jurnal bppk vol 7 nomor 2
JURNAL BPPK
ISSN 2085-3785 Volume 7 Nomor 2, 2014, halaman 91-164
Jurnal BPPK merupakan publikasi ilmiah yang berisi tulisan yang diangkat dari hasil penelitian, pengembangan, kajian, dan pemikiran di bidang ekonomi, keuangan negara. Terbit pertama kali tahun 2010 dengan masa terbit sekali setahun kemudian menambah masa terbit pada tahun 2011 diterbitkan dua kali setahun hingga saat ini, pada bulan Juni dan Desember. Artikel yang diterbitkan dalam Jurnal BPPK telah melalui proses evaluasi dan penyuntingan oleh Dewan Redaksi, Mitra Bestari dan Anggota Staf Editorial. Jurnal BPPK terbuka untuk umum, praktisi, peneliti, pegawai, dan pemerhati masalah ekonomi dan keuangan negara.
STAF EDITORIAL
Penanggung Jawab
Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
Ketua Dewan Redaksi
Agus Hermanto
Dewan Redaksi
Agung Darono, S.E., Ak., CA., M.M., M.Eng Rahmadi Murwanto, Ak., MAcc., M.B.A., Ph.D. Dr. Roberto Akyuwen, S.T.P., S.E., M.Si. Yoopi Abimanyu,S.E., M.A., Ph.D Yuniarto Hadiwibowo, S.S.T., Ak., Ph.D.
Mitra Bestari
Prof. Dr . Abdul Halim, M.B.A., Akt. Dr. Akhmad Makhfatih, M.A.
Dr. Ari Kamayanti, S.E., M.M., M.Sc., Akt. Dr. Alla Asmara, S.Pt. Dr. Eugenia Mardanugraha, S.Si., M.E. Prof. Heru Subiyantoro, Ph.D. Dr. Mamduh Mahmadah Hanafi, M.B.A Prof. Ir. Noer Azam Achsani. M.Sc., Ph.D.
Dr. Zaki Baridwan, S.E., M.Sc.
Redaktur
Heni Kartikawati
Editor Ahli
Muh Nurkhamid
Editor Pelaksana
Adhitya Wira Witantra Eko Satyono Nur Etaruni
VMI Bimo Adi
Sekretariat
Agung Arie Pratama Najjahul Imtihan
Pambudi Gawe Sukmantara Phesona E.B.T Tomi Subiakto
ALAMAT SEKRETARIAT JURNAL BPPK: Bagian Organisasi dan Tata Laksana, Sekretariat Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Kementerian Keuangan Republik Indonesia Gedung B Soegito Sastromidjojo, Lantai 4, Jl. Purnawarman Nomor 99 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12110; Telp. (021) 7394666 ext.253, 7204131; Faksimili (021) 7261775,7244328; webpage: www.bppk.depkeu.go.id; e-mail: jurnalbppk@gmail.com.
JURNAL BPPK
Volume 7, Nomor 2, 2014
DAFTAR ISI
ANALISIS MIDDLE-INCOME TRAP DI INDONESIA
91-110 Aprisal W. Malale, Maung Agus Sutikno
FORECASTING INDONESIAN MONEY DEMAND FUNCTION WITH
111-122
AUTOREGRESSIVE DISTRIBUTED LAG (ARDL)MODEL
Matondang Elsa Siburian
PENGARUH KOMISARIS INDEPENDEN DAN KOMITE AUDIT TERHADAP
123-134
PERMASALAHAN AGENSI PADA PENENTUAN STRUKTUR PEMBIAYAAN DAN KEPEMILIKAN MANAGERIAL PERUSAHAAN
Sasono Adi
PENGARUH PENANAMAN MODAL ASING TERHADAP PERTUMBUHAN
135-152
EKONOMI DI INDONESIA: ANALISIS DATA PANEL PERIODE 1994-2013
Jefry Batara Salebu
THE DETERMINANT OF CORE INFLATION IN INDONESIA
153-166 Rizki E. Wimanda, Nur M. Adhi Purwanto, Fajar Oktiyanto
ii Jurnal BPPK, Volume 7 Nomor 2, 2014
Jurnal BPPK, Volume 7 Nomor 2, 2014, Halaman 91-110
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN
JURNAL BPPK
REPUBLIK INDONESIA
ANALISIS MIDDLE-INCOME TRAP DI INDONESIA
Aprisal W. Malale a , Maung Agus Sutikno b ,
a Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, Indonesia Email: aprisal.malale@pajak.go.id
b Aica Indria, Jakarta, Indonesia Email: maung.sutikno@gmail.com
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
SEJARAH ARTIKEL Indonesia is predicted to be one of driving force for world economic growth in couple decades Diterima Pertama
ahead. Now, Indonesia is still classified as middle income country and on the way to be a high
18 Agustus 2014 income country. But, there is a risk not being able to inline in trajectory of economic growth. This study aims to find out about the Middle Income Trap (MIT) in Indonesia, by answering the
Dinyatakan Dapat Dimuat most fundamental question whether Indonesia has entered into MIT, and what macroeconomic
28 November 2014 factors influence GNI per capita as the income category. Using data published by the World Bank, and multiple regression analysis, it showed that Indonesia has entered the MIT trap. In
KATA KUNCI: addition, based on the results and analysis, it can be concluded that the variables Exports of Middle Income Trap,
Goods and Services, Value Added Agriculture, as well as Aid and Foreign Assistance (with lag or PNB Per Kapita,
no lag) significantly give negative effect on GNI per capita. Gross Capital Formation variables Analisis Regresi Berganda,
significantly give positive effect (in current year) and negative affect (at 2 and 3 years earlier) to GNP per capita in current year. Inflation variable gives no significant effect on GNI per capita. Government are recommended to take policy by focusing on improving the productivity
of Indonesia to encourage the growth of knowledge-based economy and more equitable distribution of targeted welfare.
Indonesia diprediksi menjadi salah satu penggerak pertumbuhan ekonomi dunia dalam beberapa dekade ke depan. Sekarang Indonesia berada pada middle income dan masih dalam perjalanannya menjadi negara dengan high income. Tetapi masih ada risiko untuk keluar dari jalur dan terjebak dalam tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengenai Middle Income Trap (MIT) di Indonesia, dengan menjawab pertanyaan yang paling mendasar yaitu apakah Indonesia sudah masuk ke dalam MIT, dan apa pengaruh faktor-faktor makroekonomi terhadap perubahan PNB per Kapita yang menjadi dasar kategori penghasilan negara-negara di dunia. Dengan menggunakan data yang dipublikasikan oleh World Bank, dan melakukan analisis regresi berganda, maka didapatkan hasil bahwa Indonesia telah masuk dalam jebakan MIT. Selain itu berdasarkan hasil dan analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Variabel Ekspor Barang dan Jasa, Nilai Tambah Pertanian, serta Bantuan dan Asistensi Luar Negeri (dengan lag atau tanpa lag) secara signifikan berpengaruh negatif terhadap PNB per kapita. Variabel Pembentukan Modal Bruto secara signifikan berpengaruh positif (di tahun berjalan) dan berpengaruh negatif (di 2 dan 3 tahun sebelumnya) terhadap PNB per kapita di tahun berjalan. Variabel inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap PNB per kapita. Pemerintah disarankan mengambil kebijakan dan langkah strategis dengan berfokus pada peningkatan produktivitas Indonesia dengan mendorong tumbuhnya knowledge-based economy dan pemerataan kesejahteraan yang lebih tepat sasaran.
1. PENDAHULUAN diprediksi akan menguasai 45% PDB global dengan
rata-rata pendapatan per kapita akan menjadi US$ Asian Development Bank (ADB) merilis analisis
1.1. Latar Belakang
45.800 dibandingkan dengan rata-rata Negara-negara bahwa kemajuan ekonomi di Asia akan dipimpin oleh
seluruh dunia sekitar US$ 37.300 (ADB, 2013). Lebih tujuh negara yaitu: China, India, Indonesia, Jepang,
lanjut lagi, ketujuh Negara ini diprediksi akan menjadi Republik Korea, Thailand dan Malaysia (ADB, 2013).
mesin pertumbuhan ekonomi Asia dan global di antara Ketujuh negara ini memiliki total populasi 3,1 miliar
tahun 2010 hingga 2050, tujuh negara ini akan jiwa (78% dari total populasi Asia) dan Produk
memberikan tambahan pertumbuhan sebanyak 91 Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2010 mencapai US$
persen dari total pertumbuhan PDB di Asia dan hampir 15,1 triliun (87% dari total PDB Asia). Prediksi ADB,
53 persen dari pertumbuhan PDB global (World Bank, pada tahun 2050, populasi ketujuh negara ini akan
2014) (lihat gambar 1).
menjadi 75% populasi Asia dan GDP mereka akan Untuk mencapai hasil yang menjanjikan ini, para menjadi 90% dari total PDB Asia. Ketujuh negara ini
pemimpin Negara-negara di Asia harus mengelola
Jurnal BPPK, Volume 7 Nomor 2, 2014 Jurnal BPPK, Volume 7 Nomor 2, 2014
yang signifikan dalam dekade kedua di milenium baru Income Trap (MIT), dimana risiko ini bila tidak dikelola
sekarang. Salah satu tanda peningkatan ekonomi yang dan diantisipasi dengan baik dapat menular ke negara
signifikan yaitu adanya peningkatan Pendapatan lain dan bahkan menciptakan instabilitas ekonomi di
per kapita. Indonesia kawasan Asia (World Bank, 2014).
mencatatkan peningkatan PNB per kapita dari sebesar US$ 910 di tahun 2003 menjadi sebesar $3,580 di
Gambar 1. Skenario Asian Century tahun 2013 (World Bank, 2014). Jadi, Indonesia dalam waktu satu dekade telah melipatgandakan PNB per
kapita sebanyak hampir empat kali lipat. Dengan nilai PNB per kapita sebesar ini, Indonesia termasuk kategori negara dengan pendapatan menengah ke bawah (lower middle-income country)(World Bank, 2014).
Grafik 1. PNB Per Kapita Indonesia dan ASEAN
Sumber: Asian Development Bank, 2010
Indonesia sebagai salah satu dari tujuh negara yang diperkirakan akan menjadi motor penggerak 2000
pertumbuhan Asia hingga tahun 2050, telah mencatat
berbagai pencapaian-pencapaian
ekonomi
yang
impresif (McKinsey, 2012). Indonesia berhasil menjadi Indonesia satu dari sedikit negara yang tahan terhadap gejolak
ASEAN
krisis perekonomian
pertumbuhan ekonomi tetap positif di atas 5%.
Sumber: World Bank, 2014 (diolah)
Indonesia berhasil melakukan reformasi fundamental di sektor pelayanan publik melalui reformasi birokrasi
Dari grafik 1 dapat dilihat bahwa PNB per kapita terhadap kementerian/lembaga yang memegang
Indonesia masih di bawah rata-rata PNB per kapita peranan vital di pemerintahan. Di samping itu,
negara-negara ASEAN pada tahun 2013. Rata-rata PNB Indonesia juga berhasil mempertahankan rasio utang
per kapita negara-negara ASEAN tidak lepas dari luar negeri yang rendah, menjaga kestabilan inflasi,
sumbangsih PNB per kapita Singapura yang mencapai dan melakukan pengurangan subsidi bahan bakar
5 kali lipat rata-rata PNB per kapita ASEAN. Sedangkan minyak (BBM dan Minyak tanah). Kesemuanya ini
Malaysia memiiki rata-rata PNB per kapita yang memberikan legitimasi yang kuat, bahwa Indonesia
mendekati rata-rata PNB per kapita ASEAN. layak dicatat sebagai negara yang memegang peranan
World Bank (2014) dalam kajian “Indonesia: penting dalam menggerakkan ekonomi Asia.
Menghindari
menyatakan bahwa kebangkitan ekonomi Indonesia pascakrisis tahun
Perangkap”
Gambar 2. Skenario Middle Income Trap 1997/1998 adalah pencapaian yang mengagumkan. Selama lebih dari satu dekade dari 1997 hingga 2014 indonesia telah berkembang pesat menjadi negara yang stabil di bidang politik, ekonomi dan keamanan. Pertumbuhan ekonomi yang nampak dari PDB konstan, PDB per kapita, dan PDB riil yang tumbuh progresif menunjukkan ketahanan Indonesia sebagai negara dan bangsa khususnya dalam menghadapi berbagai krisis dan potensi krisis di dunia. Laporan McKinsey Global Institute (2012) berjudul The Archipelago: Unleashing Indonesia Potential Economy juga memuji pencapaian yang diraih oleh Indonesia sebagai negara dengan ekonomi terbesar ke-16 di dunia, yang diprediksi pada tahun 2030 akan berada di urutan ke-7 sebagaimana dijabarkan lebih lanjut pada tabel 1 ditambah lagi,
Sumber: Asian Development Bank, 2010 World
Economic
Forum
(WEF) dalam WEF
92 Jurnal BPPK, Volume 7 Nomor 2, 2014
Competitiveness Report
negara berpenghasilan tinggi. Sehingga terjebak dalam menempatkan Indonesia pada urutan 38 dari 148
tahun
2013-2014
kelompok middle income (Aviliani et al, 2014). negara setelah sebelumnya pada tahun 2012-2013
Dalam penelitian-penelitian lain MIT mempunyai berada pada peringkat ke-50.
pengertian yaitu keadaan suatu negara dimana Namun demikian, prestasi yang diperoleh
mengalami stagnansi pertumbuhan di tingkat middle Indonesia
income dan tidak berkembang ke tingkat pertumbuhan impresif di masa lalu, tidak serta merta menjadikan
ekonomi selanjutnya ke tingkat high income (ADB, Indonesia kebal dengan pelambatan perekonomian
2012; World Bank, 2012), pelambatan pertumbuhan global yang terjadi saat ini. Sebaliknya, Indonesia
dan terus melekat pada status middle income (Gill dan dihadapkan pada tantangan dan risiko yang semakin
Kharas, 2007; Eichengreen et al, 2011). dinamis dan memerlukan pendekatan yang berbeda.
Negara yang terjebak dalam MIT mempunyai ADB (2011) dan World Bank (2014) menggarisbawahi
ketidakmampuan untuk berkompetisi dengan negara salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh
low income dalam hal upah buruh di industri Indonesia saat ini adalah tantangan MIT.
manufaktur, dan ketidakmampuan untuk berkompetisi Jesus Felipe (2012) dalam sebuah penelitian yang
dengan negara high income dalam hal keahlian dan diterbitkan oleh ADB menggolongkan Indonesia
kemajuan inovasi. Negara-negara tersebut tidak sukses bersama Pakistan sebagai negara yang terancam
dalam peralihan sumber pertumbuhan eknomi dari terjebak dalam MIT. Sebuah negara berpotensi
sumber daya dengan upah dan modal rendah ke terjebak dalam MIT jika negara tersebut telah berada
sumber pertumbuhan berupa produktivitas (ADB, pada tingkat pendapatan yang sama sampai dengan 28
tahun lamanya (Felipe, 2012). Sedangkan Indonesia Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh masuk golongan lower middle income sudah selama 25
Paus (2012), bahwa negara-negara berpenghasilan tahun. Kalaupun ingin terlepas dari perangkap MIT,
menghadapi kesulitan untuk Indonesia harus menggenjot pertumbuhan 14,8% per
menengah
selalu
berpindah dari negara produsen komoditas ke negara tahun pada rata-rata PDB per kapita sebagaimana
dengan keahlian sebagai sumber intensif penggerak tercantum pada tabel 1.
perokonomiannya. Namun demikian, Paus (2012) juga berargumen bahwa kebangkitan perekonomian Cina
1.2. Tujuan Masalah, Tujuan, dan Manfaat
menjadi
alasan
mengapa negara-negara
Penelitian
berpenghasilan menengah terjebak dalam MIT. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini
Kenichi Ohno (2009) dalam penelitian tentang akan berfokus untuk menganalisis apakah Indonesia
MIT di Vietnam, memetakan empat tahapan/kategori telah masuk ke dalam MIT. Analisis ini dilakukan untuk
dalam industrialisasi serta mendefinisikan MIT melihat posisi Indonesia di dalam MIT dengan
berdasarkan kategori tersebut. MIT digambarkan menggunakan data terkini. Dengan menggunakan data
sebagai kaca pembatas (glass ceiling) antara tahap dan referensi penelitian terdahulu, penelitian ini juga
kedua dan tahap ketiga industrialisasi yang tidak dapat bertujuan untuk menjustifikasi posisi Indonesia dalam
diterobos oleh suatu negara. Ohno berpendapat bahwa klasifikasi pendapatan. Selain itu, penelitian ini akan
di tahap kedua, suatu negara sedang menyerap menganalisis pengaruh ekspor, pembentukan modal
keahlian dan teknologi maju dari negara lain, namun bruto, nilai tambah pertanian, bantuan dan asistensi
telah memiliki industri-industri pendukung. Negara dari luar negeri, dan inflasi terhadap Pendapatan
yang berada dalam tahap ini masih menerima bantuan Nasional Bruto (PNB) per kapita yang menjadi dasar
dari luar negeri untuk menjalankan industrinya. Tahap pengelompokan pendapatan negara-negara di dunia.
ketiga industrialisasi adalah penguasaan manajemen Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para
suatu negara dapat akademisi, yaitu untuk memberikan pengembangan
memproduksi barang dengan kualitas tinggi tanpa pengetahuan dan memperluas literatur terkait MIT,
bantuan dari luar negeri.
khususnya MIT di Indonesia dengan rentang waktu Beberapa ahli setuju bahwa masalah utama dari penelitian yang lebih terkini. Di samping itu, penelitian
MIT adalah ketidakmampuan suatu negara untuk ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah,
meningkatkan produksi berbasis pengetahuan yang yaitu untuk memberikan rekomendasi mengenai posisi
intensif. Wing Thye Woo (2009) dalam penelitiannya Indonesia di dalam MIT berdasarkan pendekatan
yang berjudul Getting Malaysia Out of the Middle- empiris dan memberikan rekomendasi tentang sektor
Income Trap menyimpulkan bahwa Malaysia dapat apa yang perlu menjadi fokus pemerintah untuk
terhindar dari MIT jika pemerintah mendukung terhindar dari MIT.
pertumbuhan ekonomi yang berdasarkan ilmu pengetahuan (knowledge-based economy).
2. KERANGKA TEORITIS
2.1. Definisi Middle Income Trap
2.2. Bagaimana Mengukur MIT?
Middle-income trap (MIT) mengacu pada suatu World Bank (2014) dalam penelitiannya memakai kondisi di mana negara-negara berpenghasilan
variabel Pendapatan Nasional Bruto (PNB) per kapita menengah tidak mampu mempertahankan tingkat
sebagai proksi MIT. PNB per kapita diukur dari pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil untuk
Pendapatan Nasional Bruto yang merupakan total mencapai kelompok income yang baru sebagai negara-
value added penghasilan seluruh penduduk suatu
Jurnal BPPK, Volume 7 Nomor 2, 2014 Jurnal BPPK, Volume 7 Nomor 2, 2014
(Felipe, 2012).
sebagai salah satu patokan penentuan bagaimana keberhasilan
3. METODOLOGI PENELITIAN
perekonomiannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Penggunaan PNB per kapita juga digunakan
apakah Indonesia sudah masuk dalam MIT atau belum sebagai acuan klasifikasi pendapatan negara-negara
dengan menggunakan analisis deskriptif terhadap PNB lain dalam penelitian-penelitian terdahulu. Aviliani et
per kapita, kemudian disandingkan dengan kualifikasi al (2014) menggunakan PNB per kapita sebagai
MIT yang ditentukan oleh World Bank (2014) dan ADB dependent variable dalam jurnal penelitiannya yang
(2010). Selain itu juga digunakan referensi dari berjudul Addresing the Middle-Income Trap: Experience
penelitian terdahulu untuk menjustifikasi posisi of Indonesia.
Indonesia dalam klasifikasi pendapatan. Jesus Felipe (2012) dalam working paper ADB
Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui berjudul: Tracking Middle Income Trap: What is it, Who
pengaruh ekspor, investasi, pertanian, bantuan luar is in it, and Why memberikan pendekatan mengenai
negeri, dan inflasi terhadap PNB per kapita di bagaimana suatu negara dapat disebut sebagai negara
Indonesia dengan menggunakan analisis regresi yang
berganda. Hasil analisis regresi berganda akan mengklasifikasikan seluruh negara-negara di dunia ke
terjebak dalam
menunjukkan seberapa signifikan pengaruh 5 variabel dalam empat kelompok penghasilan berdasarkan PDB
makroekonomi terhadap tingkat PNB Per Kapita di per kapita. Negara-negara tersebut dimasukkan ke
Indonesia. Tingkat PNB Per Kapita inilah yang menjadi dalam kategori: (1) negara berpenghasilan rendah
tolak ukur utama pengklasifikasian suatu negara (low-income); (2) negara berpenghasilan menengah ke
sebagai negara Middle Income.
bawah (lower-middle-income);
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif berpenghasilan menengah ke atas (upper-middle-
negara
dengan menggunakan data sekunder yang bersumber income); dan (4) negara berpenghasilan atas (high-
dari World Bank (www.data.worldbank.org) tahun income).
1969 sampai dengan tahun 2013. Sebelum dilakukan pengolahan, dilakukan uji stasioneritas Augmented
Tabel 2. Kategori Penghasilan berdasarkan PNB per Dicky Fuller untuk memastikan data yang diolah
stasioner, tidak mengandung komponen tren, dengan Kategori
kapita
PNB per kapita 2013
keragaman yang konstan, serta tidak terdapat fluktuasi periodik. Analisis statistik dilakukan dengan bantuan
Low Income
aplikasi pengolah angka Microsoft Excel 2010 dan Lower Middle Income
< US $ 1.045
aplikasi statistik E-Views versi 7.2. Upper Middle Income
US $ 1.045 - US $ 4.125
Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dan High Income
US $ 4.125 - US $ 12.746
signifikan, analisis dilakukan dengan menambahkan Sumber: World Bank, 2014 (diolah)
> US $ 12.746
lag 1 tahun, 2 tahun, dan 3 tahun pada masing-masing variabel yang diamati. Model persamaan yang dipakai
MIT dapat dihindari dengan syarat negara menggunakan merujuk pada model persamaan Aviliani tersebut dapat mencapai angka pertumbuhan ekonomi
et al (2014) yaitu sebagai berikut: tertentu setiap tahunnya (Felipe, 2012). Rata-rata
pertumbuhan pendapatan per kapita yang harus 𝑌 𝑖 = 𝛼 0 + 𝛼 1 𝑋 1 𝑖 + 𝛼 1 𝑋 1 𝑖(𝑡−1) + 𝛼 1 𝑋 1 𝑖(𝑡−2) + 𝛼 1 𝑋 1 𝑖(𝑡−3) dicapai pada masing-masing tingkat MIT, baik yang
+ 𝛼 2 𝑋 2 𝑖 + 𝛼 2 𝑋 2 𝑖(𝑡−1) + 𝛼 2 𝑋 2 lower ataupun upper menurut Felipe (2012).
Lower MIT + 𝛼 2 𝑖(𝑡−3) 𝛼 3 𝑋 3 𝑖 + 𝛼 3 𝑋 3 𝑖(𝑡−1) Syarat suatu negara keluar dari lower middle income
+ 𝛼 3 𝑋 3 𝑖(𝑡−2) + 𝛼 3 𝑋 3 𝑖(𝑡−3) + 𝛼 4 𝑋 4 𝑖 ke upper middle income tidak melebihi periode 28
+ 𝛼 4 𝑋 4 𝑖(𝑡−1) + 𝛼 4 𝑋 4 𝑖(𝑡−2) + 𝛼 4 𝑋 4 𝑖(𝑡−3) tahun serta pendapatan per kapita harus tumbuh
+ 𝛼 5 𝑋 5 𝑖 + 𝛼 5 𝑋 5 𝑖(𝑡−1) + 𝛼 5 𝑋 5 𝑖(𝑡−2) paling sedikit pada tingkat 4,7% per tahun.
Upper MIT
dimana:
Syarat suatu negara keluar dari upper middle 𝑌 𝑖 = 𝑃𝑁𝐵 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎 (𝑙𝑜𝑔𝑎𝑟𝑖𝑡𝑚𝑎 𝑛𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑙) income ke high income tidak melebihi periode 14
tahun serta pendapatan per kapita harus tumbuh 𝑋 1 𝑖 = 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑜𝑟 𝐵𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑛 𝐽𝑎𝑠𝑎 (% 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑃𝐷𝐵) paling sedikit pada tingkat 3,5% per tahun.
𝑋 2 𝑖 = 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑏𝑟𝑢𝑡𝑜 (% 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑃𝐷𝐵) Berdasarkan penelitian dari Felipe (2012) yang
𝑋 3 𝑖 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑖𝑎𝑛 (% 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑃𝐷𝐵) dipublikasikan oleh Asian Development Bank (ADB),
𝑋 4 𝑖 = 𝐵𝑎𝑛𝑡𝑢𝐼𝑛 & 𝐴𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐿𝑢𝑎𝑟 𝑁𝑒𝑔𝑒𝑟𝑖 (% 𝑡𝑑 𝑃𝐷𝐵) disebutkan bahwa Indonesia akan terjebak dalam MIT.
Penelitian ini menyatakan bahwa Indonesia sudah
memasuki tahun ke 25 di kategori lower-middle- 𝛼 1 , 𝐻 2 , 𝛼 3 , 𝛼 4 , 𝛼 5 = 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑟𝑒𝑔𝑟𝑒𝑠𝑖 income. Sehingga diprediksi pada tahun 2013
Indonesia akan terjebak dalam MIT, bila tidak
94 Jurnal BPPK, Volume 7 Nomor 2, 2014
3.1. Hipotesis Penelitian
2. Ekspor Barang dan Jasa
Berdasarkan model penelitian yang telah disusun, Ekspor barang dan jasa merupakan nilai dari maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai
semua barang dan jasa yang disediakan ke berikut:
seluruh dunia. Termasuk didalamnya nilai barang Dalam
dagangan, barang, asuransi, transportasi, wisata, menyimpulkan bahwa peran ekspor dapat membantu
royalti, biaya lisensi, dan layanan lainnya, seperti suatu negara menghindari MIT. Penelitian tersebut
komunikasi, konstruksi, keuangan, informasi, menjelaskan bahwa ekspor berpengaruh positif
bisnis, pribadi, dan pelayanan pemerintah. Harga terhadap PNB Per Kapita, variabel yang dipakai sebagai
tersebut belum termasuk kompensasi karyawan alat penentu dalam kategori pendapatan (income)
dan pendapatan investasi (sebelumnya disebut dalam penelitian. Jadi untuk hipotesis penelitian yaitu:
layanan faktor) dan pembayaran transfer.
H1,1 Ada pengaruh positif ekspor barang dan jasa
3. Pembentukan Modal Bruto
terhadap PNB Per Kapita
bruto terdiri dari PNB Per Kapita juga dapat dipengaruhi oleh
Pembentukan
modal
pengeluaran pada penambahan aset tetap Pembentukan Modal Bruto, sebuah perwujudan
ekonomi ditambah perubahan bersih dalam investasi. Investasi berperan pada suatu negara dalam
Aset tetap termasuk menghindari MIT dengan pengaruh positif terhadap
tingkat
persediaan.
perbaikan tanah (pagar, selokan, saluran air, dan PNB Per Kapita (Aviliani et al, 2014). Jadi hipotesis
sebagainya); pabrik, mesin, dan peralatan dalam penelitian yaitu:
pembelian; dan pembangunan jalan, kereta api,
H1,2 Ada pengaruh positif Pembentukan Modal
dan sejenisnya, termasuk sekolah, kantor, rumah
Bruto terhadap PNB Per Kapita
sakit, tempat tinggal perumahan swasta, dan Sebuah penelitian oleh Anyanwu et al (2010)
bangunan komersial dan industri. menyimpulkan bahwa ada sebuah hubungan positif
4. Nilai Tambah Pertanian
signifikan antara PDB dan nilai hasil pertanian di Pertanian termasuk kehutanan, perburuan, dan Nigeria. Dengan menggunakan asumsi bahwa nilai PDB
perikanan, serta budidaya tanaman dan produksi berbanding lurus dengan nilai PNB, maka hipotesis
ternak. Nilai tambah adalah output bersih sektor dalam penelitian yaitu:
setelah
menambahkan semua output dan
H1,3 Ada pengaruh positif Nilai Tambah Pertanian
mengurangi input antara. Hal ini dihitung tanpa
terhadap PNB Per Kapita
melakukan pemotongan untuk depresiasi aset Dalam penelitian oleh Ekanayake dan Chatrna
fabrikasi atau deplesi dan degradasi sumber daya (2008) menyimpulkan bahwa bantuan luar negeri
alam.
mempunyai sebuah
5. Bantuan dan Asistensi dari Luar Negeri pertumbuhan ekonomi. Sehingga hipotesis dalam
efek
berlawanan terhadap
Terdiri dari pencairan pinjaman dilakukan penelitian yaitu:
(setelah dikurangi
H1,4 Ada pengaruh negatif Bantuan Luar Negeri
pembayaran
pokok)
dan hibah oleh
terhadap PNB Per Kapita
lembaga/negara donor untuk mempromosikan Dengan meningkatkan inflasi, maka sebuah defisit
pembangunan ekonomi dan kesejahteraan di anggaran pemerintah secara umum mengurangi
negara-negara dan wilayah tersebut. simpanan
mengurangi pertumbuhan (ekonomi) (Gylfason dan Inflasi diukur dengan indeks harga konsumen Herbertsson, 2001). Dengan demikian hipotesis dalam
mencerminkan perubahan persentase penelitian yaitu:
yang
tahunan biaya untuk memperoleh konsumsi rata-
H1,5 Ada pengaruh positif Inflasi Tahunan
rata sekeranjang barang dan jasa yang dapat
terhadap PNB Per Kapita
berubah pada selang waktu tertentu, biasanya per tahun. Rumus Laspeyres umumnya digunakan
3.2. Operasionalisasi Variabel Penelitian
untuk menghitung inflasi tahunan.
1. Variabel PNB per kapita PNB per kapita adalah pendapatan nasional
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
tentang MIT yang menggunakan metode Atlas, kemudian dibagi
bruto, dikonversi
dikemukakan oleh Felipe (2012), Indonesia di tahun dengan populasi tengah tahun. PNB per kapita
2013 sudah memasuki tahun ke-28 dalam kategori adalah jumlah dari seluruh nilai tambah yang
lower-middle income dan hingga tahun 2013 tidak bisa dihasilkan penduduk sebagai produsen ditambah
memenuhi rata-rata pertumbuhan PDB per kapita pajak
sebesar 14,8% per tahun untuk mencapai PNB per penerimaan bersih dari penghasilan utama
kapita US$ 7,250 (batas bawah upper-middle-income), (kompensasi karyawan dan pendapatan properti)
dimana rata-rata pertumbuhan PDB per kapita dari luar negeri. PNB per kapita, dihitung dalam
Indonesia tahun 2011-2013 hanya 4,86% (BPS, 2014). mata uang nasional, biasanya dikonversi ke dolar
Dengan demikian, Indonesia di tahun 2014 sudah AS dengan kurs resmi untuk perbandingan di
terperangkap di dalam MIT.
seluruh negara.
Jurnal BPPK, Volume 7 Nomor 2, 2014
Tabel 4. Klasifikasi Pendapatan Negara-negara ASEAN Tabel 4. Hasil Analisis Regresi
PNB Per
Dependent Variable: LOG(Y)
Sample (adjusted): 1972 2012
Indonesia Lower-Middle- 3,580
28 Included observations: 41 after adjustments
6 Variable Coefficient Std. Error Lower-Middle t-Statistic
Prob. Laos
Malaysia Upper-Middle- 10,400
1.410919 7.808804 0.0000 Filipina Lower-Middle- 3,270
23 X1(-1)
0.017046 -3.353661 0.0032 Thailand
Upper-Middle
X1(-2)
0.014019 -2.409706 0.0257 Vietnam
Income
Lower-Middle-
X1(-3)
0.023005 3.191841 0.0046 Sumber: World Bank, 2014 (Diolah)
0.025052 -0.386537 0.7032 Sebelum dilakukan regresi berganda atas data
X2(-1)
0.022254 -2.093281 0.0493 yang telah dikumpulkan, dilakukan uji stasioneritas
X2(-2)
0.015650 -2.450428 0.0236 atas 5 variabel. Hasil uji stasioneritas adalah
X2(-3)
0.051406 0.484321 sebagaimana terdapat pada tabel 4 pada lampiran 0.6334 Analisis MIT dilanjutkan dengan melakukan
X3 0.024897
0.038838 -0.005181 0.9959 analisis regresi berganda untuk melihat pengaruh lima
X3(-1)
0.044686 -2.208382 0.0391 variabel terhadap PNB per kapita di Indonesia. Hasil
X3(-2)
0.034798 -0.519055 0.6094 analisis regresi berganda 5 variabel makroekonomi
X3(-3)
0.124211 -3.829289 0.0010 Kapita di Indonesia yang digunakan sebagai tolak ukur
menunjukkan pengaruh terhadap tingkat PNB Per
X4 -0.475639
0.119639 0.072796 0.9427 pengklasifikasian Indonesia sebagai negara Middle
X4(-1)
0.105556 1.113443 0.2787 Income. Hasil estimasi dari model regresi ini adalah
X4(-2)
sebagaimana tercantum dalam tabel 4.
0.113454 -1.052310 0.3052 Berdasarkan tabel 4, dengan derajat keyakinan
X4(-3)
0.012144 0.554866 0.5851 95% maka dapat diketahui bahwa variabel-variabel
X5 0.006738
0.009309 0.235589 0.8161 yang berpengaruh signifikan terhadap variable Y (PNB Per Kapita) adalah sebagai berikut:
X5(-1)
X5(-2)
1. Variabel X1 dengan lag 2 tahun dan Variabel X1
0.007007 -0.760032 0.4561 dengan lag 3 tahun yaitu variabel Nilai Ekspor
X5(-3)
Barang dan Jasa R-squared 0.972841 Mean dependent var 6.523968
2. Variabel X2 tanpa lag, Variabel X2 dengan lag 2
S.D. dependent var 0.766953 tahun, dan Variabel X2 dengan lag 3 tahun yaitu squared
Adjusted R-
Akaike info criterion -0.299147 Variabel Pembentukan Modal Bruto
S.E. of
regression
Schwarz criterion 0.578537 Pertanian
3. Variabel X3 dengan lag 2 tahun yaitu Nilai Tambah
4. Variabel X4 tanpa lag yaitu Variabel Bantuan dan resid
Hannan-Quinn criter. 0.020457 Asistensi Luar Negeri.
Log
likelihood F-statistic
Durbin-Watson stat Berdasarkan signifikansi variabel-variabel di atas, 1.620736
Prob(F-
maka dapat dilihat hasil estimasi persamaan regresi
statistic)
sebagai berikut:
Sumber: Hasil olah data penulis 𝒀 𝒊 = 𝟏𝟏. 𝟎𝟏𝟕𝟓𝟗 − 𝟎. 𝟎𝟓𝟕𝟏𝟔𝟖𝑿 𝟏𝒊 𝒕−𝟐 − 𝟎. 𝟎𝟑𝟑𝟕𝟖𝟐𝑿 𝟏𝒊 𝒕−𝟑 +
2. Kenaikan 1% pada Variabel Ekspor Barang dan − 𝟎. 𝟎𝟑𝟖𝟑𝟒𝟗𝑿 𝟐𝒊 𝒕−𝟑 − 𝟎. 𝟎𝟗𝟖𝟔𝟖𝟒𝑿 𝟑𝒊 𝒕−𝟐
Jasa di 3 tahun sebelumnya berpengaruh terhadap − 𝟎. 𝟒𝟕𝟓𝟔𝟑𝟗𝑿 𝟒𝒊 penurunan PNB Per Kapita sebesar 0.033782% di
Dalam keadaan ceteris paribus (dimana variabel-
tahun berjalan;
variabel lain dalam keadaan konstan), dapat diketahui
3. Kenaikan 1% pada Variabel Pembentukan Modal hal-hal sebagai berikut:
Bruto di tahun berjalan berpengaruh terhadap
1. Kenaikan 1% pada Variabel Ekspor Barang dan kenaikan PNB Per Kapita sebesar 0.073430% di Jasa di 2 tahun sebelumnya berpengaruh terhadap
tahun berjalan;
penurunan PNB Per Kapita sebesar 0.057168% di
4. Kenaikan 1% pada Variabel Pembentukan Modal tahun berjalan;
Bruto di 2 tahun sebelumnya berpengaruh
96 Jurnal BPPK, Volume 7 Nomor 2, 2014 96 Jurnal BPPK, Volume 7 Nomor 2, 2014
tidaklah sebanding dengan pertumbuhan impor hasil-
5. Kenaikan 1% pada Variabel Pembentukan Modal hasil pertanian (BPS, 2013). Hal ini kemudian Bruto di 3 tahun sebelumnya berpengaruh
menyebabkan nilai tambah pertanian Indonesia tidak terhadap penurunan PNB Per Kapita sebesar -
dapat memberikan nilai tambah PNB per kapita bagi 0.038349% di tahun berjalan;
petani.
6. Kenaikan 1% pada Variabel Nilai Tambah Pengaruh negatif yang diberikan oleh bantuan Pertanian di 2 tahun sebelumnya berpengaruh
dan asistensi luar negeri disebabkan oleh bantuan dan terhadap penurunan PNB Per Kapita sebesar -
asistensi yang tidak berfokus pada kebutuhan 0.098684% di tahun berjalan;
masyarakat (Bovard, 1986). Hal ini menimbulkan
7. Kenaikan 1% pada Variabel Bantuan dan Asistensi inefektifitas dan inefisiensi bantuan sehingga manfaat Luar Negeri di tahun berjalan berpengaruh
dari bantuan tersebut tidak optimal dan tidak tepat terhadap Penurunan PNB Per Kapita sebesar -
sasaran.
0.475639% di tahun berjalan. World Bank (2014) dalam publikasi berjudul
8. Variabel Inflasi Tahunan tidak berpengaruh Indonesia: Avoiding the Trap menyebutkan bahwa signifikan terhadap PNB Per Kapita.
Indonesia dalam menghindari jebakan MIT harus bisa memanfaatkan momentum keuntungan demografi
Variabel-variabel X yang berpengaruh signifikan yang saat ini sedang bergulir. Salah satu contoh nyata terhadap pergerakan Variabel Y secara mayoritas dari demografi yang menguntungkan yaitu dengan bertanda minus (-) kecuali Variabel Pembentukan tersedianya tenaga kerja yang berlimpah, dimana Modal Bruto. Hal ini tidak serta merta berarti antara tahun 2013 sampai dengan 2020, populasi usia Pemerintah harus mengurangi atau membatasi nilai kerja di Indonesia akan meningkat 14,8 juta menjadi variabel-variabel X dengan tujuan untuk meningkatkan 189 juta. Bila dimanfaatkan dengan optimal, bonus Variabel Y. Namun sebaliknya, pemerintah harus mulai demografi ini akan memberikan lonjakan produktivitas memperhatikan
dan peningkatan ekonomi yang lebih agresif dengan memberikan
berinvestasi pada peningkatan jumlah tenaga kerja meningkatkan PNB per kapita. yang terampil dan menguasai teknologi. Meskipun baru saja masuk ke dalam jebakan MIT, Pemerintah saat ini sudah mempunyai program namun berdasarkan analisis regresi, variabel-variabel kerja dalam rangka peningkatan ekonomi Indonesia
X yang selama ini dibuktikan oleh penelitian terdahulu yang disebut Masterplan Percepatan dan Perluasan sebagai variabel yang mendukung pertumbuhan PNB Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). MP3EI per kapita di banyak negara, ternyata berpengaruh merupakan program ambisius pemerintah untuk negatif bagi Indonesia. Hal ini perlu menjadi perhatian menjadikan Indonesia salah satu negara maju pada pemerintah
tersebut, Indonesia kebijakan-kebijakan makroekonomi di Indonesia. diharapkan mempunyai pendapatan per kapita antara Ketergantungan terhadap ekspor yang berlebihan US$ 14.250-US$ 15.500 serta total GDP sebesar US$ 4 telah memberikan pengaruh yang negatif terhadap
triliun-US$ 4,5 triliun.
pertumbuhan PNB per kapita di Indonesia (World Untuk mencapai cita-cita tersebut, Pemerintah Bank, 2014). Hal ini dapat dilihat dengan melonjaknya mempunyai fokus pada tiga hal yaitu: ekspor komoditas selama 10 tahun terakhir yang Meningkatan nilai tambah dan meluaskan value diikuti dengan menurunnya ekspor manufaktur di saat chain untuk proses produksi, serta meningkatkan yang bersamaan (BPS, 2014). Ketergantungan ekspor efisiensi dari jaringan distribusi. Dengan demikian dengan menjual komoditas di Indonesia tidak secara
kemampuan industri dalam berkelanjutan membawa pondasi kesejahteraan secara
meningkatkan
signifikan, bahkan sebaliknya memberikan pengaruh mendapatkan dan menggunakan sumber daya negatif karena tereksploitasinya sumber-sumber daya
alam ataupun sumber daya manusia dengan maksimal.
mentah di Indonesia
penambahan nilai (value added) di dalam negeri Mendorong adanya efisiensi dalam proses
sehinga tidak memberikan sustainability welfare. produksi dan meningkatkan usaha pemasaran Pembentukan
untuk mengintegrasikan lebih lanjut dalam rangka pengaruh positif yang signifikan selama tahun berjalan,
menciptakan ekonomi nasional yang kompetitif sedangkan pada tahun ke-2 dan tahun ke-3
dan kuat.
memberikan pengaruh negatif terhadap PNB per Menekankan pada penguatan sistem inovasi
kapita. Hal ini menunjukkan adanya ketidakstabilan nasional dalam area proses produksi dan pembentukan modal bruto di Indonesia. Pertambahan
fokus pada penguatan nilai aset tetap yang terjadi di Indonesia dapat
pemasaran
dengan
keseluruhan dari kompetitif global menuju dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya iklim
ekonomi yang digerakan oleh inovasi. investasi dan kemudahan berusaha (Poesoro, 2005).
Terkait tiga hal tersebut di atas, diperlukan kerja Dengan semakin tingginya nilai impor hasil-hasil
sama pemerintah dengan pihak swasta, BUMN, serta pertanian semenjak tahun 1996, maka semakin turun
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Kerjasama pula kemampuan bersaing petani domestik Indonesia.
tersebut diiringi dengan pembangunan infrastruktur Meskipun dengan nilai tambah pertanian yang tetap
berkualitas yang juga dapat dilakukan oleh pemerintah
Jurnal BPPK, Volume 7 Nomor 2, 2014 Jurnal BPPK, Volume 7 Nomor 2, 2014
5. KESIMPULAN
dengan istilah skema public-private partnership (PPP).
yang diperoleh dan MP3EI dijalankan oleh pemerintah di enam
Berdasarkan
hasil
pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan koridor ekonomi. Koridor ekonomi ini didasarkan pada
bahwa Indonesia telah terjebak dalam Middle Income potensi dan keunggulan yang melekat pada masing-
penyebab hal ini yaitu masing daerah. MP3EI ini mempunyai enam koridor
ketidakmampuan Indonesia untuk mencapai target ekonomi yaitu sebagai berikut:
pertumbuhan PDB per kapita 14,8% per tahun selama Sumatra
tahun 2011-2013. Pertumbuhan Indonesia hanya sumber daya alam dan cadangan
4,86% per tahun. Tahun 2013 merupakan batas waktu energi nasional
minimal untuk Indonesia menetap sebagai negara Jawa
middle income.
penyediaan industri jasa pelayanan Selain itu berdasarkan hasil dan analisis yang Kalimantan Pusat
dilakukan menggunakan kurun waktu selama 45 cadangan energi dan pertambangan
tahun, dapat disimpulkan bahwa Variabel Ekspor nasional
Barang dan Jasa, Nilai Tambah Pertanian, serta Bantuan dan Asistensi Luar Negeri (dengan lag atau
Sulawesi Pusat
tanpa lag) secara signifikan berpengaruh negatif pertanian,
perkebunan,
perikanan,
minyak dan gas, serta pertambangan terhadap PNB per kapita. Variabel Pembentukan Modal Bruto secara signifikan berpengaruh positif (di tahun
Bali-Nusa Pembuka pintu untuk perkembangan berjalan) dan berpengaruh negatif (di 2 dan 3 tahun Tenggara
pariwisata dan penyokong pangan sebelumnya) terhadap PNB per kapita di tahun nasional berjalan. Variabel inflasi tidak berpengaruh signifikan Papua-
terhadap PNB per kapita.
Maluku perikanan, energi, serta pertambangan Saran penelitian ini bagi Pemerintah adalah nasional
perlunya mengambil kebijakan dan langkah strategis untuk mengeluarkan Indonesia dari Middle Income
World Bank (2014), merekomendasikan 4 area Trap, salah satunya dengan berfokus pada peningkatan kebijakan yang perlu diambil untuk meningkatkan
dengan mendorong pertumbuhan PNB per kapita Indonesia, yaitu:
knowledge-based economy dan
1. Meningkatkan pertumbuhan produktivitas,
untuk pemerataan Yaitu
pengentasan
kemiskinan
kesejahteraan yang lebih tepat sasaran. Selain itu, pembangunan infrastruktur, ketrampilan/keahlian,
Pemerintah dapat mengambil kebijakan-kebijakan dan memperbaiki fungsi pasar. Keahlian di bidang
strategis di antaranya:
teknologi dan ilmu pengetahuan harus ditingkatkan
1. Memberikan perhatian khusus pada sektor ekspor dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi yang
komoditas. Ketergantungan pada sektor ini akan menuju kepada knowledge-based economy (Wing
terbukti tidak memberikan kontribusi terhadap Thye Woo, 2009).
Kapita Indonesia.
2. Pemerataan kesejahteraan yang lebih luas Pemerintah dapat menetapkan regulasi ataupun Tiga langkah pemerataan kesejahteraan yang
pengetatan/pembatasan ekspor komoditas lebih luas yaitu: (i) Meningkatkan kualitas pelayanan
2. Menumbuhkan iklim investasi dan kemudahan untuk semua kalangan atau secara inklusif; (ii)
berusaha. Pemerintah berperan penting untuk Menguatkan perlindungan sosial; dan (iii) Mengatur
menjaga agar iklim investasi di Indonesia tetap risiko bencana alam dan membangun ketahanan.
berusaha semakin
3. Inisiatif pilihan pendanaan digalakkan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara Menginisiasi pembiayaan lainnya yang lebih
memangkas jalur birokrasi untuk membuka strategis sangat dibutuhkan dalam peningkatan
usaha/berinvestasi di Indonesia, memberantas ekonomi. Contoh pembiayaan yang tidak strategis
korupsi, dan mempermudah pelayanan kepada yaitu adanya subsidi BBM yang besar sehingga
investor.
membebani APBN. Akan lebih baik jika dana subsidi
Indonesia agar tersebut dialihkan ke pengembangan infrastruktur,
3. Memberdayakan
petani
menghasilkan produk pertanian yang berdaya perlindungan risiko kesehatan yang lebih besar bagi
saing, selain itu Pemerintah dapat mendukung rakyat, serta bantuan sosial untuk para rakyat miskin.
usaha tani Indonesia dengan optimalisasi subsidi
4. Memperkuat implementasi
pupuk dan subsidi benih
4. Melakukan pengawasan terhadap bantuan luar menghemat tenaga dan dana dalam menjalankan suatu
Implementasi yang kuat dan efektif sangat
negeri agar tepat sasaran dan sesuai kebutuhan. program kerja. Implementasi yang baik dalam
Pengawasan dapat pula didukung oleh masyarakat, menjalankan agenda meliputi peran yang baik oleh
mau mempublikasikan pemerintah
asalkan
pemerintah
data/laporan terkait bantuan luar negeri ini pengelolaan sumber daya manusia yang lebih strategis,
sebagai informasi publik.
perencanaan dan penganggaran yang lebih baik, dan
5. Kenaikan PNB per kapita, berdasarkan penelitian akuntabilitas yang kuat dalam pelayanan di tingkat
ini bisa dilakukan dengan menaikan pembentukan pelayanan daerah.
98 Jurnal BPPK, Volume 7 Nomor 2, 2014 98 Jurnal BPPK, Volume 7 Nomor 2, 2014
of Economic Complexity. PNAS Volume 106 pembangunan infrastruktur.
No.26 p 10570-10575. Mankiw, N.G., 2007. Principles of Economics. Ohio:
6. IMPLIKASI DAN KETERBATASAN
Thomson South-Western. Penelitian ini terbatas dengan menggunakan
McKinsey Global Institute, 2012. The Archipelago beberapa variabel makroekonomi yang datanya
Economy: Unleashing Indonesia ’s Potential. tersedia dan dapat diakses oleh peneliti. Implikasinya
McKinsey & Company p 1-101. adalah penelitian ini tidak dapat memberikan
Mottaleb, K.A., 2007. Determinants of Foreign Direct gambaran mengenai pengaruh variabel-variabel lain
Investment and Its Impact on Economic terhadap perubahan PNB per kapita di Indonesia,
Developing Countries.Munich khususnya variabel kualitatif yang sulit diukur
Growth
in
Personal RePEc Archive No.9457 p 1-15 nilainya. Keterbatasan penelitian selanjutnya yaitu
Ohno, K., 2010. Avoiding the Middle Income Trap: penulis tidak mengakomodasi break pada data yang
Renovating Industrial Policy Formulation in terjadi pada tahun 1997-1998 yang berdampak pada
Vietnam. ASEAN Economic Bulletin Volume 26 penurunan pertumbuhan ekonomi.
No.1 p 25-43.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggali Paus, E., 2012. Confronting the Middle Income Trap: pengaruh variabel-variabel seperti belanja pemerintah,
Insights from Small Latecomers. Springer Indeks Pembangunan Manusia, Indeks Kebebasan,
Science + Business Media No.47 p 115-138. Indeks Persepsi
Poesoro, Awan Wibowo L. (2005). Membangkitkan Informasi Publik. Penulis juga menyarankan agar
Korupsi,
Tingkat Keterbukaan
Indonesia. penelitian selanjutnya menggunakan metode regresi
Investasi
di
http://theindonesianinstitute.com. Diakses logistik dengan menggunakan dummy variable sebagai
pada 17 Agustus 2014
variabel dependen (Variabel Y). Woo, W.T., 2009. Getting Malaysia Out of the Middle- Income Trap. University of California, Davis.
DAFTAR PUSTAKA
World Bank, 2014. GNI per Capita Growth (annual %). http://data.worldbank.org/indicator/NY.GNP. Anonymous, 2014. ASIA 2050, Realizing the Asian
PCAP.KD.ZG diakses tanggal 17 Agustus 2014. Century. Diakses tanggal 19 Juli 2014.
2014. Indonesia. Auerbach,
World
Bank,
http://data.worldbank.org/country/indonesia http://www.econlib.org/library/Enc1/Invest
A.J.,
Investment.
diakses tanggal 17 Agustus 2014. ment.html# diakses tanggal 17 Agustus 2014.
World Bank, 2014. Indonesia: Menghindari Perangkap. Anyanwu, Sixtus et al., 2010. Agriculture Share of the
Kajian Kebijakan Pembangunan 2014 p 1-174. Gross Domestic Product and its Implications
World Bank, 2014. Investasi yang Tak Menentu. Indonesia Economic Quarterly p 1-59.
for Rural Development . Report and Opinion World Bank, 2013. New Country Classification. 2010;2(8)
http://data.worldbank.org/news/new-
Aviliani, Siregar, H., Hasanah, H., 2014. Addressing the Middle-Income Trap: Experience of Indonesia.
country-classifications diakses tanggal 17
Asian Social Science Volume 10 No.7 p 163-
Agustus 2014.
Caldentey, E.P., 2012. Income Convergence Capability
Divergence, and the Middle Income Trap: An Analysis of the Case of Chile. Springer Science +
Business Media No.47 p 185-207.
Ekanayake E.M., 2007. The Effect of foreign aid on economic growth in developing countries.
Journal of International Business and Cultural
Studies Felipe, J., 2012. Tracking the Middle-Income Trap:
What is it, Who is in It, and Why? ADB
Economics Working Paper Series Part 1 No.306
p 1-38. Felipe, J., 2012. Tracking the Middle-Income Trap:
What is it, Who is in It, and Why? ADB
Economics Working Paper Series Part 2 No.307 p 1-24.
Gylfason, Thorvaldur. 2001. Does Inflation Matter for
Growth?. Japan and The World Economy
13(2001) 405-428
Jurnal BPPK, Volume 7 Nomor 2, 2014
LAMPIRAN
Tabel 1. Perbandingan PDB dan Jumlah Tahun sebelum Terjebak MIT
PDB per
Rata-rata
Jumlah tahun
Rata-rata
kapita tahun
Jumlah tahun
pertumbuhan
di Middle
Income sampai
sebelum masuk
per tahun (%)
per kapita (%)
(menurut
ke MIT*
untuk mencapai
4 24 5.8 4.8 *Dihitung dengan cara (28 tahun – jumlah tahun berada di kategori Middle Income hingga 2010) **Rata-rata pertumbuhan yang dibutuhkan unuk mencapai $7,250 dari tingkat pendapatan di tahun 2010 sebelum masuk ke MIT PDB=Produk Domestik Bruto PPP=Purchasing Power Parity Sumber: Felipe, 2012
Tabel 1. Perbandingan Pencapaian Indonesia dengan Negara-negara lain di Dunia
Standar Deviasi
PDB 2011 harga
Pertumbuhan PDB
Rasio Utang
Rank berlaku (triliun
Riil Tahun 2000-
Pertumbuhan PDB
Tingkat Inflasi Tahun
2011 dollar)
Tahun 2000-2010
terhadap PDB tahun
8.7 Jepang -2.0 Serikat
9.0 Rep. Czech -0.7
12.9 Irlandia -0.4
1.74 Rep. Czech
1.5 Rep. Czech
51.4 Rep. Slovak
Keterangan: *berdasarkan tingkat utang pada tahun 2011 Sumber: Basis Data Conference Board Total Economy; IMF; World Bank; McKinsey
100 Jurnal BPPK, Volume 7 Nomor 2, 2014
Tabel 1. Peringkat Negara-negara di Dunia
GCI 2013-2014 Rank among
Country
Rank (out
GCI 2012-
Score (1-7)
4 5.51 4 6 United States
5 5.48 5 7 Sweden
6 5.48 6 4 Hongkong SAR
7 5.47 7 9 Netherlands
8 5.42 8 5 Japan
9 5.40 9 10 United Kingdom
10 5.37 10 8 Norway
11 5.33 11 15 Taiwan, China
17 5.13 17 17 New Zealand
18 5.11 18 23 UAE
19 5.11 19 24 Saudi Arabia
24 5.03 24 25 Korea Rep.
29 4.84 29 29 Puerto Rico
45 4.45 45 54 Czech Rep.
50 4.41 50 51 Sumber: WEF Competitiveness Report, 2013
Jurnal BPPK, Volume 7 Nomor 2, 2014 101
Tabel 3. Data Tahunan Variabel-variabel
Tahun
Variabel Y
Variabel X1
Variabel X2
Pembentukan modal bruto PNB Per Kapita (USD)
Ekspor Barang dan Jasa
(% terhadap PDB) 1969
(% terhadap PDB)
33.6420 Sumber: World Bank, 2014
102 Jurnal BPPK, Volume 7 Nomor 2, 2014
Tabel 3. Data Tahunan Variabel-variabel (lanjutan)
Tahun
Variabel X5 Agriculture, value added
Variabel X3
Variabel X4
Bantuan dan Asistensi dari
Inflasi Tahunan (%)
(% terhadap PDB)
Luar Negeri (% thd PDB)
6.413386778 Sumber: World Bank, 2014
Jurnal BPPK, Volume 7 Nomor 2, 2014 103
Tabel 4. Hasil Analisis Regresi
Dependent Variable: LOG(Y) Method: Least Squares Date: 08/14/14 Time: 10:08 Sample (adjusted): 1972 2012 Included observations: 41 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
X1(-1)
X1(-2)
X1(-3)
X2(-1)
X2(-2)
X2(-3)
X3(-1)
X3(-2)
X3(-3)
X4 -0.475639
X4(-1)
X4(-2)
X4(-3)
X5(-1)
X5(-2)
X5(-3)
6.523968 Adjusted R-squared
R-squared
0.972841 Mean dependent var
0.766953 S.E. of regression
0.945683 S.D. dependent var
-0.299147 Sum squared resid
0.178746 Akaike info criterion
0.578537 Log likelihood
0.639006 Schwarz criterion
0.020457 F-statistic
27.13250 Hannan-Quinn criter.
1.620736 Prob(F-statistic)
35.82078 Durbin-Watson stat
Sumber: Hasil olah data penulis
104 Jurnal BPPK, Volume 7 Nomor 2, 2014
Hasil Uji Stasioner Variabel X1 Ekspor Barang dan Jasa (% terhadap PDB) stasioner pada diferensiasi tahap pertama (1st difference)
Null Hypothesis: D(X1) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.218683 0.0000
Test critical values:
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(X1,2) Method: Least Squares Date: 12/03/14 Time: 21:03 Sample (adjusted): 1971 2013 Included observations: 43 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
D(X1(-1)) -1.344392 0.145833 -9.218683 0.0000