6 masuk fakultas ekonomi.Yang dua orang tak perlu kusebut, kare­

6 masuk fakultas ekonomi.Yang dua orang tak perlu kusebut, kare­

Van, yang sulung sekarang berumur 1 8 tahun. Tahun depan

na ticiak pen ring dalam cerita tentang Express 1 50 cc ini."

BEBERAPA BULAN sete1ah menamat kan pe1ajarannya Suharko buka praktek sendiri. Ternyata pekerjaan dokter hewan itu ia cintai

Nyonya Dokter Hewan Suharko

dengan amat sangat. Sebaliknya, pekerjaan itu pun memberinya

banyak rejeki, banyak nafsu, banyak cinta, dan banyak kesenang­ an-kesenangan lain. Dalam waktu setengah tahun ia te1ah men­

." ;. :;::.' /..; " .: - � . " . " . -, .??� .

Created Ebook by syauqy _arr jadi dokter dari 5 buah perusahaan pemerasan susu, yang berada di luar kota, sebuah peternakan anjing - semua kepunyaan orang asing. Salah sebuah daripada perusahaan-perusahaan ini membe­

rinya sepotong cinta yang kudus dari seorang gadis Indo. Gadis ADA SUATU BARI AKU DIAJAK MENEMANI KAWANKU

UNTUK

P kan?" kawanku bilang. Dan dengan demikian kami

Indo ini anak seorang totok dengan babunya. Keduanya kawin melihat sepeda motor Express 1 50 cc tahun 1.

952, �ang

dan dikarunia 3 orang anak tersebut.

hendak dibelinya dari kawannya. "Tolonglah hhat-lihat­

berdua be­

Ternyata kemudian, bahwa Corry adalah seorang isteri yang

rajin, seorang petani yang sesungguhnya, seorang yang setia dan rangkat ke rumahnya. Sepeda motor itu rupa-rup

anya masih

tahu melayani suaminya, hemat dan pandai mempergunakan dalam keadaan baik, sedang harganya pun tidak

tinggi benar:

uang suaminya. Waktu Van lahir keluarga itu telah dapat mem­ Rp.5.000,-

beli sebuah Morris. Setelah itu mereka memperoleh sebuah ru­ Setelah surat-surat diselesaikan kawan dari kawanku

bilang:

mah bagus eli daerah Menteng. Tiap sore banyaklah Belanda yang "Tapi awas, beberapa hari lagi kau akan kedatangan

nyonya

datang kepada dokter hewan itu untuk memeriksakan dan me­ dokter hewan Suharko:'

rawatkan binatang piaraannya masing-masing. Hanya jenis kera "Untuk urusan apa?"

ia tak mau menerima, karena pada suatu kali, seorang le1aki Jer­ "Sepeda motor ini. Kau belum pernah dengar nama

yang

man membawa seekor lutung betina, yang waktu hendak di­ mentereng itu? Dia akan datang padamu dan meminta

barang

periksanya terus menggigit jempolnya, kemudian meloncat dan ini. Dia akan tandatangani buatmu surat hutang dan

meminta

memeluk majikannya sambi! menjerit-jerit. Pendeknya rejeki darimu surat penyerahan sepeda motor ini darimu.

Ini bekas

dokter hewan Suharko t�rus mengalir dengan damainya. Bukan kepunyaannya. Tapi kau jangan luluskan permintaann

ya."

rejeki saja. Banyak juga nyonya-nyonya Be1anda itu membawa "Mengapa dia mesti minta kembali barang ini dan menanda-

binatangnya hanya untuk dalih saja.

tangani surat hutang?"

Pendeknya rejeki ke1uarga dokter hewan Suharko itu menga­ "Begini. Sepeda motor itu takkan batik lagi kepadamu, dan

su-

!ir riada henti-hentinya. Perkakas rumah tangga dari model ter­ rat hutang itu takkan ditebusnya." Dan kawannya kawanku

itu

baru, yang paling megah dari potongan terakhir ada di dalam

93 rumahnya. Corry memang tahu memilih barang yang mempu­

PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA

NYONYA DOKTER HEWAN SUHARKO

Sepeninggal Corry borjuisme Indonesia tumbuh dengan pe­ nyai garis-garis sederhana, garis yang mengarah-arah pada klasik,

�atnya, tanpa memberi berkah pada masyarakatnya. Tak banyak seperti halnya dengan garis-garis tubuhnya sendiri.

terdapat pekerjaan yang membutuhkan tenaganya sebagai dok­ Kemudian segala macam bencana datang: pendudukan Jepang,

ter hewan partikelir. Bukan saja karena ia telah tua dan tak sang­ Revolusi, pendudukan Inggeris, pendudukan Belanda - mas a­

gup bergerak dengan cepat dan giat, juga karena keadaan sosial masa kaum borjuis lebih banyak mementingkan keselamatan

sekarang belum lagi mempunyai bentuknya yang pasti. Kaum tubuhnya masing-masing daripada binatang-binatang piaraannya.

kolonial dan borjuis barat dulu selalu mempunyai hobbl untuk Masa mengkerutnya dunia borjuis asing itu mengerutkan ke­

rnenyehatkan jiwanya: terutama hewan piaraan. Tetapi kaum hidupan keluarga Suharko. Masa yang pendek itu menjadi terla­

kolonial dan borjuis nasional lebih senang mengabadikan uang­ lu lama bagi Corry. Dalam masa itu ia telah menjadi terlalu tua

nya dalam villa, tanah, mobil dan sebagai hobbi diambilnya dan meninggal dunia, meninggalkan suami dan ketiga orang

manusia sebagai binatang piaraannya - dengan segala risiko di­ anaknya.

tanggung oleh si binatang yang mau dipiara itu. Tahun-tahun pertama kemerdekaan juga tidak memberikan

Hanya karena suatu kebetulan, di masa kemerdekaan ia ber­ keuntungan bagi dokter hewan .Suharko. Namun masa-masa

hasil dapat menguasai sebuah kedudukan yang baik pada suatu yang kian memuncak sulitnya itu bagi Suharko memberikan

jawatan pemerintahan. Dalam beberapa waktu kemudian ia pun kenang-kenangan indah di dalam jiwanya terhadap almarhum

bergerak pula di lapangan politik. Akhirnya ia menguasai jawat­ isterinya, baik dalam bekas-bekas perbuatan maupun benda-ben­

annya. Tetapi dalam segala kegiatan kemasyarakatan yang akhir­

da pilihan yang ditinggalkannya: dressoir, sice, pendule, meja akhir itu hatinya kian menjadi sunyi, apalagi apabila ia tinggal makan, radio salon Philips beserta pickup, meja tulis, lemari­

seorang diri di rumah, anak-anak pergi bersekolah atau bermain­ lemari, jambang-jambang tembikar dan porselen dari I talia dan

main, sedang yang menemaninya hanyalah perkakas rumah tang­ Cekoslovakia, gorden-gorden dari pabrik-pabrik tenun Mesir,

ga peninggalan Corry.

serta bangku-bangku kulit buatan Marokko, pikar dari Jepang, Karena itu pada suatu kali diputuskannya untuk pergi mene­ sulaman-sulaman dari Tiongkok. Tiap benda pembelian isterinya

ngok orang tuanya di Solo.

itu seakan-akan berkata kepadanya: "Bukankah aku pilihan Cor­ Tentu saja ketiga anaknya dibawanya serta. Sejak ia masuk ry, dan Corry mencintai aku?"Tiap benda itu menjadi temp at­

N asrani ia tak berani lagi menghadap orang tuanya. Bahkan tempat yang menyimpan segala kenangannya yang baik-baik.

waktu ayahnya meninggal, ia hanya berani mengirimkan uang. Lama setelah Corry meninggal benda-benda itu tetap terpelihara.

Pada ibunya ia pun hanya berani mengirimkan wissel tiap bulan. Dalam masa-masa sulit, tak ada sebuah pun di antaranya yang

Bertemu muka? Sungguh-sungguh ia tak berani. Ia takut meng­ dijual. Semua hanya berkat kebijaksanaan Corry juga.

hancurkan hati ibunya berdepan-depan.

Lebih daripada benda-benda itu ialah anaknya yang pertama: Sekarang ia telah mehjadi tua. Ia hanya hidup di dalam ke­ Van. Wajahnya begitu sarna dengan ibunya, bahkan juga tingkah

nangan-kenangan. Dan tiap kenangan masa muda yang masih laku serta fiilnya. Kadang-kadang dalam pergaulannya dengan

dapat diraihnya dikukuhinya agar tak hilang lagi: nafsu-nafSu di Van, Suharko lupa, bahwa Van adalah anaknya. Ia membawa sua­

burderai-burderai di luar kota dulu! Dengan begitu banyak non sana bahagia ibunya.

Belanda! Dengan langganan-Iangganan yang membawa anjing-

95 nya! Sebenarnya dia insaf, Corry mengetahui segala perbuatan­

94 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA

NYONYA DOKTER HEWAN SUHARKO

Pada salah suatu tamasya di daerah pegunungan, seakan-akan nya itu, tetapi berdiam diri saja. Corry sendiri pernah bilang:

dengan tiada disengajanya ia letakkan tangannya pada pundak Bagaimanapun juga kau pandangjenis lelaki, dia akan tetap tlng­

g-'ldis yang telab memberinya sedikit daya hidup itu. Kiki tiada gal jadi jenisnya. Sekalipun kau beri moral dan religi segerobak

rnernbantah. Karena itu ia cium gadis itu dengan ketakutan.Juga tiap hari.

K iki tidak rnembantah.

Dan di Solo, ibunya yang sudah lebih dari tua itu juga hidup Maka terjadilah kasih cinta yang sarna juga di mana-mana dalam kenang-kenangan, dalam dunia cita dalam mana anaknya

negen.

hendak dibentuk sendiri. Masih tetap segar, walaupun kenyataan­ Maka terjadilah seman gat yang hidup-menghidupi an tara pi­ kenyataan telab jelas-jelas mengecohnya. Perawan, yang ia sedia­

hak-pihak yang bercinta-cintaan.

kan bakal menantunya, kini telah meninggal, meninggalkan se­ Beberapa minggu kemudian keduanya menjadi pengantin orang anak perawan. Sedang ayam-ayam yang ia sediakan untuk

llaru dan pindah ke Jakarta.

mengawinkan dokter hewan Suharko entah telah menjadi bera­ Beberapa bulan setelah pernikahan itu, ternyata bagi Suharko, pa ratus kini, mengembara mengisi pekarangan belakang. Lebih

hahwa si Kiki lebih bebas, lebih gesit, lebih meriah daripada yang lima puluh pros en keturunannya mati di tiap musim penyakit •

i.l lihat dan nilai semula. Hidupnya yang telah lama dan lamban pseudopes.

Inenjadi kuat dan gesit, dan juga meriah. Ia lihat bagaimana dalam Nenek itu menyambut puteranya yang telah menjadi tua de­

�cbentar waktu si Kiki dapat memikat hati orang - dengan ke­ ngan hati yang masih tetap curiga. Dan puteranya sendiri lebih

hebasan, kegesitan dan kemeriahannya. Apabila dahulu rumah­ suka hidup dalam keriahan kenang-kenangan masa lalu daripa­

nya adalah semacam benteng yang terkurung, kini adalab sema­

da melayani kecurigaan ibunya. Corry tiada bandingan! cam lapangan terbuka, - tamu! Tiada henti-hentinya. "Lasmi telah meninggal, Ko," ibunya berkata. "Gadisnya sering

Dan dokter hewan Suharko rnulai menjadi jernu meIihat ba­ kemari. Baru dua bulan turun dari Eropa, Ko, ikut ayahnya, kerja

nyaknya tamu, tanpa sortasi itu. Tapi si Kiki butuh mengalirkan di kedutaan kita di Eropa."

kegesitan, kebebasan, serta kemeriahannya kepada siapa saja yang Suharko sudah lama kehilangan perhatiannya pada hal-hal

Inungkin. Rumah tangga dokter hewan Suharko kini menjadi secumil semacam itu. Juga perkenalannya dengan Kiki anak ga­

tempat bermukim bagi hati-hati tua dan hati-hati muda yang dis, yang semestinya dabulu menjadi isterinya itu, hanya punya

Inenanggung kesepian di tengah-tengah kota Jakarta yang gelisah. nilai secumil.

Akibatnya Suharko terdorong di kesamping di rumahtang- Tetapi suasana daerahnya yang kecil itu menyebabkan ia ter­

ganya sendiri.

paksa jua memperhatikan berbagai hal yang cuma sedikit itu. Ia kembali rnenjadi lemah - lebih lemah. Lama-kelamaan ia mulai perhatikan si Kiki, gadis modern, de­

Ia kembali menjadi kesepian - lebih kesepian. ngan rambut di-bob buntutkuda itu. Lama-kelamaan ia terpe­

Sekarang dokter hewah Suharko tak membutuhkan Kiki lagi. sona, tanpa kesedarannya sendiri tentu, pada kegesitan, kemudaan,

Ia hanya membutuhkan keutuhan kenangan-kenangannya di kelincahan, dan keriahan si Kiki. Bertambah sering keluarga itu

Inasa lalu. Sering ia pandang Van dengan diam-diam. Dan kini bertamasya keluar kota bersama-sama dengan Kiki, bertambah

Kiki tumbuh menjadi wanita yang telah masak. Dan Suharko nyata baginya bahwa si gadis yang baru turun dari Eropa itu

tiada peduli akan kenyataan itu.

dalam beberapa hal mirip dengan Corry.

NYONYA DOKTER HEWAN SUHARKO Dalam waktu yang tidak lama Kiki telah ubah rumah tangga

96 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA

beli kembang, sate, belanja di Pasarbaru, nonton. Di atas Express beserta suasananya sekaligus menjadi 'modern' sebagaimana ia

1 50 cc ia merasa sebagai wanita yang telah maju, modern, dan dan golongannya menamainya. Ia susun kembali letak perabot­

menarik perhatian lelaki. Ia senang menarik perhatian lelaki. perabot menurut petunjuk daripada majalah-majalah wanita

"Dengan begini, mas, aku tak lagi mengganggu mas dengan yang terbaru. Mula-mula pendule, yang tiap malam membuat­

pinta dipinjami oto itu."

nya menjadi pening, karena khayal-khayalnya selalu diganggu­ Dalam pada itu dunia kenang-kenangan dokter hewan Suhar­ nya, dijualnya, digantinya dengan jam meja dari model terbaru.

ko telah punah, ikut menjadi almarhum bersama Corry. Tiap Pertama kali, kaget juga Suharko melihat benda kebanggaan

hari Corry kian menjadi kabur, hilang-hilang timbul tidak ke­ Corry dijual tanpa seijinnya, tetapi ia diam saja. Dari uang ber­

tentuan. Bahkan ia lihat anak-anaknya sendiri tambah lama dikit-dikit yang dapat disimpannya Kiki membeli hiasan-hiasan

menjadi asing di rumahnya sendiri, terdesak oleh para tamu yang rumah yang amat asing bagi suaminya: perabot-perabot kawat,

ingin menyeri kegesitan, kebebasan, keriahan Kiki dalam kese­ maquet-maquet tembikar serta beledu bahkan jerami. Kian lama

pian mereka.

daerah kenangan-kenangan Suharko kian terdesak. Tiap tindak­

an Kiki menyebabkan dunia k�nang-kenangannya ikut ter­ kutung.

P ADA SUATU hari waktu Suharko pulang dari memeriksa penya- "Ini lebih praktis," kata Kiki selalu, "lebih modern, dan lebih

kit mulut dan kuku yang sedang berjangkit dengan sehebatnya murah."

di luar kota, dan hujan turun dengan tiada tersangka-sangka, ia Kemudian lemari-lemari dengan garis dan bentuknya yang

dapati Kiki sedang menemui seorang tamu - seorang pemuda klasik melayang pula. Sebagai gantinya datanglah lemari-lemari

pemondok yang tinggal di samping rumahnya. dibingkai dengan staalbuis ber-kroon diplitur putih. Radio-sa­

"Buat apa dia datang? Dan mengapa dia, dan juga semuanya, lon Philips yang telah ketinggalan jaman, dan telah menjadi

bukannya datang untuk aku?"

nenek-nenek itu, terbang pula, digantikan oleh Grundig 3-di­ Pertanyaan itu menyebabkan Suharko dihadapkan kepada mensi. Sebuah tape-recorder, yang hanya lima kali dipergunakan,

tuduhan yang ia tak pernah merasatnya: Kau cemburu! Cem­ menggeletak jadi pajangan di lemari pojok. Piano Corry, yang

buru!

Beberapa jam kemudian Kiki berkata kepadanya: sederhana dan kecil itu, pun melayang.

"Buat apa piano?" katanya pada Harko pada suatu sore. "Mas "Mas saya hendak pergi, menukar motor ini dengan yang lebih tidak main, anak-anakjuga tidak bisa main.Aku sendiri tak suka

baik."

piano, bahkan musik kamar pun tidak. Musik besar lebih baik ­ Express 1 50 cc itu pun menggeret-geret di pekarangan kemu­ apa pula satu piano hanya!"

dian meraung hilang ditelan lalu lintas mal am kota Jakarta. Jam Sebagai gantinya muncul dalam rumah itu sebuah sepeda

dua malam Kiki pulang. Dengan Express 1 50 cc itu juga Suhar­ motor Express 1 50 cc.

ko sendiri yang bangun �ntuk membukakannya. Lelaki tua itu "Lihatlah, mas, bukankah tanknya nampak elegan? Bodoh

merasa, ia memang harus mengalah. Ia telah nikmati kemudaan amat itu orang yang beli Puch - seperti jaran kepang! "

Kiki. Bukankah Kiki berhak menikmati kemudaannya sendiri juga? Sepotong malam itu ia tak tertidur. Kiki tidur dengan

Dan dengan sepeda motor itu Kiki mondar-mandir tiap hari: senang dan nyenyak. Suharko melihat - dan baru sekali ini! -

99 Kiki tertelentang di sampingnya: matanya terbuka sebagian,

98 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA

NYONYA DOKTER HEWAN SUHARKO

Suharko pulang kerja dan melihat sepeda motor itu masih di mulutnya ternganga, dan ujung-ujung giginya berderet mengeri­

tempatnya ia pukul isterinya dengan rotan. Sehingga seminggu kan, lengkung mulutnya yang melancip ke atas. la merasa sedang

ia terus pukul Kiki pada mukanya. Sementara itu Van menderita mendampingi singa betina. Ia merasa sedang mendampingi

cae at untuk selama-Iamanya.

buaya. Ia merasa sedang mendampingi sesuatu makhluk yang Perhubungan an tara Kiki dan Suharko adalah seperti kambing menjijikkan. Ia melompat turun, berbisik pada diri sendiri:

dengan makelarnya.

"Tiada pernah kusangka, bahwa manusia bisa serupa benar Tentu saja pada satu kali Kiki minta eerai dari suaminya. dengan hewan."

"Tentu saja," kata Suharko, "dan bawa semua barang-barang Pelahan-Iahan ia pergi ke pelataran depan, duduk di kursi

modern itu. Tetapi perabot Corry hendaknya kau kembalikan. kebun dan merenungkan hari depan anak-anaknya, merenung­

Bawalah semua uang yang ada, dan pergilah kau." kan Corry yang membawakan suasana petani. Sedang kandang­

kandang kalkun di belakang rumah kini telah punah diobrak­ abrik menjadi baan badminton. Tembok konsul, yang oleh Corry

SEjAK WAKTU itu Kiki meninggalkan rumah dan suaminya. Ia eari tadinya didereti dengan bunga-bungaan dan tempat keluarga itu

benda-benda yang telah dijualinya. Tiap benda yang diperoleh­ berangin melihat lalu lintas, kini terhalang oleh bak ikan hias,

nya kembali, dibarenginya dengan surat hutang atas nama dok­ maskoki, maanvis, plastik, ikan ular dan bintang.

ter hewan Suharko. Dan kembali benda yang telah diterimanya Pada jam lima subuh hari biasanya anaknya yang tertua, si Van,

itu dijualnya lagi kepada orang lain. Demikian terus-menerus. telah bangun dan bergerak badan. Va. Ia dengar pintu samping

Hanya satu yang tak dijualnya: Express 1 50 cc. Tetapi akhirnya ia dibuka. Ia dengar anaknya keluar. Ia dengar anak itu terpeleset

terjuaI jua. Mula-mula aku yang membelinya. Tetapi cara-cara dan jatuh menubruk sesuatu benda keras. Ia lihat anaknya terte­

yang ia pergunakan aku kenal benar. Aku tolak surat hutangnya. lentang pingsan di bawah Express 1 50 cc. Keningnya pecah ter­

"Tentu saja ceritamu itu tidak benar semuanya," kata kawanku kepada kawannya.

pukul ujung footstep. Darah mengucur tiada henti-hentinya.

"Tentu saja tidak. Sebagian tentu fantasiku sendiri." Suharko menyeret Van, membaringkannya

di atas sofa dan

"Dan apa gunanya fantasi itu?"

merawatnya. "Supaya kau mendapat gambaran yang lebih jelas."

Waktu Kiki bangun dan melihat anak tirinya terbungkus dalam perban, serta kasur dan seperai sofa berlumuran darah

Dan kami pun pulanglah. Aku memboneeng kawanku dt atas nampak kekecewaan tergambar pada wajahnya.

sepeda motor yang baru dibelinya.

"Mengapa darah itu mesti berleleran di sofa. Tidak di lantai

saja?" SEBULAN KEMUDIAN benar-benar kawanku didatangi oleh seorang Sekali itu dalam kehidupan perkawinannya Kiki dijawab de­

wanita, yang dalam cerita. kawannya kawanku disebut Kiki. Air ngan rotan pada mulutnya. Dan Suharko meraung:

mata bereueuran meneeritakan penderitaannya dalam kehidupan "Buang Express itu. Kalau tidak mau, aku yang membuang­

rumah tangganya. Ia meminta kembali Express 1 50 ce itu, kare­ nya." Sejak itulah Express 1 50 ec itu tetap berdiri di samping

na dipinta oleh suaminya. Dan ia takut pada suaminya. rumah, dengan minyak berceceran di sekelilingnya Dan tiap

Terpaksa kawanku dalam waktu sesaat tak dapat mempercayai

PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA

cerita kawannya kawanku. Air mata adalah cukup menjadi per­ nyataan yangjujur. Ia serahkan sepeda motornya dan menerima

surat hutang. Sejak waktu itu, wanita yang disebut kawannya kawanku se- bagai Kiki, tak pernah memperlihatkan batang hidungnya lagi.