fungsi  adalah  konveks  dengan  suatu  interval,  matriks  hessian
2
dihitung  dan diperiksa  kedefinitan  positif  pada  semua  titik  di  dalam  interval  tersebut.  Salah  satu
cara  memeriksa  kedefinitan  positif  suatu  matriks  adalah  menghitung  nilai  eigen matriks  dan  diperiksa  untuk  melihat  apakah  semua  nilai  eigen  positif  untuk  menguji
apakah  sebuah  fungsi    adalah  nonkonveks  dalam  sebuah  interval,  matriks  hessian −
2
diperiksa  untuk  mengetahui  kedefinitan  positif-nya.  Jika  matriks  tersebut definit positif, fungsi   adalah non-konveks.
Adalah  sangat  menyenangkan  menyadari  bahwa  jika  sebuah  fungsi adalah  nonkonveks,  himpunan  solusi  memenuhi
0  mewakili  himpunan konveks.  Jadi,  ruang  pencarian  fisibel  yang  dibentuk  dengan  fungsi  kendala
nonkonveks akan melampirkan daerah konveks. −
1
+  1 − 
2 2
1
1
1
+ 1 − 
2 2
Gambar 2.4  Ilustrasi fungsi convex
Definisi  2.1.2
Sebuah  masalah  optimasi  multi-objective  adalah  konveks  jika  semua fungsi  tujuan  konveks  dan  daerah  fisibel  konveks  atau  semua
persamaan  kendala  adalah  nonkonveks  dan  kesamaan  kendala  adalah linier.
Berdasarkan  definisi  ini,  sebuah  pemrograman  linier  multi-objective  adalah  masalah konveks.
2.6 Linear Fractional Programming
Universitas Sumatera Utara
Bidang  dari  Linear  Fractional  Programming  LFP,  secara  luas  dikembangkan  oleh seorang  matematisi  Hungaria  B.Martos  dan  asosiasinya  di  tahun  1960an  dengan
memusatkan  pada  masalah  optimisasi.  Beberapa  metode  penyelesaian  masalah  ini disarankan  tahun  1962,  Charnes  dan  Cooper    telah  menyarankan  metode  mereka
dengan  bergantung  pada  transformasi  ini  LFP  kepada  ekivalen  program  linier. Metode yang lain disebut metode fungsi tujuan yang diperoleh dari Bitran dan Novaes
1973  digunakan  menyelesaikan  LFP  dengan  menyelesaikan  barisan  program  linier dengan hanya menghitung kembali gradien lokal dari fungsi tujuan.
Bentuk umum dari masalah LFP dapat dibuat sbb : Optimalkan
=
+ +
2.10 Kendala
� = 0, dimana  ,
, ,
, , ,
. Untuk beberapa nilai dari x,
+    mungkin akan sama pada nol tetapi disini kita mengambil  hanya  kasus
+    0.  Jika  mengambil  lebih  dari  satu tujuan  dalam masalah  linear  fractional  programming  yang  umum,  maka  masalah  dikenal  sebagai
masalah  linear  fractional  programming    multiobjektif.  Secara  matematika  itu  dapat ditulis sebagai
Optimalkan =
1
,
2
,
3
, … ,      , 2.11
Dimana =
=
+ +
. Juga,
=    +  , =     +    adalah  nilai  fungsi  real  dalam  X,
dimana � = { ∶  �   , =,    ,   0,     ,
, � =
, ,
}  diasumsikan  merupakan  himpunan  tak  kosong-konvex  terbatas  dalam ,  dan
+ = 1,2, … ,  , ∀    �.
2.7 Pemrograman Bi-level Linear Multiobjektive Fraksional Linear
Universitas Sumatera Utara
Masalah  Pemrograman  bi-level  dimana  setiap  pengambil  keputusan  mempunyai fungsi multiobjektif yang dapat memaximumkan dan dua pengambil keputusan dapat
menentukan keputusan mereka secara bekerja sama. Sehingga masalah pemrograman bi-level linear multi-objektif diformulasikan sebagai berikut:
max
1 1
1 2
=
11 1
1
+
21 1
2
… max
1 1 2
=
1 1
1
+
2 1
2
max
1 2
1 2
=
11 2
1
+
21 2
2
… max
2 1 2
=
1 2
1
+
2 2
2
2.11
Subject to �
1 1
+ �
2 2
,
1
,
2
Dimana
1 2
adalah dimensi
1
dan
2
, dimensi variabel  vektor keputusan dari pengambil  keputusan  pada  level  atas  dan  level  bawah  secara  berurutan,
1 1 2
, = 1,2,
…
1
dan
2 1 2
, = 1,2, …
2
adalah  fungsi  tujuan  ke-i  dari  pengambil keputusan  pada  level  atas  dan  level  bawah  berturut-turut.
1
dan
2
merupakan dimensi
konstanta baris vektor.
Diasumsikan  bahwa  ada  dua  tingkatan  dalam  struktur  hirarki  dengan  pengambil keputusan tingkat pertama FLDM dan pengambil keputusan tingkat kedua SLDM.
Andaikan  vektor  variabel  keputusan =
1
,
2
dipartisi  antar  kedua perencana.  Pengambil  keputusan  tingkat  pertama  memiliki  kontrol  atas  vektor
1
1
dan pengambil keputusan tingkat kedua
2
2
, dimana =
1
+
2
. Selanjutnya, asumsikan bahwa
1
,
2
∶
1 2
→
1
, = 1,2
1.1 adalah  masing-masing  vektor  fungsi  tujuan  tingkat  pertama  dan  tingkat  kedua.  Jadi
masalah BL- MOLFP tipe minimisasi dapat dirumuskan sebagai berikut : Tingkat1
min
1
1 1
,
2
=   min
1
11 1
,
2
,
12 1
,
2
, … ,
1
1
1
,
2
, 1.2 dimana
2
menyelesaikan Tingkat 2
Universitas Sumatera Utara
min
2
2 1
,
2
=   min
2
21 1
,
2
,
22 1
,
2
, … ,
2
1
1
,
2
1.3 subject to
= =
1
,
2
�
1 1
+ �
2 2
=    , 0,
≠  ∅ 1.4 dimana
1 2
=
+ +
1.5 = 1,2,
… ,
1
, = 1   untuk  fungsi  tujuan  pengambil  keputusan  tingkat  pertama
= 1,2, … ,
2
, = 2   untuk fungsi tujuan pengambil keputusan tingkat kedua
Dan dimana i.
1
=
1 1
,
1 2
,
1 3
, … ,
1
1
,
2
=
2 1
,
2 2
,
2 3
, … ,
2
2
ii. G
adalah  serangkaian pilihan kendala layak convex bilevel iii.
1
adalah jumlah fungsi tujuan  tingkat pertama, iv.
2
adalah jumlah fungsi tujuan tingkat kedua, v.
m adalah jumlah kendala, vi.
� ∶      ×
1
matriks,  i = 1, 2, vii.
, ,
+ 0  untuk semua
viii. ,
adalah konstanta
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1. Perumusan  Fuzzy  Goal  Programming  BiLevel    Multiobjektive  Linear
Fractional Programming BL-MOLFP
Dalam  masalah  BL-MOLFP,  jika  tingkat  aspirasi  tepat  ditugaskan  untuk  masing- masing  tujuan  di  setiap  tingkat  BL-MOLFP,  maka  tujuan  fuzzy  ini  disebut  sebagai
fuzzy  goal.  Mereka  ditandai  oleh  keanggotaan  yang  terkait  fungsi  mereka  dengan mendefinisikan batas toleransi untuk pencapaian tingkat cita-cita mereka.
3.2. Konstruksi Fungsi Keanggotaan
Karena  First  Level  Decision  Making FLDM pengambil keputusan tingkat pertama dan  Second  Level  Decision  Making  SLDM  pengambil  keputusan  tingkat  kedua
keduanya  tertarik  untuk  meminimalkan  fungsi  tujuan  mereka  sendiri  di  atas  daerah layak sama, didefinisikan oleh sistem kendala  yang solusi optimal keduanya dihitung
secara  terpisah  yang  dapat  diambil  sebagai  terkait  tingkat  aspirasi  tujuan  fuzzy mereka.
Andaikan
1 1
,
2 1
;
1
, = 1,2,
… ,
1
dan
2 2
,
2 2
;
2
, =
1,2, … ,
2
menjadi solusi optimal FLDM dan fungsi tujuan SLDM, masing-masing, jika  dihitung  secara  terpisah.  Andaikan
tingkat  aspirasi  yang  akan ditugaskan untuk tujuan ke-ij
1
,
2
subskrip ij berarti bahwa j = 1,2,…,
1
ketika i  =    1  untuk  masalah  FLDM,  dan  j
=1,2,…
2
ketika  i  =  2  untuk  masalah  SLDM. Juga,andaikan
∗
=
1 ∗
,
2 ∗
,
1 ∗
=
1 1
∗
,
1 2
∗
, … ,
1 ∗
1
dan
2 ∗
=
2 1
∗
,
2 2
∗
, … ,
2 ∗
2
, menjadi  solusi  optimal  dari  masalah  MOLFP  FLDM.    Kemudian,  fuzzy  goal  dari
Universitas Sumatera Utara
pengambil  keputusan  fungsi  tujuan  pada  kedua  tingkat  dan  tujuan  vektor  fuzzy  goal dari variabel keputusan yang dikendalikan oleh pengambil keputusan tingkat pertama
yang muncul sebagai
1
,
2
, = 1,2,
… , ,
1
=
1 ∗
, 3.1
dimana     dan ”  menunjukkan  ketidakjelasan  dari  tingkat  aspirasi  dan  harus
dipahami  sebagai  Dasarnya  kurang  dari  dan  pada  dasarnya  sama  dengan.  Bisa dicatat  bahwa  solusi
1 1
,
2 1
,   j=1,2,…
1
,
∗
=
1 ∗
,
2 ∗
dan
1 2
,
2 2
dan  j  = 1,2,…
2
biasanya  berbeda  karena  tujuan  FLDM  dan  tujuan  SLDM  bertentangan pada  dasarnya.  Oleh  karena  itu,  wajar  dapat  diasumsikan  bahwa  nilai
1
,
2
untuk  semua = 1,2,
= 1,2, … ,
1
dan ≠
semua nilai  lebih  besar  dari
= max[
1
,
2
, = 1,2, … ]    dan    ≠ sebenarnya  tidak  dapat  diterima  oleh  fungsi  objektif
1
,
2
.  Dengan  demikian fungsi  keanggotaan
1
,
2
untuk  fuzzy  goal  ke-ij  dapat  dianggap  dalam gambar 3.1
1
,
2
= 1 ,
, −
1
,
2
− ,
, = 1,2,
= 1,2, … ,                                                                                                                                  3.2
1
,
2
1
1
,
2
Gambar 3.1 Fungsi keanggotaan dari tipe minimalisasi fungsi objektif.
Setelah Lai  dan Shih et al., kami menyertakan fungsi keanggotaan untuk fuzzy goal  dari  variabel  keputusan  yang  dikendalikan  oleh  pengambil  keputusan  tingkat
Universitas Sumatera Utara
pertama,
1
=
1 1
,
1 2
,
1 3
, …
1
1
,  dalam  model  yang  diusulkan  dalam  artikel  ini. Untuk  membangun  fungsi  keanggotaan  ini,  solusi  optimal
∗
=
1 ∗
,
2 ∗
dari tingkat pertama  masalah MOLFP  yang  harus ditentukan terlebih dahulu. Setelah pendekatan
Pal  et  al.  solusi  optimal
∗
=
1 ∗
,
2 ∗
bisa  diperoleh.  Dapat  dicatat  bahwa pendekatan-pendekatan  lain  untuk  menyelesaikan  masalah  MOLFP  bisa  digunakan
dalam menyelesaikan tingkat pertama  masalah MOLFP. Dalam bagian 4, model FGP dari Pal et al. untuk menyelesaikan masalah tingkat pertama MOLFP, disajikan untuk
memfasilitasi keberhasilan dari
∗
=
1 ∗
,
2 ∗
.
Andaikan dan
, = 1,2,
…
1
menjadi  nilai  toleransi  maksimum  positif dan  negative  pada  vektor  keputusan    yang  dipertimbangkan  oleh  FLDM.  Toleransi
tidak  sama  pentingnya.  Fungsi  keanggotaan  linier  Gambar  3.2  untuk vektor keputusan
1
=
1 1
,
1 2
,
1 3
, …
1
1
dapat dirumuskan sebagai
1
1
=
1
−
1 ∗
− ,
1 ∗
−
1 1
∗
,
1 ∗
+ −
1
,
1 ∗
1 1
∗
+ ,
3.3
= 1,2, … ,
1
1
1
1 1
∗
−
1 ∗
1 ∗
+
Gambar 3.2 Keanggotaan fungsi dari vektor keputusan
1
Bisa  dicatat  bahwa  pengambil  keputusan  mungkin  berkeinginan  untuk menggeser  kisaran
1
.  Sekarang,  dalam  lingkungan  keputusan  fuzzy,  pencapaian tujuan untuk tingkatan cita-cita mereka untuk kemungkinan besar sebenarnya diwakili
Universitas Sumatera Utara
oleh kemungkinan pencapaian  nilai keanggotaan  masing-masing ke tingkat tertinggi. Mengenai  aspek  masalah  pemrograman  fuzzy  ini,  pendekatan  goal  programming
tampaknya  paling  tepat  untuk  solusi  dari  masalah  multi  obyektif  tingkat  pertama pemrograman  linear  fraksional  dan  masalah  bi-level  multi-objektif  pemrograman
linier fraksional.
3.3. Pendekatan