5 memasuki malam.

5 memasuki malam.

dikenakan sepatu dan kemejanya lagi, kemudian pergi keluar

Tujuan sekali ini adalah tujuan yang biasa: ke Pasar Senen melihat lenong.

Ia tak bosan-bosan pada lenong itu. Toh begitu hidup! Toh begitu benar! Antara yang bergolak di dalam sanubari dan yang

Keguguran caton Drarnawan bergolak di alam lahir begitu teraduk dan berpadu menjadi satu.

Dan gendang memberi tekanan pada gerak dan pengertian.

. .. :l' .:� . . �-?-.••.. , ••• .1 "$'. .: ._:: .-:� ... :-.. : .. " .. . " . .. . .. . .•.. "'.. /'

�." �'/ ... ;�... ".:

.. .. ...... :. ""';.- .. ". .. : u� : .":;'" ::. ,.

Menggigil jiwanya menontonnya. Harapannya menggelora kembali.

Created Ebook by syauqy _arr Aku harus bisa! Aku harus bisa! Juga sekuat lenong itu.

Bergegas ia pulang, melintasi kegelapan dan dingin. Lenong telah memberinya kekuatan, dan kekuatan itu kini takkan dile­ UDAH DUA TAHUN INI TAK LEPAs-LEPAS PERHATI ANNYA PADA

Mereka bisa membuat area-arca batu, langsung dipahat, S

paskannya. Dan waktu ia ingat Kila, ia pun berbisik pada dirinya kekerdilan drama di lapangan seni Indonesia.

sendiri:

Mengapa tidak mungkin? Ia menguatkan harapannya. Biar dia sepuluh tahun berpengalaman. Tapi pengalamannya

tanpa ada

berabad-aba � la­

hanya untuk menghancurkan. Dan aku butuh pembangunan.

persiapan, tanpa latihan! Darah pemahat yang Aku butuh penciptaan. Aku butuh pengisian. Aku tak suka ke­

� a udak

Menga

manya terpendam tiba-tiba menjompak keluar.

kosongan.

dengan drama? Drama lebih tua danpada kesusasteraan. Kakinya melangkah cepat-cepat dan segala benda di perjalan­ Dan sekali, waktu hasratnya hendak. membuat d�ama tak ter­

annya tak mendapat tempat dalam perhatiannya.

Kila hanya ter­

tahankan lagi, ia pun datang ke rumah Kila. Tapi

"Hamid!"

tawa, dan akhirnya menguatkan tertawanya deng Ia kecewa karena bertemu kawan. Ia harus meladeninya wa­ yang mengocar-kacirkan harapannya:

an kata-kata

laupun barang sebentar.

"Engkau pula mau coba-coba membuat drama. '" "Dari mana? Apa? Lihat lenong lagi? Bagaimana dramamu?

"Mengapa?" ia bertanya. Sudah jadi? Ah, kawan, di waktu ini siapa pula yang mau main

"Mengapa? Sedangkan Eropa tidak sanggup sandiwara! Engkau tak punya kapital, dan kalau toh punya orang

membuat drama

se-

1 agl. rama . D akan mati untuk selama-Iamanya setelah Ibsen,

tak mau datang menonton. Film lebih menarik."

kuda umplng 1 .

t 1 h Strindberg. Drama-drama setelah itu hanya ea .

Kembali harapannya pontang-panting dibuatnya.

yang ditunggangi dari kiri dan dan kanan.

"Apa salahnya aku mencoba-coba?"

Dan dengan harapan layu bergeleng-geleng "Mencoba-coba? Kan engkau belum pernah ikut main san­

la pulang ke pe-

mondokannya kembali. Diambilnya selembar diwara?" Kawan itu tertawa, dan akhirnya meneruskan: "Itu pun rasaan k:ctl mencoba menyusun babak-babak. Tetapi pe telah .

kertas kwa�to dan

bukan salahmu. Sandiwara hampir-hampir tak dimainkan lagi.

dak dltuhsnya.

mematahkan garis besar dari drama yang hen

KEGUGURAN CALON DRAMAWAN

DARI JAKARTA

74 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA beliung. Tidak jarang ia mengeluhkannya, sekalipun seorang

besarlah yang memung­

Kalau toh rumainkan cuma propaganda kawan pernah menakut-nakutinya dengan kata-kata:

pun karcisnya rasa-rasanya tidak

kin ia diperhatikan orang, dan itu "Hamid, kalau engkau mulai mengeluhkan sesuatu - sesuatu

terbayar oleh kantongmu sendiri. itu sudah menjadi penyakit dalam jiwamu. Mungkin juga jiwa­

dengan dada berantakan. Kinl

Hamid meneruskan perjalanan

mu agak tak beres."

tak percaya kepadaku! Mere­

ia berjalan lambat-Iambat. Mereka

Seja

tu Hamid takut bertemu dengan kawannya yang se­

cayaanlah yang aku harapkan

ka tidak percaya! Padahal keper orang 1m, dan selalu menghindarinya sedapat mungkin. sebagai modal.

Ia pun per�ah mengeluh kepada kawannya, Mardi, seorang Waktu ia memasuki kamarnya

kembali, terclum lagl bau asap

pengar�ng cerna pendek, dan ia memandanginya tenang-tenang, rokok yang melekati seluruh benda

di � amnya. I? an kembali ia

kemudian menyuarakan:

"Aha ... itu bahan yang baik sekali untuk ... tidak! Tidak baik harap suatu kali bisa menulis sebuah dr.an:a. Da

dipercayal oleh hatlny�. Ia meng

terangkum dalam suasana yang

n la s ang�up

untuk cerita pendek, ruangnya terlampau sempit. Itu adalah satu

hasil clptaannya blsa dite�

mengurbankan segala-galanya asalkan thema yang menggoncangkan. Harus dilahirkan dalam prosa . . ..

ilnya buku-buku .drama dan

rima oleh masyarakatnya. Diamb r tu pun tidak, dalam prosa terlampau lambat dan lemah. Harus

-Idrus, Usmar, Sltor, bahkan

lemarinya, dibalik-baliknya Sontani, dilahirkan dalam drama. Harus dilakukan! Harus ditekankan! juga Ogenin dari pushkin, Unamuno� . . 1m.

Dengan iringan musik yang menderum! Yang membelah." Aku juga sanggup membuat seper�

"Aku tak pernah mengarang," Hamid membantah.

SteInbeck, Tlkus dan Manu-

Dan waktu ia in gat pada drama "Tidak pernah mengarang," katanya. "Bukankah saban hari sia', ia tertawa puas.

engkau mengarang. Kawan, engkau pasti juga bisa mengarang.

terlebih dahulu. Tapl se-

Mereka telah mendapat kepercayaan

Kalau tidak .... "

mereka desakkan hasil �u­

belum kepercayaan itu diperolehnya,

"Apa kalau tidak?"

dan ia menuntut kepercayaan ItU.

lisannya kepada masyarakatnya, "Masalahmu berhenti di ubun-ubunmu."

harapannya muncul ke depan

Hatinya menjadi tenang, dan

"Apa salahnya?"

kembali.

"Dan engkau gila."

itu tidaklah menj�di soal sulit

Apa yang hendak ditulisnya, hal

Kembali ia ter i � ngat pada ucapan seorang kawannya yang

mem

utu.hkan clnta seo�

ng

bagi Hamid. Sejak lama ia merasa

menuduh bahwa Jlwanya sudah tidak beres lagi. Ia ketakutan.

menclntal ses�orang wanlta.

wanita, tetapi ia tiadalah sanggup "Itu harus engkau lahirkan," kata Mardi pula.

Perasaannya itu sesungguhnya Lama Hanud menimbang-nimbang dan akhirnya membenar­

tidaklah begitu ash, karena sebe�

ri. Olenin, tokoh Tol�tol

lumnya ia tidaklah begitu menyada

ka� ucapan pengarang cerita pendek itu. Harus dilahirkan! Agar dalam Kozak-nyalah yang membimbi

ngnya ke arah perasaan ItU,

hanku kosong kembali dari kesesakan.

telah menjadi miliknya sen-

dan kini perasaan itu seratus prosen

Dibelinya bebe�a� . � , buku. drama dan dipelajarinya. Akhirnya

diri.

la memutuskan din: Sekall waktu aku pasti berhasil menulis Hamid adalah termasuk segolongan orang yang sel u Sl u. l­

kurang mem�erhatikan kel.

dengan hatinya sendiri, sehingga Usahanya untuk mencari buku-buku tentang teori drama tak

cinta membadal sepertl angln

lingnya. Kebutuhannya akan

76 PRAMOEDYA ANANTA TOER : eERITA DARI JAKARTA

KEGUGURAN CAiON DRAMAWAN

77 pernah berhasIl, karena untuk itu uangnya selalu tak eukup, dan untuk datang ke perpustakaan kemalasan lebih berhasIl menawan

tetap menearinya juga. Dan penasaranlah ia waktu tak bisa me­ hatinya. Tapi bila ia ingat lenong yang tidak pernah bieara ten­

nemui Mardi. Penasaran itu baru hilang waktu ia berada tang teori dan mempereayakan lanearnya permainan pada spon­

dalam rangkulan kamar yang dipereayainya. Berjam-jam ia duduk tanitas belaka, teori-teori itu tak menjaru halangan baginya. Apa

tlnya bertenak: t�rmangu-�angu. Tiba-tiba semangatnya menjompak dan ha­ pula waktu Mardi berbisik padanya penuh kepereayaan diri:

"Harus kumulai! Sekarangjuga!"

"Saudara, hasil terlebih dahulu dilahirkan, teori tentangnya baru kemudian. Shakespeare hingga kini tiada tandingnya kare­

. � egera di�mbilnya kertas kwarto dari tumpukannya dan mu­

na hasil-hasil tulisannya. Kemudian baru muneul barisan theo­ la� la �enuhs, sedang di luar matahari kian lama kian eondong.

retisi yang menunggangi Shakespeare. Ikut hidup tentu. Hamid Dlambdnya kepala "Dua Manusia" sejalan dengan pengalaman­

nya sel�ma ini � a

mengembalikan buku-buku drama itu ke dalam rak kembali. . hw� kawannya yang satu-satunya hanyalah

Kakinya diangkat sebelah dan merenung-renung sambil dengan s�nubannya sendlrI. fa Ingat pada saran Mardi bahwa musik yang

tangan kanannya mengambil buku hariannya. Ia tak habis-habis dipergunakan harus menderum - harus membelah. fa merenung

heran mengapa harus diombang-ambingkan oleh kata-kata mengenang-ngenang segala saran yang diterimanya.

orang, kawan-kawau belaka. Ia menyesali dirinya yang tidak kuasa

Aklnrnya dengan lanearnya ia menulis:

menentukan pemilihan sendiri untuk dirinya sendiri. Ia pun

Mohammad Rusli Abdul Hamid:

menyesali dirinya yang tidak bisa bergaul, dan lebih pereaya pada

DUA MANUSIA

nyebabkan kawan yang satu-satunya baginya ialah sanubarinya Jauh: yaris sebelum layar dibuka dan musik menderum telah men­

kamarnya daripada dunia luas di luarnya, yang akhirnya me­

!'1

sendiri."

PENGANTAR : (dengan suara berbisik)

Sekarang dibukanya buku harian itu pada lembaran yang hing­

ga kini jadi semboyan hidupnya sehari-hari. Tulisan itu pun Mereka i�i adalah �anusia-�anusia yang patah jadi dua batang

� u­

kan buah pikirannya senruri, tetapi disalinnya dari buku-harlan Sebelah dl atas burru dalam hputan rahasia demi rahasia

George Washington: Tutup mulutmu dan pergunakan kuping­ Sesobek lagi di alam lain - segumpal jiwa bulat telanjang.

(Layar dibuka pelahan)

mu sebanyak-banyaknya. Diambilnya sebuah pulp en dan ditulis­ nya di bawah: Adakah barangkali aku harus mengurangi mem­

Babak Pertama

pergunakan kupingku? Kuping ini membuat aku tak punya

Adegan pertama

pendirian! Terlampau banyak yang kudengar, sehingga suaraku

Pemandan?�n: Sebuah kamar . � e1ajar. Sebuah rak buku yang

sendiri tidak kuasa memperlihatkan kekuatannya. pe�uh berlsl buku teba! dan OpIS, majalah dan koran. Di meja Malam itu ia tidur gelisah dengan pikiran yang tidak selesai.

tults: beb�ra.pa ? uku terbuka di atasnya dan gambar sebuah ter­

Sehabis keJja kantor ia meneoba meneari Mardi untuk minta pas�ng dl dlndlng dalam pigura - seorang gadis Sebuah kursi nasihatnya. Hatinya melarangnya, karena dengan tambah meng­

k�lJa dan sebuah kursi biasa di depan meja.

gantungkan diri kepada nasihat orang, ia akan tambah kehilang­ DI atas rak buku terpasang radio keeil yang sedang menangkap an kebebasan dengan pendiriannya. Begitu mula-mula! Tetapi ia

sebuah pemanear

78 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA KEGUGURAN CALON DRAMAWAN M anus I'a-I Pardan sedang duduk menghadapi buku harian, di

tangannya sebuah pulpen. Ia duduk merenung-renung menu r- 'ki MIRYAM-I masuk diikuti MIRYAM-II, yang segera menggagapi

kantong PARDAN-I.

kan sesuatu hal yang sulit.

PARDAN-I :

Manusia-II Pardan berdiri di belakangnya.

Apa kabar kasih?

P ARDAN-II (memandangi Pardan-I) tertawa. Setelah mehhat ke- P ARDAN-II : menutup mara dengan kedua belah tangan, mengeluh: liling kemudian memanciang buku hari�n da�:

Aku tidak tahu apa gunanya ini buku hanan! Tlap han diisl. Dusl. . . . ., .. ., Mengapa dia datang lagi berdagang keeantikan? Aku tak punya duit sekalipun mau menikmati keeantikannya

Toh tetap aku tidak tahu. waktu, dan dramaku ini belum juga selesai. . Aku tak punya PARDAN-I :

orang dapat mengetahui? (Menggel�ngkan *** �

Sampai di mana

pala)

Sampai di mana! (Sambil memukulkan kepalan dl atas meJa). PEGANGAN PADA bahunya membuat ia melompat terkejut. Dan PARDAN-II :

waktu diketahuinya March sudah ada saja di sampingnya pada Sampai di mana, tidak ada orang yang mengetahui. Kalau orang

parasnya tergambar kekeeewaan. Mardi tidak mengetahui tahu batasnya, dia tahu sampai di �ana.

kekeeewaan itu dan membuka mulutnya:

P ARDAN-I menggeleng-gelengkan kepala, kemuruan meneruskan "Engkau mulai juga dramamu?" Ia ambil lembaran k�rtas yang penulisannya.

telah ditulisi Hamid. Ia mulai membaea an tara sebentar meman­ PARDAN-II:

dang Hamid. Akhirnya: "Kamar yang engkau gambarkan adalah

Aku telah berjanji pada diriku sendiri, tidak lagi mau men e a� kamarmu, mejanya, gambarnya, kursi .... Tidakkah engkau bisa d k M· Iryam. Miryam adalah wanita cantik (sebentar memandangl

menggambarkan kamar lain?"

gambar garus di dinding) yang ha�ya baik untuk diClntal. �nya " ., H Sebelum Hamid sanggup menjawab telah menyambar perta­

untuk dicintai. Selebihnya, dla tldak berharga. Dan aku elnta

nyaan yang lain:

kepadanya. "Mengapa Pardan satu dan Pardan dua, Miryam satu dan

PARDAN-I bangkit dan memutar kenop radio, menean peman-

Miryam dua?"

car lain. Berjalan mondar-mandir, berkata dengan suara lambat "Di lenong orang meneampurkan sanubari dan kenyataan. tapi berat:

Dan aku mau membelahnya. Tiap belahan dimainkan oleh se­ Cinta adalah mem en. b·'

orang pemain tertentu."

P ARDAN-II berteriak : "Mengapa pula lenong menjadi bapa gurumu? Bukankah

Aku bosan memberi.Aku telah kehabisan segala �nuk memben. buku-buku drama yang bagus-bagus dalam rak bukumu itu bisa Aku mau menerima - sebanyak-banyak mungkin.

menjadi pembimbing yang baik juga?"

"Tapi semuanya tidak � egitu eoeok. Belahan an tara kenyataan

PARDAN-I menjenguk pintu. Menyapa:

Siapa? dan sanubari tidak kuat dan pertautannya pun tidak begitu erat." PARDAN-II pelahan :

"Engkau kan bisa mempelajari Pirandello terlebih dahulu?"

Aku harap bukan si Miryam. Aku harap seo . rang laIn yang ttdak

"Pirandello ?"

kukenal. Daripadanya mungkin aku menenma sesuatu. . HamId tak pernah mendengar nama itu. Dan ia merasa keci!. Ia merasa kosong. Kepenuhan yang menyesak dalam dadanya kini

80 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA

KEGUGURAN CALON DRAMAwAN

81 cair buyar. Dan dadanya? Bolong melompong seperti tembok

ditembusi peluru baja. beck tentang pengembara-pengembara yang terlupakan. Begitu

Ia letakkan selembar permulaan drama itu ke dalam laci. Naf­ melulu. Cekof tentang salah sangka melulu. Tapi Indonesia mem­

su berbicara telah habis punah. butuhkan yang lain lagi. Bacalah cerita-cerita pendekku. Bahkan

engkau bisa juga pergunakan sebagai bahanmu." "Mengapa engkau terdiam?"

"Aku tak banyak tahu tentang dramawan dan hasil-hasil hatinya Hamid berdoa semoga kawannya itu lekas pergi

nampa dan Ia dlserahkan ke rangkulan kamar yang dipercayainya. ya semen Tapi �

ciptaannya."

� r � it �

"Mengapa itu mematahkan semangatmu?" Hamid belum mendapat kesempatan

untuk Itu. MengusIr Ia udak berani. Akhirnya: "Mardi, sekarang ini aku butuh melahirkan sesuatu. TetapI

"Bag �

imana kalau kita nonton di Menteng?" hampir semuanya bilang padaku dengan ucapan yang hampir

Ma � dI �

bersa maan : bukan engkau butuh melahirkan, tetapi engkau bu­ yang tInggI: eredupkan matanya sambil merendahkan suaranya

tuh mengetahui terlebih dahulu."

. "Engkau patah hati, Hamid! Pengarang tidak hanya bisa ber­ �

dimaInkan? " ku tak punya uang. Engkau boleh pinjami aku. Apa yang patah hati saja. Itu tidak ada gunanya baginya. Pengarang

Mereka pun berangkat.

satu tokoh pemberontakan individu. Dengarkan - aku pengarang, karena itu aku bisa ceritakan padamu apa itu penga­

t Hamid tel� seminggu ini menghitung-hitung uangnya un­ � � ke � ungkinan �

� enonton film yang sekali ini. Ia dengar dari

rang. Pengarang adalah sumber tenaga yang tiap kali dengan hasIl

layar punh. I anan, film ItU adaIah drama besar yang dipindahkan ke � tertelan

kin dan

tulisannya mengadu tenaga dengan tenaga masyarakatnya."

. ? oleh cerita itu. Ia terbakar melihat gam_

b�. . emaIn-pemaIn yang itu-itu juga. Toh begitu benar, toh

"Apa maksud semua itu?" Kini Hamid merasa lebih bolong

bar

an p

nyat begItu hIdup. Bahkan perpadauan dan perceraian antara ke­ �

rio Mengapa harus bercerita tentang kamar? Tentang pacar me­ pern Ia punya. n dan sanubari itu tidak begitu terbebh dan tunggal se­

"Maksudku, pengarang adalah antipoda dari masyarakat sendi-

gaan jalan. "Luar biasa!" seru Mardi waktu mereka berpisahan di perti­ neriakkan kehilangan kesabarannya: "Aku tidak mengerti. Pulang engkau? Aku mau menuhs

lulu?" Kalau tidak karena kesopanan atau persahabatan ia sudah me­

"Luar biasa!" bisik Hamid lebih kepada dirinya sendiri Dan mereka berpisahan.

malam ini. Menulis ten tang diri dan kamarku, karena cuma itu­ lah pengetahuanku yang sebenarnya." ***