Posisi Kasus Perkara No.22PENBPSK-Mdn2010: H.Salman Parsi BA vs PT. Berdikari Indonesia

atas barang dan atau jasa yang diperoleh dari perdagangan tanpa mengakibatkan kerugian konsumen. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, Majelis Hakim menyatakan menerima pengaduan konsumen untuk sebagian, menghukum PT BAM untuk memperbaiki jalan komplek Denai Asri yang terletak di Desa Amplas, Kec. Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang sepanjang 120 meter mulai dari gerbang pintu masuk atau Blok H sepanjang 70 meter dan jalan di depan rumah Nizamuddin atau Blok C sepanjang 30 meter kemudian sepanjang 20 meter di depan rumah Ibu Sri atau Blok E. Selanjutnya Menghukum PT BAM untuk menyelesaikan taman penghijauansarana umum di komplek tersebut. Menurut pendapat penulis, tindakan pelaku usaha merupakan tindakan yang tidak bertanggung jawab terhadap produk yang dihasilkannya. Hal ini bertentangan dengan Pasal 7 UUPK berkaitan dengan kewajiban pelaku usaha di mana pelaku usaha beritikad baik dalam menjalankan usahanya dan memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa yang dihasilkannya.

3. Perkara No.22PENBPSK-Mdn2010: H.Salman Parsi BA vs PT. Berdikari Indonesia

a. Posisi Kasus

Haji Salman Parsi BA selanjutnya disebut Haji Salman mengadukan PT Berdikari Indonesia PT BI ke Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK pada tanggal 21 Juni 2010 terkait kasus jual beli satu unit bangunan rumah berikut pertapakannya. Bahwa Haji Salman telah sepakat untuk Universitas Sumatera Utara membeli sebuah rumah berikut pertapakannya dengan tipe T.48 Blok A, luas tanah 105 meter, No. KavBlok 20, status tanah sertifikat hak milik No.1820 yang berlokasi di komplek perumahan Puri Mediterania Jl. Bajak II Kelurahan Harjo Sari, Kecamatan Medan Amplas, Medan, dengan harga Rp.97.125.000 Sembilan Puluh Tujuh Juta Seratus Dua Puluh Lima Ribu Rupiah dengan sistem pembayaran tidak melalui KPR, melainkan dibayar per termin. Sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati, pada Pasal 2 ayat 2, Haji Salman diwajibkan membayar uang booking fee sebesar Rp.500.000 Lima Ratus Ribu Rupiah, paling lambat diserahkan pada tanggal 15 September 2004 dan juga wajib menyerahkan uang muka sebesar Rp.29.500.000 Dua Puluh Sembilan Juta Lima Ratus Ribu Rupiah yang harus diserahkan paling lambat tanggal 23 September 2004 dan atas hal tersebut, Haji Salman telah membayarnya sesuai bukti kwitansi tanggal 23 Septeber 2004, sedangkan sisanya sebesar Rp.67.125.000 Enam Puluh Tujuh Juta Seratus Dua Puluh Lima Ribu Rupiah oleh Haji Salman dibayar langsung kepada PT BI secara bertahap bukan melalui KPR Bank pemberi kredit. Setelah bangunan selesai, Haji Salman telah membayar dengan total keseluruhan sejumlah Rp. 86.440.000 Delapan Puluh Enam Juta Empat Ratus Empat Puluh Ribu Rupiah sehingga masih ada kekurangannya sebesar Rp. 10.685.000 Sepuluh Juta Enam Ratus Delapan Puluh Lima Rupiah. Haji Salman telah beriktikad baik dengan akan melunasi kekurangannya tersebut Universitas Sumatera Utara namun oleh PT BI sebagai pelaku usaha selalu mengelak dan tidak pernah mau menerima kekurangan pembayaran tersebut. Perilaku PT BI yang selalu mengelak ketika konsumen hendak melunasinya karena ternyata tanpa sepengetahuan Haji Salman, sertifikat No.1820 telah diagunkan ke Bank Tabungan Negara BTN sesuai surat pernyataan di atas materai Rp. 6000 Enam Ribu Rupiah yang dibuat oleh PT BI pada tanggal 5 Juli 2008 yang isinya meminta kelonggaran waktu kepada Haji Salman selama dua bulan untuk menyerahkan sertifikat kepada Haji Salman paling lambat tanggal 5 September 2008, namun sampai pengaduan ini diajukan ke BPSK, PT BI tidak pernah menepati janjinya.

b. Pertimbangan dan Putusan Hakim