Pertimbangan dan Putusan Hakim

serah terima kios tersebut. Apalagi Zulkifli sudah merasa rugi karena telah mempersiapkan alat-alat penjualan seperti mesin ice cream, corn steamer, gelas, piring-piring dan lain sebagainya. Perubahan kios tersebut diangap Zulkifli tidak lagi strategis untuk menjual makanan dan minuman dan apabila rencana itu diteruskan akan mengalami kerugian lebih dalam. Alasan lainnya yang dikemukakan Zulkifli adalah bahwa PT UPI dalam membuat perjanjian tertanggal 13 Desember 2004 tidak seimbang antara pelaku usaha dan konsumen dimana perjanjian tersebut tidak pernah dikompromikan dengan konsumen. Zulkifli hanya disodorkan dokumen perjanjian untuk ditandatangani tanpa pembahasan yang dapat dimengerti akan isi perjanjian tersebut, sehingga klausula baku pengikatan jual beli sangat merugikan konsumen.

b. Pertimbangan dan Putusan Hakim

Majelis Hakim Arbitrase BPSK setelah meneliti semua alat bukti konsumen, terutama alat bukti K-1 yaitu berupa brosuriklan yang dipasarkan PT UPI kepada Zulkifli yang secara jelas dalam gambar brosur dinyatakan letak kios berhadapan dengan Cinema dan berdampingan dengan Time Zone, akan tetapi kenyataannya setelah majelis mengadakan sidang lapangan posisi Cinema dan Time Zone yang pada mulanya dalam brosurIklan letaknya dalam di depan Kiso, telah berubah ke samping, sedangkan Time Zone telah berubah ke depan Kios milik konsumen dan juga antara posisi kios dengan Cinema sekarang telah pula ada bangunan beberapa kios, padahal dalam brosuriklan bangunan kios tersebut tidak ada sama sekali. Universitas Sumatera Utara Dengan mempertimbangkan semua temuan tersebut, Majelis Hakim berpendapat bahwa PT UPI: 1. Telah melanggar Pasal 8 ayat 1 butir f UU No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yang berbunyi: pelaku usaha dilarang memproduksi dan atau memperdagangkan barang dan atau jasa yang tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, iklan, atau promosi penjualan barang dan atau jasa tersebut. 2. Telah melanggar Pasal 4 butir c UU No.8 Tahun 1999 yang berbunyi: Konsumen adalah berhak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan atas barang dan jasa. 3. Telah melanggar Pasal 16 butir a dan b UU No.8 tahun 1999 yang berbunyi: pelaku usaha dalam menawarkan barang dan atau jasa melalui pesanan dilarang: a. tidak menepati pesanan dan atau kesepakatan waktu penyelesaian dengan dijanjikan; b. tidak menepati janji atas suatu pelayanan dan atau prestasi. Majelis juga sependapat bahwa Zulkifli telah mengalami kerugian dalam hal ini berhak atas kompensasi atas kerugian tersebut. Terkait dengan klausula baku yang diajukan Zulkifli sebagai dasar untuk melakukan gugatan, Majelis Hakim sependapat dengannya dan mengatakan bahwa klausula baku tersebut batal demi hukum karena termasuk 8 delapan daftar negatif klausula baku yang dilarang oleh UU. Dasar pertimbangan Majelis adalah bahwa Pasal 18 lampiran IV No.3 Perjanjian antara Zulkifli dengan PT UPI yang berbunyi:” Dalam waktu 10 sepuluh hari sejak ditetapkannya undangan serah terima dari kios tidak datang maka dengan lewat waktu, konsumen dianggap telah menerima dengan baik dan segala risiko atas kios tersebut menjadi tanggung Universitas Sumatera Utara jawab konsumen, sedangkan ayat c –nya menyatakan konsumen wajib membuka usahanya paling lambat 1 satu bulan terhitung undangan serah terima dan konsumen belum membuka usahanya dikenakan denda, kemudian pelaku usaha tanpa izinnya dapat memakaimenyewakan unit kios tersebut kepada pihak lain” adalah bertentangan dengan Pasal 18 Ayat 1 UU No.8 Tahun 1999. Pasal 18 Ayat 1 UU No.8 Tahun 1999 berbunyi: Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen danatau perjanjian apabila: a. Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha; b. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang yang dibeli konsumen; c. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang yang dibayarkan atas barangdan atau jasa yang dibeli oleh konsumen d. Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran; e. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau jasa pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen. f. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi objek jual beli jasa; g. Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, lanjutan dan atau pengaturan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang Universitas Sumatera Utara dibelinya. h. Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk pembenahan hak tanggung, hak gadai atau hak jaminan terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsur. Dalam putusannya, Majelis Hakim Arbitrase BPSK Medan menerima pengaduan Zulkifli, menyatakan PT UPI bersalah dan melanggar prinsip- prinsip perlindungan konsumen, menyatakan surat perjanjian yang dibuat antara Zulkifli dan PT UPI termasuk perjanjian sepihak dan berada dalam ruang lingkup 8 delapan daftar negatif klausula baku sebagaimana yang dimaksud Pasal 18 UU NO.8 Tahun 1999 dan seterusnya menyatakan bahwa surat perjanjian tersebut batal demi hukum dan menghukum PT UPI untuk mengembalikan uang kios, membayar ganti rugi atas kerugian yang dialami Zulkifli. 522 Menurut pendapat penulis, klausula baku yang dibuat oleh pelaku usaha telah bertentangan dengan asas kepatutan di mana asas ini tingkatannya lebih tinggi daripada perjanjian itu sendiri. Sehingga perbuatan PT UPI selaku pelaku usaha telah merugikan konsumen dan oleh karenanya, sudah tepat apabila pelaku usaha dihukum untuk mengembalikan uang kios yang telah dibayarkan dan memberikan ganti kerugian bagi konsumen. 522 Putusan No.5PENBPSK-MDN2007. Universitas Sumatera Utara

2. Perkara No. 9PENBPSK-Mdn2009: Wilastri vs PT Bintang Angkasa Megantara PT BAM