Latar Belakang Dampak Program Community Development PT. Inalum Terhadap Pengembangan Wilayah Pesisir Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah Community Development bagi sebagian besar masyarakat, khususnya di lokasi yang berdekatan dengan wilayah operasi perusahaan PMA Penanaman Modal Asing sudah begitu akrab. Jika suatu saat kita jalan ke desa mereka dan menanyakan bagaimana pembangunan di desanya, dengan tanggap mereka akan menjawab, dan akan menunjuk pembangunan sekolah, masjid, jalan, jembatan, bantuan bibit ternak, pelatihan menjahit, dan sebagainya, adalah bentuk Community Development yang diterapkan PMA. Community Development memang identik dengan program-program yang diberikan PMA kepada masyarakat di sekitar wilayah operasi mereka. Sebuah perusahaan eksplorasi minyak misalnya, menawarkan program pelatihan pembibitan karet. Beberapa anggota masyarakat dipilih, Mereka dilatih, diajarkan cara membuat bibit karet, diberikan bantuan modal awal dan terus dibimbing sampai dianggap berhasil. Untuk hal ini, perusahaan rela mengeluarkan biaya untuk pelatihan, penginapan, uang saku, dan modal berkebun. Jumlahnya bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta rupiah, tergantung banyak tidaknya peserta. Kegiatan ini tidak berhenti di situ saja, tapi berlanjut pada tahun-tahun berikutnya. Universitas Sumatera Utara 2 Community Development diartikan suatu proses, yang terkadang memerlukan bantuan dari fasilitator, dimana sekelompok masyarakat mengidentifikasikan permasalahan yang sedang mereka hadapi dan terlibat dalam penyelesaian masalah tersebut dengan memanfaatkan sumberdaya yang mereka miliki tetapi kadang-kadang harus menggunakan sumberdaya dari tempat lain. Community Development melibatkan setiap individu di dalam kelompok untuk menghadapi permasalahan bersama. Community Development bertujuan membentuk kelompok masyarakat yang kuat, sehingga dapat mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi kelompok tersebut. Pemberdayaan masyarakat dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya. Pemberdayaan sendiri merupakan suatu proses yang berjalan terus menerus. Istilah pemberdayaan empowerment muncul hampir bersamaan dengan adanya kesadaran pada perlunya partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Diasumsikan bahwa kegiatan pembangunan itu seharusnya mampu merangsang proses kemandirian masyarakat self sustaining process. Tanpa partisipasi masyarakat, proses kemandirian tersebut tidak akan memperoleh kemajuan. Pada tataran konseptual istilah pemberdayaan dapat dikaitkan dengan proses transformasi sosial, ekonomi, dan bahkan politik kekuasaan. Secara definisi, pemberdayaan merupakan proses penumbuhan kekuasaan atau kemampuan diri. Jadi esensi community development yang kemudian mengilhami model pembangunan Universitas Sumatera Utara 3 yang berpusat pada rakyat, adalah upaya pemberdayaan empowerment terhadap rakyat berdasarkan integrasi ide-ide kemandirian. Masyarakat adalah pelaku yang menentukan tujuan, mengontrol sumberdaya dan mengarahkan proses pendayagunaan sumberdaya. Titik tekannya terletak pada kewenangan komunitas mengelola sumberdaya dalam mewujudkan kepentingannya. Kegiatan ini dirancang berdasarkan prakarsa dan partisipasi masyarakat dengan orientasi kebutuhan, potensi dan kemampuan komunitas lokal, namun memperhatikan variasi dan perbedaan yang ada dalam komunitas. Program tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat sekitar sudah ditetapkan dalam UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dimana pada Pasal 74 ayat 1 menyatakan, bahwa “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang danatau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan”. Sedangkan dalam ayat 2 berbunyi, “Tanggung jawab sosial dan lingkungan itu merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memerhatikan kepatutan dan kewajaran”. Sementara pada ayat 3 menggariskan, “Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana pada ayat 1 dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan” dan di ayat 4 menyatakan bahwa “Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah”. Untuk itu beberapa perusahaan berskala besar, seperti Conocophilips, Expan, Gulf Indonesia Resources, Hindoli, Pertamina, PT. Caltex, Medco Energy, PT. Universitas Sumatera Utara 4 Inalum dan lainnya, mengalokasikan dana khusus untuk melaksanakan Community Development yang baik. Diharapkan, Community Development yang berbasis pada pengembangan potensi dan mengarah pada peningkatan ekonomi masyarakat akan mampu meredam tindakan “negatif” yang mengganggu aktivitas perusahaan. Dalam hal ini, kita tentu mendukung sekali program Community Development yang ditawarkan, karena efeknya begitu besar bagi percepatan pembangunan masyarakat setempat, apalagi wilayah operasi PMA biasanya berada jauh di pedalaman, sehingga ketertinggalan masyarakat setempat pada beberapa aspek kehidupan menjadi lebih optimal. Namun setelah Community Development dilaksanakan, sikap masyarakat terhadap perusahaan tidak juga berubah. Masyarakat masih mengasumsikan bahwa perusahaan memiliki segalanya. Alhasil, semua keluhan dan kebutuhan di desa dimintakan solusinya ke perusahaan, mulai dari membuat jalan, pengadaan guru di sekolah, bahkan sampai pembelian seragam siswa. Di sini kita mesti bisa melihat secara arif, kenapa masyarakat tidak juga berubah pola pikirnya, tetap muncul batasan dengan perusahaan, seolah-olah semua keluh kesah itu adalah beban perusahaan. Alhasil, PMA tak ubahnya pengganti peran pemerintah untuk mempercepat pembangunan. Padahal, pembangunan suatu wilayah harus melibatkan pemerintah, masyarakat dan perusahaan yang ada. Meskipun persaingan bisnis dewasa ini semakin kompetitif. Sinergi seperti ini memungkinkan terwujudnya situasi saling mengisi antara keunggulan dengan kelemahan yang dimiliki. Ini berarti perusahaan Universitas Sumatera Utara 5 dapat menunjukkan peran berarti dalam pembangunan karena keterbatasan anggaran yang dimiliki pemerintah dan masyarakat. Setiap perusahaan berusaha untuk berperan dalam pembangunan dan mewujudkan sumbangsih mereka pada infrastruktur baik secara kualitas maupun kuantitas. Namun penting disadari bahwa perusahaan bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan dan sosial ekonomi masyarakat di sekitar perusahaan, misalnya akibat dari pencemaran lingkungan yang berasal dari limbah pabrik. Begitu juga halnya dengan PT. Indonesia Asahan Aluminium yang bergerak pada bidang peleburan aluminium. PT. Inalum tidak saja memperhatikan aspek produksi. Akan tetapi, PT. Inalum juga sangat menyadari bahwa kelancaran pembangunan dan keberhasilan operasional perusahaan tidak dapat dilepaskan dari dukungan dan masyarakat sekitar. Oleh karena itu, PT. Inalum merasa bertanggung jawab atas kesejahteraan dan peningkatan mutu kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar. Atas dasar pendapat dan pemikiran tersebut maka penulis tertarik mengadakan penelitian pada wilayah pesisir di sekitar PT. Indonesia Asahan Aluminium. Bagaimana kontribusi program Community Development yang dijalankan selama ini terhadap pengembangan masyarakat sekitarnya dan pengembangan wilayah. Untuk itu kajian ini perlu dilakukan. Universitas Sumatera Utara 6

1.2 Perumusan Masalah