Antara sebentar pasanglah gelombang kritik dan caci-makian Dan waktu Belanda melancarkan aksinya yang bertubi-tubi

Antara sebentar pasanglah gelombang kritik dan caci-makian Dan waktu Belanda melancarkan aksinya yang bertubi-tubi

buat alamatnya. Apa kata mereka? Sudah tidak tepat bagi mas a daerah pertahanannya runtuh. Ia dan pasukannya bergerilya.

kini! Lebih tepat bila dikatakan goblok! Bahkan ada lagi yang Kadang-kadang ia heran akan keberaniannya. Kadang-kadang

sungguh-sungguh menyakitkan hatinya: "Seyogianya kumisnya ia heran juga melihat orang-orang lain memandangnya berani.

dicabuti biar pandangan matanya menjadi terang, dan agar wa­ Tetapi di waktu sunyi sendiri digugatlah ia oleh pertanyaan-per­

jahnya yang sesungguhnya nampak jelas." Masyaallah! Wartawan- tanyaan yang menjengkelkan: "Benarkah kau berani?" Dan se­

wartawan kurangajar itu sudah berani menganjurkan mencabuti telah menimbang-nimbang agak lama berserulah hati kecil

kumisku!

terkutuk itu: "Tidak, kau bukan orang yang berani, kau hanya Dalam hati kecilnya ia banyak juga mengakui kebenaran mere­ orang ikut-ikutan. Keberanianmu cumalah keberaruan melin­

ka. Bahkan kadang-kadang ia menjadi heran betapa anak-anak dungkan hidup dan keselama tanm u sendiri di balik pasukanmu!"

kecil, yang layaknya menjadi adiknya sendiri yang paling bungsu Dan ia merasa dirinya kecil.Akibat gugatan yang demikian ham­

telah begitu cepat dapat mengerti berbagai persoalan yang pe­ pir dapat dipastikan bahwa ia segera menyatukan diri dengan

lik-pelik.Tetapi selalujuga ia berhasil membisikkan sesuatu dalam pasukan dan membuat operasi lokal. Tetapi justru karena inilah

hatinya yang kecut: kepala Jawatan lebih penting dari segala! ia lebih-Iebih lagi dianggap berani oleh anak buahnya dan rakyat

Artinya pula, bahwa kritik-kritik itu akan kalahlah oleh kepo­ yang pernah menyaksikan sepak-terjangnya.

pularannya. Dan bila di rumah isterinya bertanya bagaimana Waktu kemerdekaan telah tercapai sepenuhnya, dalam suatu

pendapatnya tentang kritik-kritik itu, ia hanya tersenyum me­ upacara resmi ia pun menerima bintang gerilya, dan tidak terkira­

remehkan. Paling-paling ia berkata lembut: kan banyaknya surat penghargaan dari pemerintahan setempat,

"Mereka tak tahu apa-apa. Mereka patut dimaatkan, dikasihani:' yang semuanya memberikan kesaksian atas segala kepahlawanan­

Tetapi dalam hati kecilnya meraung-raunglah kutukan dan nya dan kecintaannya kepada tanah air.

sumpahannya terhadap wartawan-wartawan, yang menjadi Kembalilah ia ke Jakarta dan menjadi kepala Jawatan.

biangkeladi keonaran itu.

Pun di masa kemerdekaan namanya terus membubung. Bah­ Suatu hal yang tidak nyata baginya ialah bagaimana sebenar­ kan sekali ia hampir-hampir menjadi menteri. Salahnya hanyalah

nya pendapat sebagian daripada para pegawainya atas dirinya yang

1 60 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DAR! JAKARTA

BIANGKELADI

pau biasa ia melihatnya, karena ia babunya! Dengan sendirinya Pintu terbuka. Mas Kariumun hilang lenyap ditelan kamar saja tubuhnya mulai bergerak, nafsunya yang menjolak mulai

mandi. Terdengar pintu itu pun terkunci kembali. melata-Iata hendak menggerakkan seluruh hadirannya.

Mula-mula memang terdengar perontaan yang hebat. Tetapi Tiba-tiba kesedarannya datang menyambar: "Awas!"

perontaan itu akhirnya padam. Perhubungan antara lelala dan Tetapi sebelum ia sempat memperhatikan sambaran kese­

wanita adalah normal memang.Yang adak. normal adalah gugat­ darannya, jompakan darahnya sudah tiada tertahan lagi. "Tubuh

an hati sanubari.

yang begitu penuh, begitu tidak resmi, begitu asli! dan begitu ke­ Yang keluar dari kamar mandi untuk pertama kali adalah Mas babu-babuan dalam penyerahannya!" - kata-kata yang ikut ber­

Kariumun. Matanya setengah mendelik dengan pandangan yang detik bersama darahnya yang menjadi demikian encer.

tetap. la sedang menanamkan keyakinan dalam hatinya. Dan babu itu kembali pergi ke dapur dengan langkah yang

"Dia tidak akan bunting!"

tiada berdosa. Tuan Kariumun memandangi tubuh belakangnya Juga ia sedang membantah gugatan hati sanubarinya: yang berayun-ayun tiap wanita itu melangkah. Mas Kariumun

"lni bukan dosa! lni bukan sesuatu yang tidak patut. Ini hanya tersenyum senang. Dan pikirannya memercikkan pujian: daging­

perhubungan biasa antara seorang tuan dengan hambanya.Yang nya masih muda. Pikiran itu menyebabkan darahnya kembali

tidak beres adalah demokrasi! Demokrasi dan pergeseran ke­ menjompak dahsyat. la tunggu si babu datang kembali sambil

masyarakatan dari feodal ke arah demokrasi! Kita sudah biasa membulatkan tekad untuk memutuskan apa yang akan terjadi

berkurban! (Dan ia ingat pada bintang gerilya yang dianugerah­ antara dirinya dan diri wanita itu. Tetapi sebelum tekadnya men­

kan oleh pemerintah kepadanya. Juga ia ingat pada bintang peng­ jadi bulat, sebelum putusan bisa didapatnya, ada tenaga raksasa

hargaan serta surat-surat pujian dari pemerintahan-pemerintah­ yang menyuruhnya bangkit berdiri dan menariknya seperti ker­

an setempat karena jasanya kepada Republik. Dan juga ia ingat bau pada tali di cupingnya ke arah belakang. Matanya yang na­

kepada orang-orang yang telah diberinya sugesti agar ia dapat nar dengan pandang yang berayun-ayun tak ada memandang

menerima bintang-bintang itu!) Sesuatu yang besar hanya de­ sesuatu pun selain memandang temp at datangnya bunyi - dan

ngan kurban saja dapat dilaksanakan. Yang dikurbankan adalah bunyi itu disebabkan karena si babu.

rakyat bodoh. Karena itu kita membutuhkan banyak rakyat Dan ia temui si babu sedang mencuci di kamar mandi. Dan si

bodoh untuk dikurbankan. Dan dengan mengurbankan perem­ babu tak tahu akan jompakan hatinya. Mula-mula ia ragu hendak

puan murah itu pikiranku akan tetap menjadi jernih demi ke­ masuk ke kamar mandi. Takut ia kalau-kalau ada seseorang me­

beresan jawatanku, demi keselamatan masyarakat! nyaksikan perbuatannya. Tetapi secepat kilat hatinya telah dapat

Sampai di kamar ia rebahkan diri dan kini dengan bermuka­ berdamai dengan kesadarannya.Terdengar suara lantang dari di­

muka berhadap-hadapanlah ia dengan hati sanubarinya sendiri. rinya sendiri, yang keluar dengan diam-diam tanpa pengawasan: