Posisi Kasus Pertimbangan dan Putusan Hakim

skema Kredit Pemilikan Rumah KPR. Untuk itu, Majelis Hakim menilai bahwa PT BI telah melanggar Pasal 8 ayat f UU No.8 Tahun 1999 yaitu tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam keterangan. Majelis Hakim juga mempertimbangkan ketidakhadiran PT BI dalam sidang- sidang BPSK Medan sebagai dasar untuk mengabulkan seluruh tuntutan Haji Salman. Hal ini sejalan dengan Pasal 52 huruf a, g, k UU No.8 Tahun 1999 jo. Pasal 36 ayat 3 KepMenPerindag No.350MPPKep122001 yang berbunyi bahwa bilamana persidangan kedua konsumen tidak hadir, maka gugatannya demi hukum gugur, sebaliknya jika pelaku usaha yang tidak hadir maka gugatan konsumen dikabulkan oleh Majelis tanpa kehadiran pelaku usaha. Atas dasar inilah Majelis Hakim berpendapat gugatan Haji Salman patut dikabulkan tanpa kehadiran pelaku usaha verstek. Putusan yang dikeluarkan oleh BPSK sudah tepat, hal ini dikarenakan pelaku usaha telah beriktikad tidak baik dan tidak melayani konsumen secara benar dan jujur serta diskriminatif tidak memberikan sertifikat.

4. Perkara No.66PENBPSK-Mdn2012: Gading Surung Marpaung vs PT Milala Mas

a. Posisi Kasus

Gading Surung Marpaung Selanjutnya disebut Marpaung telah membeli satu 1 unit rumah di Perumahan Milala Mas Blok G-5, Jl. A.Harris Nst seharga Rp. 519.000.000 Lima Ratus Sembilan Belas Juta Rupiah. Berdasarkan brosur yang dikeluarkan PT Milala Mas Selanjutnya disebut PT MM harga sudah termasuk: Sertifikat Hak Milik SHM, Surat Izin Universitas Sumatera Utara Mendirikan Bangunan SIMB, Meteran air, meteran listrik, telepon dan finishing. Harga belum termasuk PPN. BPHTB, AJB, BBN, biaya proses KPR dan biaya lain yang timbul akibat kebijakan baru pemerintah. Harga tersebut sudah dibayar lunas oleh Marpaung pada tanggal 5 Juni 2012 dan finishing dijanjikan selesai satu bulan dari tanggal pelunasan, yaitu tanggal 5 Juli 2012. Namun pada tanggal yang dijanjikan rumah belum selesai. Marpaung terus mendesak PT MM namun tidak ditanggapi. Karena situasi terdesak, Marpaung pindah ke rumah tersebut pada tanggal yang ditentukan, namun rumah yang memang belum siap itu di sana sini bocor kamar mandi lantai dua dan rembesan airnya sampai ke ruang bawah dan pintu belum diganti. Barang-barang pindahan Marpaung tidak bisa masuk ke dalam rumah, sehingga harus dijaga semalaman. Marpaung merasa malu dan tidak dihargai. Berkali-kali Marpaung menyurati PT MM namun tidak ditanggapi. Marpaung menilai bahwa PT MM telah menjual barang yang tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam brosur, khususnya terkait dengan kualitas pintu, kusen jendela yang sudah rapuh, tipe rumah yang tidak sesuai, SIMB tidak ada dan adanya dana tambahan sebesar Rp.40.000.000 Empat Puluh Juta Rupiah yang tidak bisa dipertanggungjawabkan , sementara BPHTB dikecilkan dan PPN tidak dibayar pada negara tetapi diambil dari konsumen.

b. Pertimbangan dan Putusan Hakim

Majelis Hakim BPSK Medan menimbang bahwa pelaku usaha tidak pernah hadir dipersidangan dan juga melalui kunjungan lapangan, Majelis Hakim Universitas Sumatera Utara melihat bahwa rumah yang ditempati Marpaung telah lapuk, kusen pintu kayunya masih muda tipis dan pengerjaannya tidak rapi, kasar kelihatan finishing yang belum sempurna, dan pada lantai dua di belakang tidak ditembok dan sangat membahayakan konsumen. Hal mana menurut Majelis Hakim tidak sesuai dengan brosur yang dikeluarkan oleh PT MM. Berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas, Marpaung telah melakukan kewajibannya dengan membayar lunas rumah tersebut, namun PT MM tidak mempunyai itikad baik dalam menjalankan usahanya, dan Marpaung sangat kecewa atas pelayanan PT MM yang tidak memperdulikan keluhan konsumen atas barang yang dijualnya, rumah telah ditempati namun PT MM belum ada memberikan serah terima dan mengabaikan begitu saja. Dengan demikian PT MM, menurut Majelis Hakim telah melanggar UU No.8 Tahun 1999, khususnya Pasal 5 ayat b dalam menjalankan usahanya. Majelis Hakim juga memakai pertimbangan asas dan tujuan perlindungan konsumen yang terdapat dalam Pasal 2 dan 3 UU No.8 Tahun 1999 yaitu tujuan meningkatkan kemandirian, melindungi diri, harkat, keterbukaan informasi dan lain-lainnya, maka patutlah pengaduan Marpaung sebagai konsumen diterima. Selanjutnya berdasar Pasal 19 ayat 2 UU No.8 Tahun 1999, maka pelaku usaha wajib memenuhi kerugian konsumen yaitu memperbaiki kualitas daun pintu, kosen jendela dan tipenya, pengaduan konsumen menginginkan SIMB agar diserahkan kepadanya adalah tidak dapat diterima karena SIMB adalah milik pengembang yakni PT MM, namun Universitas Sumatera Utara foto copy SIMB tersebut dapat diberikan guna kepentingan konsumen mengajukan KPR nantinya. Atas dasar pertimbangan-pertimbangan di atas. Majelis Hakim menerima pengaduan konsumen sebahagian, menyatakan konsumen adalah konsumen yang beriktikad baik, menghukum PT MM untuk memperbaiki kualitas daun pintu, kusen jendela dan tipe rumah yang tidak sesuai, memerintahkan kepada PT MM untuk memberikan fotocopy SIMB kepada Marpaung dan menolak pengaduan konsumen selebihnya. Menurut pendapat penulis, tindakan pelaku usaha merupakan tindakan yang tidak bertanggung jawab terhadap produk yang dihasilkannya. Hal ini bertentangan dengan Pasal 7 UUPK berkaitan dengan kewajiban pelaku usaha di mana pelaku usaha beritikad baik dalam menjalankan usahanya dan memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa yang dihasilkannya.

5. Perkara No.18PENBPSK-Mdn2013: Rahmawaty Syahputra vs PT Cipta Development