final dan mengikat. Final berarti bawa penyelesaian sengketa telah selesai dan berakhir. Sedangkan kata mengikat mengandung arti memaksa dan sebagai
sesuatu yang harus dijalankan oleh pihak yang diwajibkan untuk itu. Namun apabila dikaitkan dengan Pasal 56 ayat 2 UUPK para pihak ternyata dapat
mengajukan keberatan kepada pengadilan negeri paling lambat 14 hari kerja setelah pemberitahuan BPSK. Hal ini mengakibatkan terjadinya pertentangan
antara kedua pasal tersebut karena kedua pasal tersebut saling kontradiktif satu dengan yang lain.
Tema sentral deskripsi di bawah ini adalah penyelesaian sengketa antara konsumen perumahan dan pelaku usaha pengembang perumahan yang diputus
oleh Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK Medan untuk kurun waktu 5 lima tahun terakhir. Penulis telah memilah sejumlah kasus yang relevan
dengan topik penelitian disertasi ini yang bertumpu pada sengketa berbasis perjanjian baku yang dibuat antara pelaku usaha dan konsumen. Penulis
mengorganisir deskripsi kasus-kasus tersebut dalam satu alur yang dimulai dengan posisi kasus duduknya perkara, Pertimbangan hukum para pihak dan
Majelis hakim serta putusan.
1. Perkara No.5PENBPSK-MN-2007: Zulkifli Konsumen vs PT Unitecht Prima Indah Pelaku Usaha
a. Posisi kasus
Zulkifli sebagai konsumen telah membeli secara tunai cash sebuah kios di Grand Palladium Plaza lantai 3 selanjutnya disebut Kios dengan cara
pembayaran yang awalnya memberikan Booking Fee Receipt BPR sebesar
Universitas Sumatera Utara
Rp.10.000.000 Sepuluh Juta Rupiah tanggal 30 November 2004 dan uang cash
sebesar Rp.114.506.736 Seratus Empat Belas Juta Lima Ratus Enam Ribu Tujuh Ratus Tiga Puluh Enam Rupiah pada tanggal 2 Desember 2004.
Zulkifli tertarik membeli kios tersebut karena berdasarkan gambar kios-kios yang diedarkan pelaku usaha pada tanggal 30 November 2004, posisi dari
kios yang dibeli letaknya persis di depan pintu masuk ruangan lobby Cinema dan Time Zone. Dengan posisi kios seperti ini, Zulkifli berkeinginan untuk
berdagang makanan dan minuman yang bersifat take-away. Dengan letak yang strategis itu, PT Unitech Prima Indah selanjutnya disebut PT UPI
meminta tambahan harga sebesar Rp. 10.000.000 Sepuluh Juta Rupiah. Itupun disanggupi oleh Zulkifli.
Tanggal 13 Desember 2004, di hadapan notaris Tetty Magdalena SH dibuat perjanjian pengikatan jual beli satuan kios dengan No.Perjanjian 0033PPBJ-
UPI122004. Zulkifli memparaf tata letak kios tersebut sesuai dengan tata letak dengan gambar lampiran pertama sesuai yang dipasarkan PT UPI
kepada konsumen pada waktu Grand Launching Palladium 3 November 2004. Pada tanggal 27 Desember 2005 dilaksanakan serah terima kios namun
ternyata kios yang dibeli tersebut tidak sesuai dengan tata letak yang diperjanjikan pada brosur gambar kios yang dipasarkan pada tanggal 30
November 2004. Zulkifli tidak bersedia menerima kios tersebut karena tata letaknya sudah
berubah dan prospek berjualan makanan dan minuman take away tidak mungkin lagi dilakukan. Zulikifli tidak mau menandatangani berita acara
Universitas Sumatera Utara
serah terima kios tersebut. Apalagi Zulkifli sudah merasa rugi karena telah mempersiapkan alat-alat penjualan seperti mesin ice cream, corn steamer,
gelas, piring-piring dan lain sebagainya. Perubahan kios tersebut diangap Zulkifli tidak lagi strategis untuk menjual makanan dan minuman dan apabila
rencana itu diteruskan akan mengalami kerugian lebih dalam. Alasan lainnya yang dikemukakan Zulkifli adalah bahwa PT UPI dalam
membuat perjanjian tertanggal 13 Desember 2004 tidak seimbang antara pelaku usaha dan konsumen dimana perjanjian tersebut tidak pernah
dikompromikan dengan konsumen. Zulkifli hanya disodorkan dokumen perjanjian untuk ditandatangani tanpa pembahasan yang dapat dimengerti
akan isi perjanjian tersebut, sehingga klausula baku pengikatan jual beli sangat merugikan konsumen.
b. Pertimbangan dan Putusan Hakim