KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Organization for Economic Co-operation and Development

(OECD)

telah

mempublikasikan Principles of Corporate governance yang terdiri dari

empat pilar utama yaitu fairness (keadilan), empat pilar utama yaitu fairness (keadilan),

pemilik perusahaan (Jensen & Meckling, 1976; (akuntabilitas), dan responsibility (tanggungjawab).

accountability

Shleifer & Vishny, 1997).

Keadilan berkenaan dengan keadilan dan kesetaraan Fungsi yang sangat penting dari board of perlakuan

director adalah untuk meminimalisasi biaya agensi terlindungi dari kecurangan serta perdagangan dan

yang timbul karena adanya pemisahan antra penyalahgunaan oleh orang dalam (self dealing atau

kepemilikan dan pengendalian pada perusahaan insider wrong doing). Sedangkan transparansi

modern saat ini (Fama & Jensen, 1983). Fama & dilakukan

Jensen (1983) berpendapat bahwa komposisi anggota informasi kinerja perusahaan secara akurat dan tepat

board of director merupakan faktor penting dalam waktu. Akuntabilitas dilakukan melalui pengawasan

mewujudkan monitoring yang efektif atas kegiatan efektif berdasarkan keseimbangan kekuasaan antara

manajemen. Hal ini dapat terwujud apabila komposisi pengawas, pengurus, pemegang saham dan auditor

board of director merupakan gabungan antara eksternal. Akhirnya, tanggung jawab perusahaan

anggota yang berasal dari manajemen dan anggota berkaitan dengan fungsi perusahaan sebagai anggota

yang berasal dari luar manajemen (atau disebut masyarakat yang harus menaati hukum dan

komisaris independen dalam konteks Indonesia). bertindak sesuai dengan keinginan masyarakat

Fama & Jensen (1983) beralasan bahwa anggota (Darmawati, 2003).

board of director yang berasal dari manajemen Dalam konteks Indonesia yang menganut one-

mempunyai informasi yang lebih baik mengenai tier system, peran Board of Director dilakukan oleh

aktivitas perusahaan sehingga dapat membantu Dewan komisaris dimana struktur kepemimpinannya

board of director mengawasi keputusan-keputusan terpisah dengan Dewan direksi atau manajemen.

strategis dari manajemen. Akan tetapi menurut Dengan demikian manajemen puncak atau direksi

Williamson (1984) dengan adanya anggota board of perusahaan yang berwenang untuk menetapkan

director yang memiliki informasi lebih dari anggota kebijakan perusahaan dan mengimplementasikan

lainnya karena mereka umumnya bekerja penuh kebijakan tersebut sesuai keputusan yang ditetapkan

diperusahaan dan memperoleh informasi dari dalam, dalam RUPS.

hal ini cenderung justru anggota tersebut akan Dalam

menjadi alat bagi manajemen dan mendominasi puncak diawasi oleh Dewan Komisaris dan berada

keputusan board of director jika dibandingkan dengan pada lingkup corporate governance yang mencakup

anggota yang berasal dari luar manajemen. hubungan pada level dewan komisaris dan direksi

Beasley (1996) meneliti hubungan antara serta RUPS yang merupakan pelaksanaan fungsi

komposisi board of director dengan kejadian pengawasan dan akuntabilitas. Sedangkan fungsi

kecurangan dalam pelaporan keuangan di Amerika operasional perusahaan berada dalam lingkup

Serikat. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa corporate management yang melaksanakan kegiatan

terdapat hubungan positif antara prosentasi yang sesuai keputusan yang telah ditetapkan oleh RUPS.

tinggi atas jumlah anggota board of director yang Irisan dari lingkup corporate governance dan lingkup

berasal dari luar pada perusahaan yang tidak corporate management adalah lingkup strategic

melakukan kecurangan dibanding pada perusahaan decision dan strategic formulation. Pada lingkup ini,

yang melakukan kecurangan. Namun demikian keputusan-keputusan

hubungan antara audit komite pada perusahaan yang mengacu pada keputusan RUPS. Salah satu keputusan

tidak melakukan kecurangan dibanding perusahaan strategis yang disusun pada lingkup ini adalah

yang melakukan kecurangan tidak diperoleh korelasi penentuan struktur pembiayaan perusahaan.

yang signifikan sehingga peran anggota board of Apabila

director yang berasal dari luar perusahaan lebih prinsip good corporate governance, maka ada

audit komite dalam pengawasan yang efektif atas semua aktivitas

berperan

dibanding

hubungannya dengan mengurangi kemungkinan perusahaan

terjadinya kecurangan dalam penyajian laporan perusahaan dapat berjalan dengan baik dan

keuangan. Sementara Chen et al. (2006) meneliti akuntabilitas manajemen dapat dijamin. Praktik

karakteristik dewan komisaris sebagai faktor dalam seperti itu dalam perusahaan akan memperkecil

menjelaskan kecurangan di China. Hasil penelitiannya permasalahan agensi.

menunjukkan bahwa dengan adanya peningkatan Penelitian

independen maka menunjukkan bahwa mekanisme monitoring dapat

kecenderungan perusahaan melakukan kecurangan dilakukan oleh pihak lain dalam mengurangi

akan semakin kecil. Namun demikian penelitian Chen permasalahan agensi, seperti kompetisi diantara

et al. (2006) menunjukkan bahwa jumlah rapat manager, auditor eksternal, dan peran dewan

lebih banyak justru komisaris (Bathala et. al., 1994). Dengan adanya

berhubungan secara positif dengan kemungkinan pemisahan peran antara pemegang saham sebagai

kecurangan. Mereka prinsipal dengan manajemen sebagai agennya, maka

perusahaan

melakukan

menjelaskan bahwa ketika perusahaan sedang (akan) manajemen

terlibat pada aktivitas yang dapat dipertanyakan, signifikan dalam mengalokasikan dana investor dan

maka dewan akan melakukan rapat yang lebih sering karena

aktivitas tersebut

akan menimbulkan

Jurnal BPPK, Volume 7 Nomor 2, 2014 125 Jurnal BPPK, Volume 7 Nomor 2, 2014 125

membuktikan pula bahwa keberadaan dewan keberadaan anggota dewan komisaris yang berasal

komisaris, khususnya anggota dewan komisaris dari luar perusahaan dapat memperkuat penerapan

pengaruh dalam pengelolaan perusahaan yang lebih konservatif atau

independen

memberikan

mengurangi biaya pinjaman (cost of debt). Sementara dalam hal ini lebih hati-hati (prudent).

Subramaniam, et al. (2009) membuktikan bahwa Dalam perusahaan modern dengan adanya

independen dapat pemisahan fungsi antara pihak yang mengambil

meningkatkan kualitas pengawasan dan monitoring keputusan dengan pihak yang akan menanggung

karena bukan merupakan pegawai dan lebih risiko (risk-bearing functions) pada perusahaan maka

independen.

menimbulkan adanya konflik agensi (Jensen dan Berkaitan dengan pembiayaan perusahaan Meckling, 1976). Kondisi ini menurut Jensen dan

Kochar (1996) berpendapat bahwa pengaruh Meckling dapat diminimalkan apabila kepemilikan

kreditor terlihat pada upaya proteksi atas dananya perusahaan juga diberikan kepada manajemen atau

yang dipinjam perusahaan agar tidak terjadi default, yang dikenal dengan kepemilikan managerial.

dalam hal ini manager dipaksa untuk efisien dengan Implikasi dari kepemilikan managerial ini adalah

membayar sesuai jadwal pembayaran sehingga manajemen juga menanggung konsekuensi atas

terhindar dari pengawasan dan campur tangan tindakan dan keputusan yang diambil dalam

kreditor. Namun demikian dalam pembiayaan melalui pengelolaan

tersebut memiliki level kepemilikan managerial dapat menciptakan adanya

governance yang lebih kuat daripada pembiayaan keselarasan antara kepentingan manajemen dengan

melalui utang jangka panjang. Sepanjang perusahaan para stakeholders lainnya.

dapat memenuhi kewajibannya sesuai kontrak maka Utang jangka panjang pada dasarnya juga dapat

melakukan intervensi. mengurangi permasalahan agensi (Jensen, 1986).

Sebaliknya pemegang saham dapat terus melakukan Jensen (1986) menjelaskan bahwa perjanjian utang

monitoring dan evaluasi atas setiap keputusan jangka panjang mengharuskan perusahaan untuk

manager melalui dewan komisaris. membayar kewajibannya maka hal ini dapat

peningkatan kualitas menghindari atau mengendalikan penggunaan dana

Mekanisme

dalam

pengawasan atau monitoring adalah pembentukan perusahaan oleh manager untuk kegiatan perusahaan

komite-komite, antara lain komite audit. Komite audit yang tidak efisien. Dalam konteks ini, utang jangka

mempunyai fungsi memelihara sistem pengendalian panjang dapat digunakan sebagai salah satu media

internal, menjadi counter-part audit eksternal dan untuk mendisiplinkan manager. Grossman dan Hart

melakukan reviu internal atas laporan keuangan (1986) menyebutkan bahwa dengan adanya utang

perusahaan (Siallagan dan Machfoedz, 2006). jangka

Efektivitas dari komite audit dapat dilihat, antara lain menggunakan fasilitas perusahaan lebih sedikit

panjang, manajemen

dipaksa

untuk

ukuran dari komite audit (Rahmat, Iskandar dan sehingga sumber daya perusahaan dapat digunakan

Saleh, 2009)

lebih efisien dan pada akhirnya kemungkinan

penelitian sebelumnya perusahaan mengalami kebangkrutan dan kehilangan

Berdasarkan

hasil

keanggotaan dewan reputasi dapat diminimalkan.

komisaris memiliki hubungan positif terhadap Menurut Williamson (1988) kontrak atas equity

pengurangan permasalahan agensi dalam kaitan atau kepemilikan saham sifatnya berlanjut sepanjang

kepemilikan managerial dan penetapan struktur umur perusahaan dan keberadaan dewan komisaris

pembiayaan perusahaan. Dengan demikian dalam adalah untuk memberikan keyakinan bahwa investasi

konteks sistem corporate governance di Indonesia, dari pemegang saham terlindungi. Dewan komisaris

apakah struktur keanggotaan dewan komisaris dan mempunyai wewenang untuk memonitor kinerja

keberadaan komite audit memiliki hubungan dengan internal

pengurangan permasalahan agensi pada perusahaan keputusan penting, menentukan tingkat kompensasi,

publik, sehingga hipotesis yang akan diuji adalah dan mengganti manager (Grinstein and Tolkowsky,

sebagai berikut:

2004). Dengan demikian dewan komisaris dapat memonitor dan mengevaluasi tindakan manager

H1 : Proporsi komisaris independen dalam secara berkelanjutan sehingga instrumen ekuitas

struktur keanggotaan dewan komisaris mempunyai memiliki kemampuan tata kelola yang lebih baik

hubungan negatif dengan tingkat utang jangka (stronger governance abilities) dibandingkan dengan

panjang (leverage) dan kepemilikan managerial instrument utang jangka panjang. Peran dewan

dalam rangka mengendalikan permasalahan agensi komisaris merupakan isu penting dalam mekanisme

perusahaan.

tata kelola perusahaan,

beberapa

penelitian

menunjukkan bahwa anggota dewan komisaris yang H2: Proporsi jumlah anggota audit komite memiliki pengalaman memberikan pengaruh dalam

mempunyai hubungan negatif dengan tingkat utang mengurangi earnings management (Chtourou et al.

(leverage) dan kepemilikan 2001) dan memberi pengaruh positif terhadap nilai

jangka

panjang

rangka mengendalikan perusahaan (Erickson et al., 2005). Penelitian oleh

managerial

dalam

permasalahan agensi perusahaan.

126 Jurnal BPPK, Volume 7 Nomor 2, 2014

Jurnal BPPK, Volume 7 Nomor 2, 2014 127