagaan yang melingkupinya.
2.4 Definisi Wilayah Pesisir
Definisi wilayah pesisir masih menjadi perdebatan bayak pihak mengingat sulitnya membuat batasan zonasi wilayah pesisir yang dapat dipakai untuk berbagai
tujuan kepentingan. Kay 1999 mengelompokkan pengertian wilayah pesisir dari dua sudut pandang yaitu sudut pandang akademik keilmuan dan dari sudut kebijakan
pengelolaan. Dari sisi keilmuan Ketchum, 1972 dalam Kay 1999 mendefinisikan wilayah pesisir sebagai sabuk daratan yang berbatasan dengan lautan dimana proses
dan penggunaan lahan di darat secara langsung dipengaruhi oleh proses lautan dan sebaliknya.
Definisi wilayah pesisir dari sudut pandang kebijakan pengelolaan meliputi jarak tertentu dari garis pantai ke arah daratan dan jarak tertentu ke arah lautan.
Definisi ini tergantung dari isu yang diangkat dan faktor geografis yang relevan dengan bentang alam pantai Hidebrand and Norrena, 1992 dalam Kay 1999.
Pengelolaan wilayah pesisir menyangkut pengelolaan yang terus menerus mengenai
Universitas Sumatera Utara
30
penggunaan wilayah pesisir dan sumber daya di dalamnya dari area yang telah ditentukan, dimana batas-batas secara politik biasanya dihasilkan melalui keputusan
legislatif atau eksekutif Jones and Westmacott, 1993 dalam Kay 1999. Menurut Budiharsono 2001 dalam pembangunan wilayah pesisir dan lautan
dengan menggunakan pendekatan pembangunan wilayah terpadu sekurang- kurangnya memperhatikan enam aspek, yang merupakan pilar-pilar pembangunan
wilayah, yaitu : 1 aspek biogeofisik; 2 aspek ekonomi; 3 aspek sosial, politik dan budaya; 4 aspek kelembagaan; 5 aspek lokasi dan 6 aspek lingkungan. Keenam
aspek tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut:
Gambar 2.2 Pilar Pembangunan Wilayah Pesisir Terpadu Aspek biogeofisik meliputi kandungan sumber daya hayati, sumber daya
nirhayati, jasa-jasa kelautan maupun sarana dan prasarana yang ada di wilayah pesisir dan lautan. Sedangkan aspek ekonomi meliputi kegiatan ekonomi yang terjadi
Aspek Biogeofisik
Aspek Kelembagaan
Aspek Ekonomi
Aspek Lokasi
Aspek Sosial Budaya, Politik dan
Hankam
Aspek Lingkungan
Pembangunan Wilayah Pesisir dan
Lautan Terpadu
Universitas Sumatera Utara
31
di wilayah pesisir dan lautan. Aspek sosial budaya, politik dan hankam meliputi kependudukan, kualitas sumber daya manusia, posisi tawar dalam bidang politik,
budaya masyarakat pesisir dan lautan serta pertahanan dan keamanan. Aspek lokasi meliputi ruang spatial yang berkaitan dengan dimana komoditi
lautan diproduksi dan bagaimana memperoleh sarana produksi, diolah maupun dipasarkan. Aspek lokasi juga menunjukkan keterkaiatan antarwilayah yang satu
dengan wilayah lainnya yang berhubungan dengan aspek sarana produksi, produksi, pengolahan maupun pemasaran.
Aspek lingkungan meliputi kajian mengenai bagaimana proses produksi mengambil input dari ekosistem, apakah merusak atau tidak. Misalnya dalam
perikanan tangkap, apakah pengangkapan dilakukan secara berlebihan atau tidak yang akan mengakibatkan kelestarian ikan tersebut terancam.
Aspek kelembagaan meliputi kelembagaan masyarakat yang ada dalam pengelolaan wilayah pesisir dan lautan, apakah kondusif atau tidak, baik berupa
property right, territorial use right, entitlement, indigenous knowledge maupun kelembagaan lokal lainnya. Kelembagaan juga meliputi peraturan dan perundangan
yang berlaku baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah maupun lembaga-lembaga sosial ekonomi yang ada di wilayah pesisir tersebut.
2.5 Penelitian Terdahulu