Posisi Kasus Kasus Perumahan Taman Setia Budi Indah: Putusan Fiktif Negatif atas Perubahan Peruntukan Tanah

2. Kasus Perumahan Taman Setia Budi Indah: Putusan Fiktif Negatif atas Perubahan Peruntukan Tanah

a. Posisi Kasus

Sengketa ini menyangkut hukum administrasi tata usaha negara. Pihak yang berperkara adalah PT Ira Widia Utama selanjutnya disebut PT Ira, diwakili oleh Direktur Utamanya Ir. Dulang Martapa melawan Pemerintah Indonesia cq Walikota Medan. Gugatan terkait tidak adanya respon Walikota Medan terhadap surat PT Ira No.048DirutIWUMDN0808 di atas judul Permohonan Peruntukan Atas Lokasi Tanah Seluas 36.660 m² yang berlokasi di Komplek Taman Setia Budi Indah selanjutnya disebut Komplek Tasbi, diajukan kepada Walikota Medan tertanggal 6 Agustus 2008. Gugatan diajukan ke Pengadilan Tata Usaha Negara PTUN Medan tanggal 16 Desember 2008 lebih kurang 4 bulan dari tanggal permohonan yang diajukan ke Walikota Medan. Dalam Putusan di tingkat pertama, Majelis Hakim yang dipimpin oleh M.Ilham Lubis SH, dengan anggota Irna SH.MH dan Elfiany SH MKn memenangkan PT Ira seluruhnya dan mengatakan tindakan Walikota Medan yang tidak memproses permohonan PT Ira atas surat No.048DirutIWUMDN0808 tertanggal 6 Agustus 2008 perihal permohonan perubahan peruntukan adalah perbuatan yang bertentangan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 lima miliar rupiah, Badan Hukum yang: a. mengalihfungsikan prasarana, sarana, dan utilitas umum di luar fungsinya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 144; b. menjual satuan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 145 ayat 1; atau c. membangun lisiba yang menjual kaveling tanah matang tanpa rumah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 146 ayat 1. 2 Selain pidana bagi badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat 1, pengurus badan hukum dapat dijatuhi pidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun.” Universitas Sumatera Utara dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan seterusnya memerintahkan Walikota Medan untuk memproses permohonan PT Ira atas surat tersebut perihal permohonan perubahan peruntukan. Walikota Medan mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi PT TUN. Dalam tingkat ini, Majelis Hakim PT TUN yang diketuai H.Arpani Mansur SH.MH dan DR.Santer Sitorus SH.M.Hum dan DR. Irfan Fachrudin SH.CN, masing-masing sebagai anggota, memutuskan menerima permohonan banding Walikota Medan namun menguatkan Putusan Majelis Hakim PTUN No.86GG2008PTUN-MDN dan menghukum Walikota Medan membayar biaya perkara dalam dua tingkat peradilan. Kekalahan di tingkat banding tidak menyurut Walikota Medan untuk melakukan Kasasi ke Mahkamah Agung. Namun lagi-lagi dalam peradilan tingkat ketiga ini Majelis Hakim Agung yang dipimpin oleh DR. Imam Soebechi SH.MH dan Dr.H. Ahamad Sukardja SH dan Marina Sidabutar SH.MH, melalui putusan tertanggal 30 Juni 2010 menolak permohonan kasasi Walikota Medan dan menghukum Walikota untuk membayar biaya perkara. Hal yang sama juga akhirnya diputus Majelis Hakim Peninjauan Kembali PK yakni Prof.Dr. Paulus E.Lotolung SH Ketua, Yulius SH.MH dan Dr. H. Supandi SH.M.Hum masing-masing sebagai anggota. Menolak permohonan PK Walikota Medan dan menghukumnya untuk membayar ongkos perkara. Putusan PK ini dbuat dalam rapat Permusyawaratan Mahkamah Agung tanggal 28 November 2011. Universitas Sumatera Utara

b. Kronologi Kasus