Pengaruh LFDI terhadap LGDP per sector (cross section FE)

Tabel 10. Pengaruh LFDI terhadap LGDP per sector (cross section FE)

Prob _CROPLAN

Sektor

Coefficient

Std.Error

0.1508 Sumber: Hasil Olahan Eviews 8 (2014) Catatan: * signifikan pada level 10%; ** signifikan pada level 5%, dan *** signifikan pada level 1%

146 Jurnal BPPK, Volume 7 Nomor 2, 2014

Tabel 11. Hasil Estimasi Regresi dengan Metode FEM

Effect (Cross-section fixed & Period fixed)

No.

Sektor

0.291113 Dependent Variable: LGDP

16. _ESTAT

1.054295 Method: Panel Least Squares

17. _OTRSER

Sumber: Hasil Olahan Eviews 8 (2014) Date: 08/12/14 Time: 12:30 Sample: 1994 2013

Tabel 13. Efek waktu dari Metode FEM (Cross-section

Periods included: 20

fixed & Period fixed)

Cross-sections included: 17 Total panel (balanced) observations: 340

Tahun

Effect

Variable Coefficient Std. Error

-0.318225 Cross-section fixed (dummy variables)

Effects Specification

-0.316207 Period fixed (dummy variables)

-0.176963 Adjusted R-squared

R-squared 0.980890 Mean dependent var 10.92167 2001

-0.118255 S.E. of regression

0.978619 S.D. dependent var

-0.053937 Log likelihood

0.161671 Akaike info criterion -0.704069 Sum squared resid

7.919696 Schwarz criterion

156.6917 Hannan-Quinn criter. -0.538040

0.039799 Prob(F-statistic)

432.0045 Durbin-Watson stat

0.091922 Sumber: Hasil Olahan Eviews 8 (2014)

0.184635 dengan tingkat keyakinan 95% data yang ada

0.230778 mendukung bahwa variabel LFDI memiliki pengaruh

0.271888 yang signifikan terhadap variabel LGDP. Dari Tabel 11

0.324453 tersebut juga terlihat nilai R-squared sebesar

0.366217 0.980890. Nilai R-Squared yang semakin mendekati

0.414476 satu berarti model semakin baik dalam menjelaskan

Sumber: Hasil Olahan Eviews 8 (2014) variasi yang terjadi pada variabel dependen.

Dengan kata lain, baik Model Efek Tetap dengan

4.3.2. Analisis dengan Model Efek Tetap per sektor

efek spesifikasi cross-section Fixed Effect maupun Untuk menganalisis lebih jauh hubungan antara Model Efek Tetap dengan efek spesifikasi Cross-section

PMA dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia untuk & period Fixed Effect menunjukkan bahwa variabel

(subsektor) makaperlu LFDI mempunyai pengaruh positif dan signifikan

dilakukan regresi dengan metode estimasi FEM terhadap variabel LGDP pada tingkat signifikan 5%.

dengan efek spesifikasi cross section adalah fixed dan Selanjutnya, dalam Tabel 12 dan Tabel 13 (lihat

period adalah none. Hasil dari regeresi tersebut dapat Lampiran) dapat dilihat Efek individu dan efek waktu

dilihat pada Tabel 10 (lihat Lampiran). dari Metode FEM (Cross-section fixed & Period fixed).

Berdasarkan Tabel 10 tersebut terlihat bahwa Dari tabel-tabel tersebut terlihat bahwa intersep

penanaman modal asing hanya signifikan dan positif berbeda antar individu dan antar waktu, namun

terhadap pertumbuhan ekonomi untuk subsektor- koefisien slope tetap sama.

subsektor tertentu saja. Dengan kata lain, bahwa tidak semua subsektor dari PMA yang menanamkan

Tabel 12. Efek individu dari Metode FEM (Cross- section fixed & Period fixed)

modalnya di Indonesia akan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di

No. Sektor

Effect

Indonesia. Berdasarkan Tabel 10 tersebut dapat

1. _CROPLAN

dikatakan bahwa PMA hanya signifikan di 4 subsektor

2. _LVSTOK

sedangkan subsektor lainnya tidak mempunyai

3. _FISH

pengaruh yang signifikan, dengan penjelasan sebagai

1. Tanaman Pangan dan Perkebunan dengan

menunjukkan bahwa dengan meningkatnya PMA

8. _PAPER

maka akan meningkatkan PDB. Dengan begitu

9. _CHEMIRUB

semakin besar arus realisasi PMA untuk subsektor

semakin meningkatkan

pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dengan

13. _KONS

demikian, PMA subsektor Tanaman Pangan dan

14. _HOTL

Perkebunan mempunyai pengaruh positif dan

15. _TRANSP

Jurnal BPPK, Volume 7 Nomor 2, 2014 147 Jurnal BPPK, Volume 7 Nomor 2, 2014 147

di Indonesia.

2. Peternakan dengan koefisien slope negatif sebesar

8. Industri Kertas dan Percetakan dengan koefisien 0.025660

slope negatif sebesar 0.012409 menunjukkan meningkatnya PMA maka akan menyebabkan PDB

bahwa dengan meningkatnya PMA maka akan menurun. Dapat dikatakan bahwa meningkatnya

menyebabkan PDB menurun. Dapat dikatakan arus realisasi PMA untuk subsektor ini tidak akan

bahwa meningkatnya arus realisasi PMA untuk meningkatkan

akan meningkatkan Indonesia. Dengan demikian, PMA subsektor

pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dengan Peternakan mempunyai pengaruh negatif dan

demikian, PMA subsektor Industri Kertas dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi

Percetakan mempunyai pengaruh negatif dan di Indonesia.

tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi

3. Perikanan dengan koefisien slope negatif sebesar

di Indonesia.

9. Industri Kimia dan Farmasi, Karet dan Plastik meningkatnya PMA maka akan menyebabkan PDB

dengan koefisien slope negatif sebesar 0.138220 menurun. Dapat dikatakan bahwa meningkatnya

menunjukkan bahwa dengan meningkatnya PMA arus realisasi PMA untuk subsektor ini tidak akan

maka akan menyebabkan PDB menurun. Dapat meningkatkan

dikatakan bahwa meningkatnya arus realisasi PMA Indonesia. Dengan demikian, PMA subsektor

untuk subsektor ini tidak akan meningkatkan Perikanan mempunyai pengaruh negatif dan tidak

pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dengan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di

demikian, PMA subsektor Industri Kimia dan Indonesia.

Farmasi, Karet dan Plastik mempunyai pengaruh

4. Pertambangan dengan koefisien slope positif

signifikan terhadap sebesar 0.166304 menunjukkan bahwa dengan

pertumbuhan ekonomi di Indonesia. meningkatnya PMA maka akan meningkatkan

10. Industri Mineral Non Logam dengan koefisien PDB. Dengan begitu semakin besar arus realisasi

slope negatif sebesar 0.046215 menunjukkan PMA untuk subsektor ini maka akan semakin

bahwa dengan meningkatnya PMA maka akan meningkatkan

menyebabkan PDB menurun. Dapat dikatakan Indonesia. Dengan demikian, PMA subsektor

bahwa meningkatnya arus realisasi PMA untuk Pertambangan mempunyai pengaruh positif dan

akan meningkatkan signifikan di level 1% terhadap pertumbuhan

pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dengan ekonomi di Indonesia.

demikian, PMA subsektor Industri Mineral Non

5. Industri Makanan dengan koefisien slope positif Logam mempunyai pengaruh negatif dan tidak sebesar 0.237845 menunjukkan bahwa dengan

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di meningkatnya PMA maka akan meningkatkan

Indonesia.

PDB. Dengan begitu semakin besar arus realisasi

11. Industri Logam, Mesin dan Elektronik, Kendaraan PMA untuk subsektor ini maka akan semakin

Bermotor dan Alat Transportasi Lain dengan meningkatkan

negatif sebesar 0.135484 Indonesia.

menunjukkan bahwa dengan meningkatnya PMA subsektorIndustri Makanan mempunyai pengaruh

maka akan menyebabkan PDB menurun. Dapat positif dan signifikan di level 5% terhadap

dikatakan bahwa meningkatnya arus realisasi PMA pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

untuk subsektor ini tidak akan meningkatkan

6. Industri Tekstil, Barang Dari Kulit dan Alas Kaki pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dengan dengan koefisien slope negatif sebesar 0.081663

demikian, PMA subsektor Industri Logam, Mesin menunjukkan bahwa dengan meningkatnya PMA

dan Elektronik, Kendaraan Bermotor dan Alat maka akan menyebabkan PDB menurun. Dapat

Transportasi Lain mempunyai pengaruh negatif dikatakan bahwa meningkatnya arus realisasi PMA

dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan untuk subsektor ini tidak akan meningkatkan

ekonomi di Indonesia.

pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dengan

12. Industri Lainnya dengan koefisien slope negatif demikian, PMA subsektor Industri Tekstil, Barang

sebesar 0.029870 menunjukkan bahwa dengan Dari Kulit dan Alas Kaki mempunyai pengaruh

meningkatnya PMA maka akan menyebabkan PDB negatif

menurun. Dapat dikatakan bahwa meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

dan tidak

signifikan

terhadap

arus realisasi PMA untuk subsektor ini tidak akan

pertumbuhan ekonomi di sebesar 0.050681 menunjukkan bahwa dengan

7. Industri Kayu dengan koefisien slope negatif

meningkatkan

Indonesia. Dengan demikian, PMA subsektor meningkatnya PMA maka akan menyebabkan PDB

Industri Lainnya mempunyai pengaruh negatif dan menurun. Dapat dikatakan bahwa meningkatnya

tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi arus realisasi PMA untuk subsektor ini tidak akan

di Indonesia.

meningkatkan pertumbuhan

13. Konstruksi dengan koefisien slope positif sebesar Indonesia. Dengan demikian, PMA subsektor

ekonomi

di

menunjukkan bahwa dengan Industri Kayu mempunyai pengaruh negatif dan

meningkatnya PMA maka akan meningkatkan

148 Jurnal BPPK, Volume 7 Nomor 2, 2014

PDB. Dengan begitu semakin besar arus realisasi

Tabel 14. Hasil Estimasi Regresi dengan Metode FEM-

PMA untuk subsektor ini maka akan semakin

13 Sektor (Cross-section fixed)

meningkatkan pertumbuhan

ekonomi

di

Dependent Variable: LGDP

Indonesia. Namun demikian, PMA subsektor

Method: Panel Least Squares

Konstruksi ini mempunyai pengaruh positif tetapi

Date: 08/16/14 Time: 17:36 Sample: 1994 2013

tidak signifikan di level 1%, 5% maupun 10%

terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Periods included: 20

Cross-sections included: 13

14. Perdagangan dan Reparasi, serta Hotel dan Total panel (balanced) observations: 260 Restoran dengan koefisien slope positif sebesar

Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. 0.116716

Variable

C 10.81540 0.109468 98.79984 0.0000 meningkatnya PMA maka akan meningkatkan

-0.014659 0.016388 -0.894496 0.3719 PDB. Dengan begitu semakin besar arus realisasi PMA untuk subsektor ini maka akan semakin

LFDI

Effects Specification

meningkatkan pertumbuhan ekonomi di

Cross-section fixed (dummy variables) Indonesia. Namun demikian, PMA subsektor Perdagangan dan Reparasi, serta Hotel dan

0.951671 Mean dependent var 10.71856 Restoran ini mempunyai pengaruh positif tetapi

R-squared

Adjusted R-squared

0.949118 S.D. dependent var 1.159176

tidak signifikan di level 1%, 5% maupun 10% 0.261477 Akaike info criterion 0.207402

S.E. of regression

16.81908 Schwarz criterion 0.399131 terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Sum squared resid

Log likelihood

-12.96226 Hannan-Quinn criter. 0.284480

372.6277 Durbin-Watson stat 0.493808 koefisien

15. Transportasi, Gudang dan Komunikasi dengan

Prob(F-statistic)

menunjukkan bahwa dengan meningkatnya PMA Sumber: Hasil Olahan Eviews 8 (2014) maka akan meningkatkan PDB. Dengan begitu semakin besar arus realisasi PMA untuk subsektor

berjumlah 13 cross section dengan total observasi ini

menjadi 260. Dari Tabel 14 tersebut terlihat juga pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dengan

maka akan

semakin

meningkatkan

bahwa ketika ke 4 subsektor tersebut dikeluarkan dari demikian, PMA subsektor Transportasi, Gudang

pengamatan,maka koefisien slope dari variabel LFDI dan Komunikasi ini mempunyai pengaruh positif

menjadi negatif dan nilai p-value menjadi lebih besar dan signifikan di level 1% terhadap pertumbuhan

dari 5% yang mengindikasikan bahwa variabel LFDI ekonomi di Indonesia.

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

16. Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran variabel LGDP. Dengan kata lain ketika 4 subsektor dengan koefisien slope positif sebesar 0.014634

tersebut dikeluarkan dari observasi maka PMA menunjukkan bahwa dengan meningkatnya PMA

menjadi tidak berpengaruh signifikan terhadap maka akan meningkatkan PDB. Dengan begitu

pertumbuhan ekonomi.

semakin besar arus realisasi PMA untuk subsektor Singkatnya, hasil empiris dengan menggunakan ini

Pendekatan Efek Tetap menunjukkan bukti kuat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Namun

maka akan

semakin

meningkatkan

bahwa PMA mempunyai pengaruh positif dan demikian, PMA subsektor Perumahan, Kawasan

signifikan terhadap GDP pada tingkat signifikansi 5% Industri

dimana terlihat bahwa tidak semua subsektor dari pengaruh positif tetapi tidak signifikan di level 1%,

dan Perkantoran

ini

mempunyai

PMA tersebut yang berpengaruh positif dan signifikan 5% maupun 10% terhadap pertumbuhan ekonomi

terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari hasil regresi per di Indonesia.

sektor dengan menggunakan pendekatan Efek Tetap

17. Jasa Lainnya dengan koefisien slope positif sebesar dengan spesifikasi efek menggunakan cross section 0.082212

fixed effect ditunjukkan bahwa subsektor Tanaman meningkatnya PMA maka akan meningkatkan

Pangan dan Perkebunan, Pertambangan, Industri PDB. Dengan begitu semakin besar arus realisasi

makanan, serta Transportasi, Gudang dan Komunikasi PMA untuk subsektor ini maka akan semakin

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap meningkatkan

pertumbuhan ekonomi.

Indonesia. Namun demikian, PMA subsektor Jasa

Lainnyaini mempunyai pengaruh positif tetapi

5. KESIMPULAN

model data panel terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

tidak signifikan di level 1%, 5% maupun 10%

Berdasarkan

estimasi

menggunakan pendekatan PLS menunjukkan bahwa Selanjutnya, untuk membuktikan bahwa 4

variabel LFDI mempunyai pengaruh signifikan subsektor tersebut memang mempunyai pengaruh

terhadap variabel LGDP untuk seluruh sektor. Hal yang signifikan dan positif terhadap pertumbuhan

serupa juga ditunjukkan dengan menggunakan Model ekonomi, dapat dilakukan dengan melakukan estimasi

Efek Tetap dimana LFDI mempunyai pengaruh positif regresi dengan data cross section tanpa 4 subsektor

dan signifikan terhadap LGDP pada tingkat signifikan tersebut sebagaimana terlihat pada Tabel 14.

5% dengan intersep yang berbeda antar sektor. Dalam Tabel 14 tersebut terlihat bahwa dengan

Dengan menggunakan Model Efek Acak, variabel LFDI mengeluarkan ke-4 subsektor tersebut dari observasi

berpengaruh secara signifikan terhadap LGDP di maka jumlah cross secion penelitian menjadi

tingkat signifikan 5%. Dari seluruh estimasi model

Jurnal BPPK, Volume 7 Nomor 2, 2014 149 Jurnal BPPK, Volume 7 Nomor 2, 2014 149

Selain itu, pemberian insentif pajak, misalnya LGDP.

penyusutan dipercepat, dapat digunakan untuk Selanjutnya, untuk mengetahui model mana yang

menarik PMA di sektor tertentu (misalnya, sektor memberikan

kerja tinggi dan mejelaskan data digunakan Uji Chow atau Uji

pertumbuhan tinggi) atau dalam kegiatan tertentu Likelihood Ratio dan Uji Hausman.Hasil dari uji

(misalnya, R & D). Sebagaimana diketahui bahwa tersebut menunjukkan bahwa pendekatan FEM

insentif pajak untuk kegiatan R & D digunakan oleh menunjukkan performance yang lebih baik dalam

negara untuk mendorong akumulasi menjelaskan data dibanding dengan pendekatan PLS

beberapa

pengetahuan atau transfer teknologi. dan REM. Dengan demikian untuk melakukan analisis

Kebijakan insentif harus diberikan hanya untuk hasil regresi digunakan Model EfekTetap.

sektor-sektor tertentu yang memiliki dampak positif Hasil empiris menggunakan Pendekatan Efek

dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Tetap menunjukkan bukti kuat bahwa PMAmempunyai

Indonesia sehingga dapat memaksimalkan manfaat pengaruh positif dan signifikan terhadap GDP pada

dari PMA di negara tuan rumah. Studi ini memberikan tingkat signifikansi 5% dimana terlihat bahwa tidak

kontribusi wacana apakah insentif untuk PMA dapat semua subsektor dari PMA tersebut yang berpengaruh

diterapkan satu untuk semua atau hanya untuk sektor- positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

sektor tertentu yang memiliki dampak positif terhadap Dari hasil regresi per sektor dengan menggunakan

pertumbuhan ekonomi (mendukung beberapa sektor). pendekatan Efek Tetap dengan spesifikasi efek

Berdasarkan hasil empiris penelitian ini, pemerintah menggunakan cross section fixed effect ditunjukkan

Indonesia harus memberikan kebijakan insentif lebih bahwa subsektor Tanaman Pangan dan Perkebunan,

khusus terhadap subsektor Tanaman Pangan dan Pertambangan, Industri makanan, serta Transportasi,

Perkebunan, Pertambangan, Industri makanan, serta Gudang dan Komunikasi berpengaruh secara positif

Transportasi, Gudang dan Komunikasi.Dengan kata dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini

lain, penelitian ini mengusulkan bahwa pemerintah menunjukkan

Indonesia harus lebih selektif dalam memberikan signifikan terhadap GDP berasal dari sektor primer,

bahwa PMAmempunyai

pengaruh

insentif pajak untuk menarik PMA menanamkan sekunder, dan juga sektor tersier.

modalnya di Indonesia.

Terkait dengan akan diimplementasikannya

6. IMPLIKASI DAN KETERBATASAN

pasar tunggal ASEAN di tahun 2015, hal pertama yang Efek dari PMA terhadap pertumbuhan ekonomi

harus diatasi dengan segera adalah mengurangi defisit tergantung pada banyak faktor. Ini bervariasi

neraca perdagangan. PMA diharapkan dapat berperan berdasarkan waktu dan dari satu negara ke negara

besar untuk memenuhi kebutuhan domestik sehingga yang lain. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa efek

akan mengurangi impor dan meningkatkan ekspor. PMA terhadap pertumbuhan ekonomi dapat berbeda-

Dengan semakin meningkatnya ekspor maka akan beda dan memiliki beberapa implikasi. Apabila

meningkatkan pendapatan nasional Indonesia. Selain ditemukan bukti bahwa PMA mempunyai pengaruh

itu, dengan berkurangnya impor dari luar negeri untuk signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, maka

memenuhi kebutuhan domestik, diharapkan dapat implikasi kebijakannya adalah bahwa negara tuan

mengatasi defisit neraca perdagangan sehingga rumah harus menyediakan aturan dan kebijakan untuk

Indonesia siap untuk menghadapi pasar tunggal menarik PMA tersebut.

ASEAN yang akan diimplementasikan pada tahun Dengan menggunakan data sektoral, penelitian

ini mampu menemukan non-keseragaman dampak Keterbatasan dari penelitian ini adalah analisis PMA lintas sektor terhadap pertumbuhan ekonomi di

dilakukan hanya dengan menggunakan satu variabel Indonesia. Hasil empiris berdasarkan data panel dalam

bebas saja yaitu realisasi Penanaman Modal Asing mata uang Rupiah menunjukkan bukti pengaruh

(LFDI) dikarenakan adanya keterbatasan ketersediaan signifikan dari realisasi PMA terhadap pertumbuhan

data yang dimiliki untuk melakukan penelitian. Studi ekonomi di sektor primer (Tanaman Pangan dan

ini juga hanya melakukan penelitian dengan Perkebunan, serta Pertambangan), di sektor sekunder

menggunakan data yang seluruhnya dikonversi ke (Industri

dalam mata uang Rupiah dan tidak melakukan (Transportasi, Gudang dan Komunikasi). Studi ini

penelitian untuk mata uang US Dollar, sehingga menemukan

dimungkinkan adanya hasil analisis yang berbeda. keuntungan kepada Indonesia.

Selain itu, penelitian ini hanya dilakukan untuk Dukungan dari pemerintah Indonesia untuk

mencari hubungan satu arah pengaruh PMA terhadap menerapkan kebijakan yang lebih berorientasi ke luar

pertumbuhan ekonomi namun tidak melakukan dibutuhkan di sektor ini. Implikasi kebijakan adalah

penelitian terkait pengaruh pertumbuhan ekonomi bahwa pemerintah Indonesia harus membuat suatu

terhadap PMA.

aturan atau kebijakan terhadap PMA tersebut,

contohnya regulasi insentif pajak termasuk proses

administrasi yang lebih mudah untuk mendapatkan

insentif, sehingga dapat menarik PMA dari subsektor

150 Jurnal BPPK, Volume 7 Nomor 2, 2014

Ghosh, M., & Wang, W. (2010).Does PMA accelerate

DAFTAR PUSTAKA

economic growth? The OECD experience based on panel data estimates for the period

Afonso, A., & Rault,C. (2009). Bootstrap panel Granger- 1980 –2004. Global Economy Journal, 9(4), causality between government spendingand

1.doi: 10.2202/1524-5861.1496. revenue in the EU (Working Paper No.

Gujarati, Damodar N. (2003). Basic Econometrics Edisi 944).The William Davidson Institute.

Keempat.McGraw-Hill. New York. Alfaro, L. (2003). Foreign direct investment and growth:

Hansen, H., & Rand, J. (2006). On the causal links does the sector matter? (Working Paper).

between PMA and growth in developing Harvard University, Harvard Business School.

countries. World Economy, 29 (1), 21 –41. doi: Anyamele, O. D. (2010). Foreign direct investment,

10.1111/j.1467-9701.2006.00756.x exports, and education on economic growth in

Khaliq, A., & Noy, I. (2007). Foreign direct investment sub-saharan African. International Research

and economic growth: Empirical evidence from Journal of Finance and Economics, 51, 38 –49.

sectoral data in Indonesia (Working Paper Asafu, A., J. (2000). The effect of foreign direct

200726). University of Hawai at Manoa, investment on Indonesian economic growth,

Department of Economics. Retrieved January 1960 –1996. Economic Analysis and Policy, 30,

2012, from

49 –62. http://www.economics.hawaii.edu/research/ Balasubramanyam, V. N., Salisu, M., & Spasford D.

workingpapers/WP_07-26.pdf. (1996). Foreign direct investment and growth

Lall S. (2002). PMA and development: Research issues in EP and IS countries. Economic Journal, 106,

in the emerging context.In Bora B. (Ed.).

92 –105. Foreign direct investment research issues. Baltagi,B. (2005). Econometric Analysis of Panel

London, New York: Routledge. Data.John Wiley & Sons. New York.

Li, X., &Liu, X. (2005). Foreign direct investment and Bengoa, M., & Sanchez-Robles, B. (2003). PMA,

economic growth: An increasingly endogenous economic freedom, and growth: New evidence

relationship. World Development, 33(3), 393- from Latin America. European Journal of

Political Economy, 19, 529 –545. Lipsey, R. E., &Sjöholm, F. (2010). Foreign direct Blomström, M., & Kokko, A. (2001). Foreign direct

investment and growth in East Asia: Lessons for investment and spillovers of technology.

Indonesia (Working Paper Series 852). International

Research Institute of Industrial Economics. Management, 22(5 –6), 435–454.

Loungani, P., & Razin, A. (2001). How beneficial is Blundell, R., & Bond, S. (1998). Initial conditions and

foreign direct investment for developing moment restrictions in dynamic panel data

countries? Finance and Development, 38(2), 6 – models. Journal of Econometrics, 87, 115 –143.

Borensztein, E., De Gregorio, J., & Lee, J.-W. (1998). Nair-Reichert, U., & Weinhold, D. (2001). Causality How does foreign direct investment affect

tests for cross-country panels: a new look at economic growth? Journal of International

PMA and economic growth in developing Economics, 45, 115 –135.

countries. Oxford Bulletin of Economics and Carkovic, M., & Levine, R. (2002).Does foreign direct

Statistics, 63(2), 153 –171. investment

Neuhaus, M. (2006). The impact of PMA on economic growth?(Working

accelerate

economic

growth: An analysis for the transition Minnesota.

countries of Central and Eastern Europe. In Choe, J. I. (2003). Do foreign direct investment and

Contributions to Economics (Vol. XII, pp. 1 – gross domestic investment promote economic

196). Heidelberg, Physica-Verlag. growth? Review of Development Economics,

Razin, A., Sadka, E., & Yuen, C. (1999). An information- 7(1), 44 –57.

based model of PMA: The gains from trade Chowdhury, A. R., & Mavrotas, G. (2003). PMA and

revisited (NBER Working Paper No. 6884). growth: what causes what? The World

National Bureau of Economic Research, Inc. Economy, 29(1), 9 –20.

Sjöholm, F. (1999). Economic recovery in Indonesia: The De Mello Jr., L. R. (1997). Foreign direct investment in

challenge of combining PMA and regional developing countries and growth: A selective

development (Working Paper No. 347). survey. Journal of Development Studies, 34(1),

Stockholm School of Economics.

1 –34. Solow, R. M. (1956). A Contribution to the Theory of De Mello Jr., L. R. (1999). Foreign direct investment-led

Economic Growth. Quarterly Journal of growth: Evidence from time series and panel

Economics, 70 (1): 65-94. data. Oxford Economic Papers, 51(1), 133 –151.

Thee, K. W. (2001). The role of foreign direct Duasa, J. (2007). Malaysian foreign direct investment

Indonesia's industrial and growth: Does stability matter? The Journal

investment

in

technology development. International Journal of Economic Cooperation, 28(2), 83 –98.

of Technology Management, 22(5 –6), 583– 598.

Jurnal BPPK, Volume 7 Nomor 2, 2014 151

Todaro, M. P., & Stephen, S. C. (2003). Economic development. (8th ed.). New York: Addison

Wesley. Vadlamannati, K. C., & Tamazian, A. (2009). Growth effects of PMA in 80 developing economies: The role of policy reform and institutional constraints. Journal of Economic Policy Reform, 12(4), 299 –322.

Vu, T. B., & Noy, I. (2009). Sectoral analysis of foreign direct investment and growth in the developed countries. Journal of International Financial Markets, Institutions and Money, 19(2), 402 –413.

Wang, M. (2002). Manufacturing PMA and economic growth: Evidence from Asian economies

[mimeo]. Department

of

Economics,

University of Oregon. Zakaria, Z. (2009). Empirical evidence on the causality relationship

investment and economic growth in the developing

Malaysia, 43(1), 27 –52. Zhang, K. H. (2001). Does foreign direct investment promote economic growth? Evidence from East Asia and Latin America. Contemporary Economic Policy, 19(2), 175 –185.

152 Jurnal BPPK, Volume 7 Nomor 2, 2014

Jurnal BPPK, Volume 7 Nomor 2, 2014 153

Jurnal BPPK, Volume 7 Nomor 2, 2014, Halaman 153-164

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

JURNAL BPPK