Tinjauan Tentang Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)

d. Pelaksanaan Program RSBI

Sebagai suatu sistem pendidikan, setiap sekolah (SD, SMP, SMA dan SMK) yang telah menyelenggarakan program RSBI dan/ atau SBI harus memenuhi berbagai komponen yang sekaligus menjadi sasaran untuk pencapaian tujuan pendidikan, yaitu terdiri dari komponen akreditasi, komponen kurikulum, komponen standar kompetensi lulusan, komponen pembelajaran, komponen penilaian, komponen tenaga Sebagai suatu sistem pendidikan, setiap sekolah (SD, SMP, SMA dan SMK) yang telah menyelenggarakan program RSBI dan/ atau SBI harus memenuhi berbagai komponen yang sekaligus menjadi sasaran untuk pencapaian tujuan pendidikan, yaitu terdiri dari komponen akreditasi, komponen kurikulum, komponen standar kompetensi lulusan, komponen pembelajaran, komponen penilaian, komponen tenaga

Menurut Dirjen Mendikdasmen (2009) pelaksanaan program Rintisan SMA Bertaraf Internasional meliputi sebelas komponen sebagai berikut:

1) Akreditasi.

2) Pengembangan Kurikulum (KTSP).

3) Proses pembelajaran.

4) Peningkatan mutu penilaian.

5) Peningkatan mutu kompetensi lulusan.

6) Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan.

7) Sarana dan prasarana pendidikan.

11) Sosialisasi program Rintisan SMA Bertaraf Internasional.

(hlm. 18)

Pengembangan Rintisan SMA Bertaraf Internasional Bertaraf Internasional (RSMABI) berdasarkan Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/ Madrasah Bertaraf Internasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang dikeluarkanMenteri Pendidikan Nasional tanggal 27 Juli 2007 terdiri dari dua fase, yaitu fase rintisan dan fase kemandirian. Fase rintisan terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pengembangan (pendampingan) dan tahap konsolidasi. Tahap pengembangan (pendampingan) berlangsung selama 3 tahun mencakup pengembangan kemampuan SDM dan modernisasi manajemen serta kelembagaan. Tahap konsolidasi berlangsung selama 2 tahun, pada tahap ini sekolah diharapkan telah menemukan praktek-praktek yang baik (the best practices ), inovasi, serta kreasi keunggulan yang mendukung pengembangan tahap berikutnya. Upaya ini dapat dilakukan melalui diskusi secara terbatas dalam lingkungan sekolah maupun diskusi secara luas melalui lokakarya atau seminar. Selain itu, sekolah diharapkan dapat menemukan kendala dan pelajaran-pelajaran yang dapat dipetik selama

bertaraf internasional diharapkan telah dapat bersaing secara internasional yang ditunjukkan dengan kemampuan yang tangguh dalam kurikulum, proses belajar mengajar, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, pembiayaan, pengelolaan, serta kempemimpinan sehingga dapat menghasilkan lulusan yang berdaya saing internasional. Dengan kata lain, sekolah bertaraf internasional telah memiliki kemampuan dan kesanggupan untuk mengembangkan dirinya secara mandiri dan bersaing di forum internasional. Indikasi bahwa sekolah bertaraf internasional telah mencapai fase kemandirian antara lain (1) tumbuhnya prakarsa sendiri untuk memajukan sekolah bertaraf internasional, (2) kemampuan berpikir dan kesanggupan bertindak secara kreatif dalam penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional, (3) kemantapan sebagai sekolah bertaraf internasional untuk bersaing di forum internasional.

Berikut adalah uraian masing-masing komponen pada pelaksanaan program Rintisan SMA Bertaraf Internasional, antara lain:

1) Akreditasi Mutu setiap sekolah bertaraf internasional dijamin dengan keberhasilan memperoleh akreditasi yang sangat baik dalam bentuk serifikat berpredikat A dari BAN S/M (Badan Akreditasi Nasional Sekolah/ Madrasah) dengan perolehan nilai minimal 95. Selain itu, terdapat pencapaian hasil akreditasi internasional dalam bidang pendidikan dari salah satu lembaga di negara maju.

2) Pengembangan Kurikulum (KTSP) Pada tahap pendampingan, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada RSBI dan/ atau SBI disusun berdasarkan standar isi dan standar kompetensi lulusan yang ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. RSBI dan/ atau SBI menggunakan kurikulum yang diperkaya dengan cara mengadopsi dan/ atau mengadaptasi kurikulum

beberapa alternatif, antara lain: alternatif pertama dengan mengembangkan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan indikator dari beberapa mata pelajaran yaitu Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Bahasa Inggris dan mata pelajaran lainnya, sedangkan alternatif kedua adalah dengan mengembangkan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) tambahan, untuk dijadikan mata pelajaran tertentu. Cakupan serta kedalaman Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) tersebut disesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing. Idealnya, sekolah mampu mengembangkan SK, KD, dan SKL sesuai dengan standar yang ada dan berlaku di sekolah bertaraf internasional. Selain itu, pengayaan muatan kurikulum berbentuk sumber belajar, buku teks siswa, buku pegangan guru, student worksheet, dan bahan ajar elektronik (seperti; video cassette, compact disc, audio cassette dan digital video disc). Menerapkan sistem administrasi akademik berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) serta mengembangkan kesiapan sekolah dalam menerapkan Sistem Kredit Semester (SKS). Pada tahap konsolidasi sekolah melaksanakan dan meningkatkan kualitas hasil yang sudah dikembangkan pada tahap pengembangan. Oleh karena itu, hal terpenting dalam proses ini adalah melakukan refleksi terhadap pelaksanaan kegiatan untuk keperluan penyempurnaan. Selain itu, melakukan realisasi program kemitraan dengan sekolah mitra dalam dan luar negeri serta lembaga sertifikasi pendidikan internasional.

3) Proses Pembelajaran Proses pembelajaran yang tercipta di RSBI dan/ atau SBI harus interaktif, inspiratif, menyenangkan dan menantang sehingga dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif. Mutu proses 3) Proses Pembelajaran Proses pembelajaran yang tercipta di RSBI dan/ atau SBI harus interaktif, inspiratif, menyenangkan dan menantang sehingga dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif. Mutu proses

a) Pendampingan Tahun I

(1) 20% pelaksanaan pembelajaran telah mengacu pada standar

proses SMA bertaraf internasional. (2) 20% pembelajaran mata pelajaran dilakukan secara bilingual. (3) 20% pelaksanaan pembelajaran bilingual telah dilengkapi

perangkat pembelajaran berdasarkan potensi, karakteristik peserta didik, dan lingkungan sekolah.

(4) 20% pembelajaran bilingual telah menggunakan media pembelajaran yang inovatif dan/ atau berbasis TIK. (5) Intensitas pendampingan (In-house training) oleh tenaga ahli (dosen) dengan proporsi minimal 2 kali seminggu. (6) 20% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang dengan

berpusat pada siswa (student centered). (7) 20% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang secara terintegrasi dan berbasis masalah (integrated and problem- based instruction )

b) Pendampingan Tahun II

(1) 50% pelaksanaan pembelajaran telah mengacu pada standar

proses.

perangkat pembelajaran berdasarkan potensi dan karakteristik peserta didik dan lingkungan sekolah .

(4) 50% pembelajaran bilingual telah menggunakan media pembelajaran yang inovatif dan/ atau berbasis TIK. (5) Intensitas pendampingan (In-house training) oleh tenaga ahli (dosen) dengan proporsi sekali dalam seminggu. (6) 50% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang dengan

berpusat pada siswa (student centered). (7) 50% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang secara terintegrasi dan berbasis masalah (integrated and problem- based learning ).

c) Pendampingan Tahun III

Pada tahap ini sekolah sudah mempunyai perangkat pembelajaran sesuai dengan standar proses yang telah dikembangkan.

(1) 100% pelaksanaan pembelajaran telah mengacu pada standar

proses. (2) 100% pembelajaran dilakukan secara bilingual . (3) 100% pelaksanaan pembelajaran bilingual telah dilengkapi

perangkat pembelajaran berdasarkan potensi dan karakteristik peserta didik dan lingkungan sekolah.

(4) 100% pembelajaran bilingual telah menggunakan media pembelajaran yang inovatif dan/ atau berbasis TIK . (5) Intensitas pendampingan (In-house training)/IHT oleh tenaga ahli (dosen) dengan proporsi sekali dalam sebulan. (6) 100% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang dengan

berpusat pada siswa (student centered). (7) 100% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang secara terintegrasi dan berbasis masalah (integrated and problem- based learning ).

Penilaian pada program Rintisan SMA bertaraf internasional mencakup dua aspek, yakni penilaian hasil belajar dan penilaian program. Kedua jenis penilaian ini berfungsi sebagai strategi pengumpulan data dalam rangka pemantauan maupun pengambilan keputusan tentang siswa dan pelaksanaan program.

(a) Penilaian Hasil Belajar Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, rintisan SMA bertaraf internasional sebagai sekolah di Indonesia wajib mengikuti ketentuan standar penilaian yang berlaku secara nasional. Namun demikian karena rintisan SMA bertaraf internasional adalah sekaligus juga sekolah yang merujuk sekolah bertaraf internasional, maka sekolah harus memfasilitasi para siswa yang ingin mengikuti ujian internasional untuk mendapatkan ijazah / sertifikat internasional guna melanjutkan pendidikan di luar negeri.

(b) Penilaian Program Penilaian program merupakan bagian integral dalam program rintisan SMA bertaraf internasional. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara rencana yang telah ditetapkan dengan proses dan hasil yang dicapai. Kegiatan penilaian ini meliputi kegiatan pemantauan (monitoring) dan evaluasi. Kegiatan monitoring dan evaluasi juga dilakukan oleh pihak eksternal seperti Depdiknas, Dinas Pendidikan Provinsi, dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

5) Peningkatan Mutu Kompetensi Lulusan Penetapan kompetensi lulusan RSBI dan/ atau SBI menerapkan standar kelulusan yang lebih tinggi daripada standar nasional pendidikan, meraih prestasi tingkat internasional pada bidang sains, 5) Peningkatan Mutu Kompetensi Lulusan Penetapan kompetensi lulusan RSBI dan/ atau SBI menerapkan standar kelulusan yang lebih tinggi daripada standar nasional pendidikan, meraih prestasi tingkat internasional pada bidang sains,

6) Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Dalam rangka peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM) sekolah harus mengembangkan program peningkatan kompetensi guru melalui peningkatan kualifikasi pendidikan guru, minimal 30% guru berpendidikan S2/ S3 dari perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi A dengan program studi sesuai dengan mata pelajaran yang diampu dan diajarkan disekolah. Selain itu, kompetensi guru dalam pengelolaan sistem pembelajaran perlu ditingkatkan untuk menuju pada proses pembelajaran yang setara dengan proses pembelajaran pada sekolah unggul bertaraf internasional. Oleh karena itu, sekolah perlu mengembangkan kompetensi bahasa Inggris dan kompetensi pada bidang TIK terutama untuk kelompok guru sains dan matematika. Peningkatan mutu SDM dilakukan dengan melalui kegitan pelatihan dalam bentuk pemagangan, studi banding, workshop (on the job training atau off the job training) dan seminar yang diadakan oleh masing-masing sekolah atau bekerja sama dengan lembaga pendidikan di luar sekolah yang memiliki kewenangan dan kompetensi yang relevan.

7) Sarana dan Prasarana Pendidikan RSBI dan/ atau SBI secara bertahap harus memenuhi standar sarana dan prasarana agar dapat mendukung efektifitas proses pembelajaran yang setara dengan proses pembelajaran sekolah unggul di salah satu negara maju. Terdapat bebarapa pengembangan sarana dan prasarana, antara lain: pengembangan perpustakaan yang perlu dilengkapi dengan buku-buku pelajaran berbahasa Inggris, buku referansi, jurnal

memperluas dan memperdalam pengetahuan, serta melahirkan kreatifitas. Ketersediaan laboratorium yang memadai dapat menunjang proses pembelajaran, seperti laboratorium fisika, biologi, dan kimia yang setiap sekolah bertaraf internasional harus memilikinya masing-masing minimal satu; laboratorium bahasa; laboratorium multimedia; laboratorium komputer yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa; dan laboratorium Ilmu Pengetahuan Sosial. Untuk pengembangan diri guru baik secara indivual maupun kelompok diperlukan Teacher Resource & Reference Centre guna membahas masalah yang dihadapi guru dalam pembelajaran, berlatih menggunakan alat, dan persiapan untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas. Selanjutnya sekolah bertaraf internasional harus dilengkapi dengan sarana lainnya seperti ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang TU, ruang BK, ruang OSIS dan ruang serba guna yang dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis TIK. Selain itu juga dilengkapi dengan ruang UKS, kantin, ruang ibadah, WC, koperasi, ruang kesenian, gudang, lapangan upacara dan olahraga dalam jumlah yang memadai dan berfungsi dengan baik.

8) Pengelolaan Pengelolaan RSBI dan/ atau SBI menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas. Kultur sekolah yang perlu mendapat perhatian adalah menegakkan disiplin, budaya baca, semangat kompetitif, kejujuran, sopan santun, budaya malu dan kekeluargaan. Untuk mendukung itu sekolah juga perlu menciptakan lingkungan yang sehat dan kondusif dengan lebih meningkatkan kebersihan, kerapian, keamanan, keindahan, dan kerindangan. Administrasi sekolah meliputi proses pembelajaran, kurikulum, ketenagaan, kesiswaan, sarana prasarana, dan keuangan, harus dilakukan secara 8) Pengelolaan Pengelolaan RSBI dan/ atau SBI menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas. Kultur sekolah yang perlu mendapat perhatian adalah menegakkan disiplin, budaya baca, semangat kompetitif, kejujuran, sopan santun, budaya malu dan kekeluargaan. Untuk mendukung itu sekolah juga perlu menciptakan lingkungan yang sehat dan kondusif dengan lebih meningkatkan kebersihan, kerapian, keamanan, keindahan, dan kerindangan. Administrasi sekolah meliputi proses pembelajaran, kurikulum, ketenagaan, kesiswaan, sarana prasarana, dan keuangan, harus dilakukan secara

9) Pembiayaan Sumber pembiayaan RSBI dan/ atau SBI berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Tahun 200 8 tentang Pendanaan Pendidikan, “Biaya penyelenggaraan SBI berasal dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/ Kota, orang tua siswa, pihak asing yang tidak

mengikat, Dunia usaha dan Dunia industri (DU/ DI)”. Pada tahap pendampingan dan konsolidasi pembiayaan program RSMABI masih menekankan pada subsidi dari pemerintah, baik pusat maupun daerah dengan penerapan sistem block grant.

10) Kesiswaan Kualitas siswa di RSBI dan/ atau SBI harus diperhatikan sejak pada saat penerimaaan siswa baru sampai pada proses dan kegiatan pembinaan siswa hingga lulus.

Menurut Dirjen Mendikdasmen (2009), Tahapan seleksi yang digunakan pada program Rintisan SMA Bertaraf Internasional, antara lain:

a. Seleksi Administrasi, meliputi:

1) Nilai rapor SMP kelas VII sampai dengan kelas IX untuk mata pelajaran Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris rata-rata minimal 7,5.

2) Penghargaan prestasi akademik.

3) Sertifikat dari lembaga kursus bahasa Inggris.

b. Achievement Test, meliputi: Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan IPS dengan skor minimal 7 (rentang nilai 0-10).

c. Tes kemampuan bahasa Inggris, meliputi: reading, listening, writiing, dan speaking dengan skor minimal 7 (rentang nilai 0- 10).

d. Lulus tes psikologi (psycho test), meliputi: minat dan bakat (aptitude test) dan kepribadian (personality test).

e. Wawancara kepada siswa dan orang tua. Wawancara dengan siswa dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana minat siswa

Wawancara dengan orangtua dimaksudkan untuk mengetahui minat dan dukungan orangtua. (hlm. 81)

11) Sosialisasi Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional

Sosialisasi program RSBI di SMA dilakukan agar program yang direncanakan mendapat dukungan dari pemangku kepentingan (stakeholder). Sosialisasi ini mengikutsertakan kepala sekolah, guru, tenaga administrasi sekolah, komite sekolah, pengawas sekolah, pejabat dinas pendidikan, pemerintah daerah, komisi bertaraf internasional, dan dewan pendidikan. Materi sosialisasi meliputi rasional, tujuan, manfaat, arah pengembangan program RSBI dan peran lembaga terkait terhadap keberhasilan dan keberlanjutan program rintisan SMA bertaraf internasional.

e. Kendala-Kendala Pelaksanaan RSBI

Pada umumnya pelaksanaan program RSBI dan/ atau SBI di tingkat sekolah menengah masih terdapat kekurangan yang berdampak terhadap mutu pendidikan maupun bagi kemajuan pendidikan. Berdasarkan hasil temuan studi awal Balitbang Kementerian Pendidikan Nasional pada bulan Agustus 2010 terhadap sejumlah sekolah RSBI di enam provinsi menunjukkan potret kesuraman, terbukti penguasaan materi (content knowledge), paedagogis, serta bahasa Inggris para guru dan kepala sekolah yang berhasil direkam oleh instrumen tes Puspendik menunjukkan hasil pada tingkatan medokerdan (lebih rendah). Sebagai contoh, skor rerata guru biologi kelas RSBI hanya memperoleh 4,6 sedangkan guru kelas reguler memperoleh skor 6,0 dan hasil tes bahasa Inggris kepala sekolah beserta guru menunjukkan kemampuan pada kategori novice (beginner). Menurut Haryana (2007) terdapat beberapa kendala dalam implementasi RSBI, antara lain:

1) Kurikulum sekolah RSBI pada umumnya belum mampu secara maksimal mengadopsi dan beradaptasi dengan kurikulum dari 1) Kurikulum sekolah RSBI pada umumnya belum mampu secara maksimal mengadopsi dan beradaptasi dengan kurikulum dari

3) Kualifikasi akademik guru S-2 dan tenaga administrasi masih belum memenuhi sesuai ketentuan dan masih terkait dengan keterbatasan dalam pendanaan.

4) Dukungan dana untuk memenuhi kebutuhan sarana prasarana yang berstandar internasional baik dari pemerintah kabupaten maupun dari komite sekolah masih belum sesuai dengan harapan.

Adanya kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan Sekolah Bertaraf Internasional tersebut maka diperlukan suatu upaya untuk mengatasinya.

Haryana (2007) menyatakan bahwa untuk mengatasi kendala- kendala dalam pengimplementasian RSBI, sekolah dapat melakukan cara-cara sebagai berikut:

1) Sikap dan SDM: kerja keras, kursus, IHT (In House Tranning),

workshop .

2) Kurikulum dan pembelajaran: mengadopsi dan/ atau mengadaptasi kurikulum Cambridge dengan krikulum nasional, perangkat pembelajaran, PBM, dan alat evaluasi bilingual dan berbasis IT.

3) Anggaran dan sarana/ prasarana: moving class, penjadualan,

kerja sama dengan pihak ketiga.

4) Fasilitator kurang aktif untuk dapat sharing dengan fasilitator

yang aktif.

5) Mengubah pola pikir : memperbaiki PBM, kepala sekolah

bersikap informatif dan terbuka.

6) Perubahan kebijakan sekolah berupa komitmen yang tinggi

dari tim RSBI sekolah.

Selain itu, Direktor Pembinaan SMA menentukan beberapa kebijakan pokok untuk lebih meningkatkan efektivitas program RSBI, diantaranya yaitu:

1) Pelaksanaan RSBI berarti mengembangkan sekolah yang fokus

pada mutu.

2) Peningkatan derajat mutu diaktualisasikan dalam indikator

pemenuhan standar.

3) Mutu berarti memenuhi kriteria target mutu tiap standar.

4) Pembaharuan mutu merupakan bagian dari perubahan budaya, membiasakan kegiatan yang bermakna terhadap terwujudnya mutu lulusan.

baik dan benar.

6) Penggunaan bahasa inggris sebagai pengantar dapat dilakukan oleh pendidik yang berkompeten dalam berbahasa Inggris serta teruji.

7) Pengembangan RSBI adalah sekolah yang menjamin siswanya menguasai bahasa Inggris dan peningkatan kompetensi siswa dilakukan oleh ahlinya.

8) Warga sekolah perlu ditingkatkan kompetensi bahasa Inggrisnya agar sekolah adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dunia.

9) Sekolah perlu mendorong tumbuhnya budaya ramah sosial dan

kultur mutu.