Usulan Model Dalam Menentukan Rute Distribusi Untuk Meminimalkan Biaya Transportasi Dengan Metode Saving Matrix Di PT. Siantar Top, Tbk
USULAN MODEL DALAM MENENTUKAN RUTE
DISTRIBUSI UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA
TRANSPORTASI DENGAN METODE
SAVING MATRIX
DI PT
SIANTAR TOP, TBK
TUGAS SARJANA
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh
RIRIN RAHMAWATI NIM. 080403137
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
(3)
(4)
(5)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas sarjana ini.
Tugas sarjana ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana teknik di Departemen Teknik Industri, khususnya program studi reguler strata satu, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul untuk tugas sarjana ini adalah “Usulan Model Dalam Menentukan Rute Distribusi Untuk Meminimalkan Biaya Transportasi Dengan Metode Saving Matrix Di PT. Siantar Top, Tbk”.
Sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan, maka penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan tugas sarjana ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan tugas sarjana ini. Semoga tugas sarjana ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, perpustakaan Universitas Sumatera Utara, dan pembaca lainnya.
Medan, Agustus 2013 Penulis,
(6)
UCAPAN TERIMA KASIH
Syukur dan terimakasih penulis ucapkan yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk merasakan dan mengikuti pendidikan di Departemen Teknik Industri USU serta telah membimbing penulis selama masa kuliah dan penulisan laporan tugas sarjana ini.
Dalam penulisan tugas sarjana ini penulis telah mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi izin pelaksanaan Tugas Sarjana ini.
2. Bapak Dr. Ir. Nazaruddin M, MT selaku Dosen Pembimbing I atas waktu, bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.
3. Ibu Rahmi M Sari, ST, MM(T) selaku Dosen Pembimbing II atas waktu, bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.
4. Bapak/Ibu Dosen Pembanding yang telah memberikan masukan dan saran untuk menyempurnakan laporan tugas penelitian ini
5. Seluruh Dosen Departemen Teknik Industri USU, yang telah memberikan bimbingan, arahan dan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
(7)
6. Bapak Irwan dan Bapak Putra yang telah memberikan bantuan berupa bimbingan serta informasi dan data selama melakukan penelitian di PT. Siantar Top, Tbk.
7. Ayahanda Defian dan Ibunda Hj. Nurhaida yang tiada hentinya mendukung penulis baik secara moril maupun materil sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari tidak dapat membalas segala kebaikan dan kasih sayang dari keduanya, oleh karena itu izinkanlah penulis memberikan karya ini sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta.
8. Adik penulis M. Ridho Defian dan Tania Ayu Defian yang selalu membantu dan mendukung penulis untuk secepatnya menyelesaikan laporan ini.
9. Staff pegawai Teknik Industri, Bang Ridho, Bang Mijo, Kak Dina, Bang Nurmansyah, Bang Kumis, Kak Rahma dan Ibu Ani, terimakasih atas bantuannya dalam masalah administrasi untuk melaksanakan tugas sarjana ini. 10.Teman-teman angkatan 2008 di Departemen Teknik Industri USU Ira Rumiris
Htg.ST , Ajeng Ayu C.ST, Dyah Retno.ST, Dwi Puspitasari, Tanti Mastika, Kurnia Tri Sulistyo, Chandra Gunawan.ST, Mhd Gugi, Mhd .ST, Delvryano, Alamsyah Putra, Eka Fachrizal.ST, dan lain-lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis.
11.Mhd. Fakhri Akbar, ST dan Lisa Utari, ST yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
12.Anggina Putri Siregar, Ferani Monalisa dan Tri Dimas Putra yang telah membantu dan menemani penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
(8)
13.Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan laporan ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis mengucapkan terima kasih. Kiranya laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, September 2013
(9)
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ... i
SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SERJANA ... ii
KEPUTUSAN SIDANG KOLOKIUM ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
ABSTRAK ... xvi
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ... I-1 1.2 Perumusan Masalah ... I-3 1.3 Tujuan Penelitian ... I-3 1.4 Manfaat Penelitian ... I-4 1.5 Batasan Masalah dan Asumsi ... I-4
(10)
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Perusahaan... II-1 2.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2
2.3 Lokasi Perusahaan ... II-3 2.4 Organisasi dan Managemen Perusahaan PT. Siantar Top, Tbk . II-4
2.4.1 Struktur Organisasi ... II-4 2.4.2 Jumlah Tenaga Kerja ... II-6 2.4.3 Jam Kerja ... II-7 2.5 Daerah Pemasaran ... II-8
III LANDASAN TEORI
3.1 Manajemen Logistik ... III-1 3.2 Konsep Logistik Terpadu ... III-3 3.3 Sistem Transportasi ... III-6 3.4 Travelling Salesman Problem ... III-8 3.5 Vehicle Routing Problem ... III-10 3.6 Metode Pemilihan Rute ... III-11 3.6.1 Metode Saving Matrix ... III-11 3.6.2 Perhitungan Matrix ... III-14 3.6.3 Algoritma nearest neighbor ... III-16
(11)
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
3.7.1 Langkah-Langkah Sebelum Melakukan Pengukuran Waktu III-18 3.7.2 Melakukan Pengukuran Waktu Kerja ... III-21
IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Lokasi Penelitian ... IV-1 4.2 Jenis Penelitian ... IV-1 4.3 Objek Penelitian ... IV-1 4.4 Variabel Penelitian ... IV-1
4.5 Defenisi Variabel Operasional ... IV-3
4.6 Instrumen Penelitian ... IV-4 4.7 Sumber Data ... IV-4
4.8 Metode Pengumpulan Data ... IV-5 4.9 Pengolahan Data ... IV-5
4.10 Analisis Pemecahan Masalah ... IV-6 4.11 Kesimpulan dan Saran ... IV-8
V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1 Pengumpulan Data... V-1 5.1.1 Pola Distribusi PT. Siantar Top, Tbk Medan ... V-1 5.1.2 Data dan Lokasi Retailer ... V-1 5.1.3 Data Permintaan Produk ... V-2 5.1.4 Hari dan Waktu Kerja ... V-3
(12)
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
5.1.5 Sarana Pendistribusian ... V-3 5.1.6 Jarak Antar Retailer ... V-4 5.1.7 Biaya Transportasi ... V-7 5.2 Pengolahan Data ... V-8 5.2.1 Time Window ... V-8
5.2.2 Pengujian Keseragaman Waktu Distribusi ... V-8 5.2.2.1 Data Permintaan yang Digunakan ... V-8 5.2.2.2 Waktu Loading dan Unloading ... V-9 5.2.3 Pengolahan Data Graph (Rute) Awal ... V-14
5.2.4 Pembentukan Sub Rute ... V-32 5.2.5 Penentuan Biaya Transportasi Sub Rute ... V-52
VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
6.1 Analisis Sub Rute Distribusi ... VI-1 6.2 Analisi Jarak Tempuh ... VI-2 6.3 AnalisisBiaya Transportasi ... VI-5 6.4 Analisis Jumlah Mobil Angkut ... VI-6
VII KESIMPULAN DAN SARAN
(13)
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(14)
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
1.1 Data Keterlambatan Distribusi ... I-2 2.1 Jumlah Tenaga Kerja PT. Siantar Top, Tbk Medan ... II-6 3.1 Saving Matrix ... III-15 4.1 Defenisi Operasional Penelitian ... IV-3 5.1 Lokasi Retailer PT. Siantar Top, Tbk Medan ... V-2 5.2 Hari dan Waktu Kerja ... V-3 5.3 Spesifikasi Mobil Angkut ... V-3 5.4 Jarak PT. Siantar Top, Tbk Medan ke Retailer dan Jarak Antar
Retailer ... V-5 5.5 Biaya Transportasi ... V-7 5.6 Data Rata-rata Permintaan untuk Bulan Mei Tahun 2013 ... V-8 5.7 Pengukuran Waktu Loading ... V-10 5.8 Pengukuran Waktu Unloading ... V-12 5.9 Matrix Penghematan Jarak Antar Retailer ... V-35 5.10 Tabel Penghematan Jarak Iterasi 1 ... V-37 5.11 Tabel Penghematan Jarak Iterasi 2 ... V-39 5.12 Tabel Penghematan Jarak Iterasi 3 ... V-41 5.13 Tabel Penghematan Jarak Iterasi 4 ... V-42 5.14 Tabel Penghematan Jarak Iterasi 5 ... V-43 5.15 Tabel Penghematan Jarak Iterasi 6 ... V-43
(15)
DAFTAR TABEL (Lanjutan)
TABEL HALAMAN
5.16 Tabel Penghematan Jarak Iterasi 7 ... V-44 5.17 Biaya Transportasi Sub Rute ... VI-53 6.1 Perbandingan Sub Rute Distribusi ... VI-1 6.2 Perbandingan Jarak Distribusi ... VI-2 6.3 Urutan Rute Distribusi yang Akan Dikunjungi ... VI-3 6.4 Estimasi Feasibilitas ... VI-4 6.5 Perbandingan Biaya Transportasi Perusahaan dengan Biaya
(16)
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
2.1 struktur organisasi PT. Siantar Top, Tbk Medan ... II-5 3.1 Contoh Travelling dan Salesman Problem ... III-9 3.2 Bentuk Solusi Vehicle Routing Problem ... III-10 3.3 Pengurangan Jarak Tempuh Melalui Penggabungan
Tempat Perhentian dalam rute ... III-12 4.1 Kerangka Konseptual ... IV-3 4.2 Blog Diagram Metodologi Penelitian ... IV-7 4.3 Blog Diagram Pengolahan Data ... IV-8 5.1 Pola Pendistribusian Produk PT. Siantar Top, Tbk Medan ... V-1 5.2 Control Chart Waktu Loading Produk ... V-11 5.3 Control Chart Waktu Unloading Produk ... V-13 5.4 Sub Rute 1 ... V-45 5.4 Sub Rute 2 ... V-45 5.4 Sub Rute 3 ... V-46 5.4 Sub Rute 4 ... V-46 5.4 Sub Rute 5 ... V-47 5.4 Sub Rute 6 ... V-47 5.4 Sub Rute 7 ... V-48
(17)
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN HALAMAN
1. Peta Zona ... L.1 2. Data Permintaan Produk Mie Spix ... L.2 3. Mencari Jarak dengan Menggunakan Googlemaps ... L.3 4. Form Tugas Akhir ... L.4 5. Surat Penjajakan ... L.5 6. Surat Balasan Perusahaan ... L.6 7. Surat Keputusan Tugas Akhir ... L.7 8. Lembar Asistensi Dosen ... L.8
(18)
ABSTRAK
Distribusi merupakan salah satu faktor penting bagi perusahaan untuk dapat melakukan pengiriman produk secara tepat kepada pelanggan. Ketepatan pengiriman produk kepada pelanggan harus memiliki penentuan rute secara tepat, sehingga pelanggan yang akan dikunjungi menerima produk dalam kondisi baik dan sesuai dengan batas waktu permintaan. Permasalahan penentuan suatu rute
distibusi erat kaitannya dengan penentuan perjalanan dari suatu titik atau cabang ke suatu titik atau cabang lainnya dalam suatu rute distribusi. Rute distribusi produk merupakan urutan pemberhentian berturut-turut terhadap cabang dan proses perencanaan dari titik awal (Perusahaan) ke titik konsumsi (konsumen) untuk memenuhi kebutuhan kosumen.
Metode Saving Matrix merupakan metode yang digunakan dalam menentukan jalur/rute disribusi produk ke outlet dengan cara menentukan jalur yang harus dilalui dan jumlah alat angkut berdasarkan kapasitas dari alat angkut tersebut agar diperoleh jalur yang efisien dan biaya transportasi yang optimum.
PT. Siantar Top, Tbk dituntut untuk dapat merancang kinerja pengiriman yang reliable, sedangkan dalam pemenuhan sasaran tersebut masih ada permasalahan dari perusahaan yaitu dalam pendistribusian produk. Proses pendistribusian produk dalam satu kali pengiriman produk hanya dilakukan kepada satu retailer. Pendistribusian produk yang tidak tepat dalam menentukan
rute distribusi ke pelanggan dan tanpa melihat terdahulu kapasitas dari alat angkut mengakibatkan jalur yang ditempuh tidak efisien.
Pembentukan sub rute pada rute usulan dengan menggunakan metode
saving matriks menghasilkan sub rute yang lebih sedikit dari rute distribusi yang diterapkan perusahaan, dimana sub rute usulan adalah 7 sub rute sedangkan sub
rute yang selama ini diterapkan perusahaan adalah 14 sub rute, menghasilkan jarak yang lebih minimum dengan penghematan jarak sebesar 193,7 km, dapat menghemat biaya distribusi sebesar Rp. 309.725,- dan matrix menghasilkan total waktu distribusi mobil angkut sebesar 1193,554 menit dengan jumlah mobil angkut yang dialokasikan sebanyak 3 unit. Sistem distribusi usulan dapat menghemat jarak sebesar 37,1% dan dapat menghemat biaya transportasi sebesar 36,5%.
(19)
ABSTRAK
Distribusi merupakan salah satu faktor penting bagi perusahaan untuk dapat melakukan pengiriman produk secara tepat kepada pelanggan. Ketepatan pengiriman produk kepada pelanggan harus memiliki penentuan rute secara tepat, sehingga pelanggan yang akan dikunjungi menerima produk dalam kondisi baik dan sesuai dengan batas waktu permintaan. Permasalahan penentuan suatu rute
distibusi erat kaitannya dengan penentuan perjalanan dari suatu titik atau cabang ke suatu titik atau cabang lainnya dalam suatu rute distribusi. Rute distribusi produk merupakan urutan pemberhentian berturut-turut terhadap cabang dan proses perencanaan dari titik awal (Perusahaan) ke titik konsumsi (konsumen) untuk memenuhi kebutuhan kosumen.
Metode Saving Matrix merupakan metode yang digunakan dalam menentukan jalur/rute disribusi produk ke outlet dengan cara menentukan jalur yang harus dilalui dan jumlah alat angkut berdasarkan kapasitas dari alat angkut tersebut agar diperoleh jalur yang efisien dan biaya transportasi yang optimum.
PT. Siantar Top, Tbk dituntut untuk dapat merancang kinerja pengiriman yang reliable, sedangkan dalam pemenuhan sasaran tersebut masih ada permasalahan dari perusahaan yaitu dalam pendistribusian produk. Proses pendistribusian produk dalam satu kali pengiriman produk hanya dilakukan kepada satu retailer. Pendistribusian produk yang tidak tepat dalam menentukan
rute distribusi ke pelanggan dan tanpa melihat terdahulu kapasitas dari alat angkut mengakibatkan jalur yang ditempuh tidak efisien.
Pembentukan sub rute pada rute usulan dengan menggunakan metode
saving matriks menghasilkan sub rute yang lebih sedikit dari rute distribusi yang diterapkan perusahaan, dimana sub rute usulan adalah 7 sub rute sedangkan sub
rute yang selama ini diterapkan perusahaan adalah 14 sub rute, menghasilkan jarak yang lebih minimum dengan penghematan jarak sebesar 193,7 km, dapat menghemat biaya distribusi sebesar Rp. 309.725,- dan matrix menghasilkan total waktu distribusi mobil angkut sebesar 1193,554 menit dengan jumlah mobil angkut yang dialokasikan sebanyak 3 unit. Sistem distribusi usulan dapat menghemat jarak sebesar 37,1% dan dapat menghemat biaya transportasi sebesar 36,5%.
(20)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Distribusi merupakan salah satu faktor penting bagi perusahaan untuk dapat melakukan pengiriman produk secara tepat kepada pelanggan. Ketepatan pengiriman produk kepada pelanggan harus memiliki penentuan rute secara tepat, sehingga pelanggan yang akan dikunjungi menerima produk dalam kondisi baik dan sesuai dengan batas waktu permintaan (Gaspersz, 2005). Agar kegiatan distribusi ini dapat berjalan lebih efisien, perusahaan melibatkan pembentukan urutan-urutan rute dalam transportasi. Penentuan jalur transportasi dapat diselesaikan dengan metode Savings Matrix.
Metode Saving Matrix merupakan metode yang digunakan dalam menentukan jalur/rute disribusi produk ke outlet dengan cara menentukan jalur yang harus dilalui dan jumlah alat angkut berdasarkan kapasitas dari alat angkut tersebut agar diperoleh jalur yang efisien dan biaya transportasi yang optimum (Bollou, 2005)
Permasalahan penentuan suatu rute distibusi erat kaitannya dengan penentuan perjalanan dari suatu titik atau cabang ke suatu titik atau cabang lainnya dalam suatu rute distribusi. Rute distribusi produk merupakan urutan pemberhentian berturut-turut terhadap cabang dan proses perencanaan dari titik awal (Perusahaan) ke titik konsumsi (konsumen) untuk memenuhi kebutuhan kosumen.
(21)
PT. Siantar Top, Tbk. merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi makanan ringan yang memiliki rantai distribusi dari Central Supply Facilities (CSF) ke 20 titik pemasaran di Kota Medan.
PT. Siantar Top, Tbk dituntut untuk dapat merancang kinerja pengiriman yang reliable, sedangkan dalam pemenuhan sasaran tersebut masih ada permasalahan dari perusahaan yaitu dalam pendistribusian produk. Proses pendistribusian produk dalam satu kali pengiriman produk hanya dilakukan kepada satu retailer. Pendistribusian produk yang tidak tepat dalam menentukan
rute distribusi ke pelanggan dan tanpa melihat terdahulu kapasitas dari alat angkut mengakibatkan jalur yang ditempuh tidak efisien.
Jarak pendistribusian dapat diminimumkan dengan melakukan penyusunan
rute distribusi terpendek yang optimal sehingga dapat mengoptimalkan jarak tempuh, penggunaan alat transportasi (armada), biaya distribusian serta mendapatkan waktu yang feasible. Adapun biaya transportasi yang dikeluarkan perusahaan pada tanggal 1 Mei 2013 mencapai harga Rp. 847.600,- dengan total jarak tempuh yang dilalui perusahaan sebesar 521,600 km.
Berdasarkan permasalahan perusahaan tersebut, maka perusahaan membutuhkan suatu penentuan jalur distribusi secara tepat untuk mengurangi pemborosan dalam segi jarak, alat transportasi (armada), biaya transportasi serta mendapatkan waktu yang feasible, dengan adanya permasalahan tersebut maka dilakukan penelitian dengan metode saving matrix dengan harapan dapat di tentukan jalur pengiriman produk mie spix yang lebih efisien sehingga di hasilkan biaya transportasi yang lebih rendah. Rute pendistribusian yang ideal adalah rute
(22)
pendistribusian yang menggabungkan dua atau lebih pelanggan dengan melihat utilitas armada pada setiap pengangkutan.
Metode Saving Matrix ini juga telah banyak dimanfaatkan di dalam penelitian. Salah satunya terdapat pada penelitian yang dilakukan oleh Nurwidiana, Fatmawati, dan Miranti (2011) melakukan penelitian dengan menggunakan metode saving matrix dapat menghemat waktu, jarak dan biaya distribusi. Pada sistem distribusi awal, perusahaan melakukan distribusi ke 15
outlet/hari dengan jarak tempuh 222,83 km memerlukan waktu 11 jam dan biaya Rp 125.341,88. Dengan menggunakan metode savingmatrix mampu mengirim ke 15 outlet/hari dengan jarak tempuh 98,9 km memerlukan waktu 8 jam 15 menit dengan biaya transportasi Rp 55.631,25. Dengan sistem distribusi usulan mampu melakukan penghematan biaya transportasi sebesar 55,62%.
1.2 Perumusan Masalah
Rumusan permasalahan yang terjadi di PT. Siantar Top, Tbk adalah rute
distribusi dari CSF ke DC belum terencana dengan baik.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan rute distribusi dengan menggunakan metode savings matrix yang mengintegrasikan setiap
Central Supply Facilities (CSF) ke Distribution Canter (DC) dengan mempertimbangkan kapasitas alat angkut dan alat transportasi yang dimiliki perusahaan.
(23)
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan rute distribusi yang efisien dengan mengoptimalkan jarak tempuh distribusi, meminimalkan penggunaan alat angkut, meminimalkan biaya yang diperlukan oleh perusahaan serta mendapatkan waktu distribusi yang feasiable.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian adalah sebagai berikut: 1. Manfaat bagi mahasiswa
Penelitian ini adalah sebagai sarana untuk menambah pengalaman dan keterampilan dalam memahami kondisi PT. Siantar Top, Tbk. dan titik pemasaran serta mampu memecahkan masalah pendistribusian produk di perusahaan ini.
2. Manfaat bagi perusahaan
Bagi perusahaan penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai suatu bahan pertimbangan perusahaan untuk menentukan rute, jumlah, dan biaya dalam pendistribusian ke daerah pemasaran PT. Siantar Top, Tbk.
3. Bagi Departemen Teknik Industri USU
Dapat mempererat kerja sama antara perusahaan dengan Departemen Teknik Industri USU.
1.5 Batasan Masalah dan Asumsi
Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
(24)
1. Penelitian dibatasi pada kegiatan distribusi pada 20 titik pemasaran di Kota Medan.
2. Produk yang diteliti adalah adalah mie spix.
3. Rute distribusi yang diteliti adalah rute distribusi yang menggunakan jalur transportasi darat.
4. Data yang diteliti adalah data pada periode Mei 2013.
Sedangkan asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Lokasi titik pemasarantidak berubah selama periode penelitian.
2. Tenaga kerja dan sumber daya dipenuhi dengan baik dan sarana transportasi beroperasi dengan baik.
3. Biaya distribusi adalah biaya bahan bakar. 4. Kendaraan beroperasi dengan baik.
5. Jalur berangkat dan jalur balik sama.
6. Kepadatan lalu lintas dan kondisi jalan setiap hari nya normal.
7. Kondisi kerja normal yaitu tidak terjadi kecelakaan dan kerusakan yang luar biasa.
8. 1 liter bahan bakar untuk alat angkut berkapasitas 600 kotak dapat menempuh jarak 4 KM.
(25)
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Perusahaan
PT. Siantar Top, Tbk merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri makanan ringan (food industries) perusahaan ini berlokasi di jalan Raya Medan Tanjung Morawa Km 12,5Desa Bangun Sari, Kabupaten Deli Serdang.
PT. Siantar Top, Tbk dimulai dari bentuk industri rumah tanga yaitu pada tahun 1972 di Sidoarjo dengan produk yang pertama kali dibuat adalah kerupuk ubi dengan jumlah karyawan 5 orang. Seiring dengan bertambahnya jenis produk yang dihasilkan dan juga jumlah permintaan sehingga pada tahun 1987 didirikan suatu pabrik dalam skala yang cukup besar dengan nama PT. Siantar Top, Tbk yang berlokasi di Sidoarjo (Surabaya). Perusahaan semakin berkembang pesat dan pada tahun 1996 mencatatkan sahamnya di lantai Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia).
Pengembangkan usaha dan pendistribusikan produk yang dihasilkan pada tahun 1997 PT. Siantar Top, Tbk melakukan ekspansi ke pulau Sumatera, khusus ke Sumatera Utara, sehingga pada tahun 1997 dibangun pabrik di Jalan Raya Medan Tanjung Morawa Km 12,5 Desa Bangun Sari Kabupaten Deli Serdang dan mulai beroprasi tahun 1998, dimana jenis produk yang dihasilkan yaitu Biskuit, Mie goreng, Mie spix dan kemudian terus bertambah hingga pada saat ini ada sekitar ±30 jenis produk. Selain mengembangkan pasar dalam negeri, perusahaan
(26)
juga terus mengembangkan pasar ekspor keberbagai negara di Asia, Timur Tengah, Eropa, dan Amerika.
PT. Siantar Top, Tbk mengembangkan produk-produk makanan berkualitas dengan mengutamakan cita rasa terbaik (taste Specialist). Komitmen dan dedikasi tinggi terhadap konsumen diwujudkan dengan menghadirkan produk sehat seperti biscuit dan wafer di tahun 2008.
2.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha
Produk yang dihasilkan PT. Siantar Top, Tbk dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis bagian :
1. Crackers (kerupuk)
Jenis makanan ringan yang diolah dari bahan baku berupa pelet (kerupuk mentah) dengan cara penggorengan. Yang termasuk di dalam jenis crackers
yaitu : Mr Pop Ayam Special, Dendeng Sapi & Rumput Laut, French Fries, Mr. Kentang Goreng, Mr. Keren, Potato tube, Potato BBQ, Potato Sambal Balado, Mr. Yoki Udang Mexico, semua jenis produk di atas dikemas dalam dus.
2. Mie
Jenis makanan ringan dalam bentuk mie snack yaitu : Mie Goreng, Mie Olala, Mie Gemez ayam dan ayam goreng, Mini Mie Special dan ayam panggang Mie Instant. Semua jenis produk diatas dikemas dalam plastik ball.
(27)
3. Biskuit
Jenis makanan ringan yang diolah dari bahan baku kentang maupun tepung terigu yang diolah dengan cara mixer, extruder dan dryer. Yang termasuk di dalam jenis Biskuit yaitu :GO! Potato, Oriorio Vanila, Oriorio Coklat, Oriorio Tiramisu.
2.3 Lokasi Perusahaan
PT. Siantar Top, Tbk berlokasi di Jalan Raya Medan-Tanjung Morawa Km 12,5 Desa Bangun Sari, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Luas area PT. Siantar Top, Tbk sekitar 60.480 m2. Dengan luas lantai yang digunakan untuk kegiatan produksi dan perkantoran sekitar 17.751 m2.
Kawasan PT. Siantar Top, Tbk cukup strategis karena prasarana transportasi yang tersedia telah memenuhi dalam hal operasional perusahaan. Kawasan berdirinya PT. Siantar Top, Tbk memiliki infrastruktur jalan yang baik sehingga dapat dilalui kendaraan roda empat dan roda dua. Angkutan umum untuk karyawan pabrik juga mudah diperoleh, seperti : angkutan kota, sudako, bus, dan lain sebagainya.
Sumber utama listrik perusahaan ini adalah dari PLN, perusahaan juga menyediakan generator untuk mengantisipasi padamnya aliran listrik sehingga proses produksi tetap berjalan normal. Selain itu lokasi perusahaan juga telah memperoleh layanan jaringan telekomunikasi yang memudahkan perusahaan dalam melakukan hubungan komunikasi dengan pelanggannya dan para vendor.
(28)
Saat ini PT. Siantar Top, Tbk memperkerjaan staf dan karyawan sebanyak 1331 orang. PT. Siantar Top, Tbk didirikan dengan memilih lokasi di Jalan Raya Medan-Tanjung Morawa atas dasar pertimbangan sebagai berikut :
1. Strategis atau mudah dicapai oleh transportasi darat, laut maupun udara. 2. Fasilitas tersedia, misalnya listrik, telekomunikasi dan air.
3. Iklim dan alam di sekitar pabrik yang baik.
4. Keadaan masyarakat atau lingkungan setempat, salah satunya adalah untuk kebutuhan tenaga kerja.
5. Keamanan dan kondusifitas lingkungan sekitar.
2.4 Organisasi dan Manajemen PT. Siantar Top, Tbk 2.4.1 Struktur Organisasi Perusahaan
Organisasi adalah suatu kerangka hubungan kerja antara satu individu dengan individu lainnya dalam rangka mencapai satu tujuan dengan menggunakan aturan-aturan yang telah disepakati secara bersama. Struktur organisasi merupakan hal yang sangat penting dalam pencapaian tujuan, hal ini di karenakan dalam struktur organisasi tersebut ada pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas. Struktur organisasi pada suatu perusahaan akan menyebabkan kelancaran kerja serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan tersebut.
PT. Siantar Top, Tbk memiliki struktur organisasi fungsional. Struktur organisasi fungsional adalah struktur organisasi yang susunannya berdasarkan atas fungsi-fungsi yang dalam organisasi tersebut. Adapun struktur organisasi PT. Siantar Top, Tbk dapat dilihat pada Gambar 2.1.
(29)
(30)
2.4.2 JumlahTenagaKerja
Tenaga kerja yang ada di PT. Siantar Top, Tbk dapat dibagi Menurut ruang lingkup kerja.
a. Tenaga kerja langsung (menangani proses produksi secara langsung) b. Tenaga kerja tidak langsung (berada di kantor)
Untuk tenaga kerja yang langsung dapatdibagi atas Non-Shift dan Shift. Jumlah tenaga kerja di PT. Siantar Top, Tbk secara rinci dapatdilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Jumlah Tenaga Kerja PT. Siantar Top, Tbk Medan
NO DEPARTEMEN JUMLAH KARYAWAN (ORANG)
1 Manager Cabang 1
2 P & C 11
3 Personalia&Umum
Staff
Karyawan
Supir
Satpam
16 15 13 28 4 Finance & Accounting 25 5 Factory
Staff
Karyawan
62 952
6 Pembelian 8
Total 1331 Sumber :Dept. Personalia PT. Siantar Top, Tbk, Cabang Medan
(31)
2.4.3 Jam Kerja
Jam kerja di PT. Siantar Top, Tbk terbagi atas beberapa bagian yaitu : 1. Karyawan yang bekerja Non Shift (normal)
Hari senin s/d Kamis
a. Pukul 08.00 – 12.00 WIB (kerja biasa) b. Pukul 12.00 – 13.00 WIB (istirahat) c. Pukul 13.00 – 17.00 WIB (kerja biasa) d. Pukul 16.00 WIB keatas (lembur) Hari Jumat - Sabtu
a. Pukul 08.00 – 12.00 WIB (kerja biasa) b. Pukul 17.00 WIB keatas (lembur)
2. Karyawan yang bekerja berdasarkan Shift Shift I, Untuk senin - Kamis
a. Pukul 07.00 – 15.00 WIB (kerja biasa) b. Pukul 12.00 – 13.00 WIB (istirahat) Hari Jumat - Sabtu
a. Pukul 07.00 – 12.00 WIB (kerja biasa) b. Pukul 12.00 – 15.00 WIB (Kerjal embur)
Shift II, untuk Senin - Kamis
a. Pukul 15.00 – 23.00 WIB (kerja biasa) b. Pukul 18.00 – 19.00 WIB (istirahat) Hari Jumat-Sabtu
(32)
b. Pukul 17.00 – 23.00 WIB (Kerja lembur)
Shift III, untuk Senin - Kamis
a. Pukul 23.00 – 07.00 WIB (kerja biasa) b. Pukul 04.00 – 05.00 WIB (istirahat) Hari Jumat - Sabtu
a. Pukul 17.00 – 22.00 WIB (kerja biasa) b. Pukul 22.00 keatas (Kerja lembur)
2.5 Daerah Pemasaran
Makanan ringan yang diproduksi oleh PT. Siantar Top, Tbk untuk memenuhi kebutuhan distributor makanan ringan skala kecil dan besar di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, dan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Perbandingan kuantitas pemasaran untuk Sumatera Utara lebih besar dibandingkan dengan daerah pemasaran yang lain. Ini disebabkan jumlah konsumen terbesar ada di Sumatera Utara
Hasil produk PT. Siantar Top, Tbk 100% dipasarkan kedalam negeri. Untuk beberapa jenis produk tertentu seperti merk French Fries, Twisko, Twishall
dipasarkan melalui PT. WOI Indonesia.
Strategi Pemasaran yang dilakukan PT. Siantar Top, Tbk adalah dengan melakukan promosi melalui :
1. Advertising (periklanan)
Periklanan adalah menyampaikan pesan secara manual kepada banyak orang sekaligus mengenai suatu produk atau jasa yang bias disampaikan melalui
(33)
selebaran, radio dan juga televisi. Dalam hal ini PT. Siantar Top,Tbk melakukan iklan untuk produk tertentu melalui Televisi.
2. Personal Selling (tatap muka)
Personal selling merupakan jenis penjualan secara langsung dimana penjual dan calon pembeli.Tenaga penjual ini bertugas untuk mencari informasi tentang toko-toko yang menjual makanan ringan dan biasanya disebut sebagai
(34)
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 Manajemen Logistik
Logistik merupakan seni dan ilmu mengatur dan mengontrol arus barang, energi, informasi, dan sumber daya lainnya, seperti produk, jasa, dan manusia, dari sumber produksi ke pasar dengan tujuan mengoptimalkan penggunaan modal. Manufaktur dan marketing akan sulit dilakukan tanpa dukungan logistik. Logistik juga mencakup integrasi informasi, transportasi, inventori dan pergudangan.
Berdasarkan pengertian di atas, maka misi logistik adalah "mendapatkan barang yang tepat, pada waktu yang tepat, dengan jumlah yang tepat, kondisi yang tepat, dengan biaya yang terjangkau, dengan tetap memberikan kontribusi profit bagi penyedia jasa logistik".
Logistik selalu berkutat dalam menemukan keseimbangan untuk dua hal yang sulit untuk disinergikan, yaitu menekan biaya serendah-rendahnya tetapi tetap menjaga tingkat kualitas jasa dan kepuasan konsumen. Dalam dunia bisnis yang selalu berubah, manajemen logistik yang baik merupakan sebuah keharusan Logistik dapat juga diartikan sebagai proses perencanaan, implementasi, pengendalian secara efisien, aliran biaya yang efektif, penyimpanan barang mentah, inventori barang dalam proses, barang jadi dan informasi terkait dari titik asal ke titik konsumsi untuk tujuan memenuhi kebutuhan konsumen. Ada 5 komponen yang membentuk sistem logistik, yaitu : Struktur lokasi fasilitas, transportasi, persediaan (inventory), komunikasi, penanganan (handling) dan
(35)
penyimpanan (storage). Dalam suatu jaringan transportasi merupakan suatu rantai penghubung. Manajemen transportasi dan lalu lintas mendapat banyak perhatian dalam tahun-tahun ini. Pada umumnya, suatu perusahaan mempunyai 3 alternatif untuk menetapkan kemampuan transportasinya. Pertama armada peralatan swasta yang dapat dibeli atau disewa atau disebut dengan private. Kedua kontrak khusus yang dapat diatur dengan spesialis transportasi untuk mendapatkan kontrak jasa-jasa pengangkutan. Ketiga adalah suatu perusahaan dapat memperoleh jasa-jasa dari perusahaan transportasi berizin yang menawarkan pengangkutan dari suatu tempat ke tempat tertentu dengan biaya tertentu atau disebut dengan angkutan umum. Dilihat dari sudut pandang logistik, terdapat tiga faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan kemampuan pelayanan transportasi yaitu : biaya, kecepatan, dan konsistensi.
Kegiatan logistik akan berjalan dengan efektif dan efisien apabila memenuhi empat syarat yaitu : tepat jumlah, tepat mutu, tepat ongkos dan tepat waktu (Gitosudarno, 1998).1Tujuan logistik adalah menyediakan produk dalam julah yang tepat, kualitas yang tepat, pada waktu yang tepat dengan biaya yang rendah. Ciri utama kegiatan logistik adalah tercapainya sistem yang integral dari berbagai dimensi dan tujuan kegiatan terhadap pemindahan (movement) serta penyimpanan (storage) secara strategis di dalam pengelolaan perusahaan.
1Gitosudarmo, Indriyo, Manajemen Bisnis Logistik (yogyakarta : BPFE, 1998), p .7
(36)
3.2 Konsep Logistik Terpadu
Sekarang ini manajemen logistik dalam perkembangannya menuju pada manajemen logistik terpadu. Kalau kita lihat sebelum tahun 1950 organisassi perusahaan hanya menangani manajemen logistik secara terpisah. Pada tahun 1970-1978 merupakan periode perubahan prioritas. Dalam periode prioritas ini pihak manajemen mulai merumuskan rencana terhadap penyimpanan atau pergudangan, pengangkutan, penolahan, dan bukan hanya merencanakan operasi untuk bereaksi terhadap permintaan pasar.
(Bowersox,1978,p.24) konsep logitik terpadu terdiri dari 2 usaha yang berkaitan yaitu :
1. Operasi Logistik
Aspek operasional logistik ini adalah mengenai manajemen pemindahan dan penyimpanan material dan produk jadi perusahaan. Jadi operasi logistik itu dapat dipandang berawal dari pengangkutan pertama material atau komponen-komponen dari sumber perolehannya dan berakhir pada penyerahan produk yang dibuat atau diolah pada langganan atau komsumen. Operasi logistik dapat dibagi dalam 3 kategori yaitu :
- Manajemen Distribusi Fisik
Proses manajemen distribusi fisis adalah menyangkut pengangakutan produk kepada pelangan. Pada distribusi, langganan dipandang sebagai pemberhentian terakhir dalam saluran pemasaran. Jika produk yang tepat tidak dapat diserahkan pada waktu yang dibutuhkan degan cara yang ekonomis maka mungkin banyak usah pemasaran yang berada dalam
(37)
bahaya. Melalui proses distribusi fisik inilah waktu dan ruang dalam pelayanan nasabah menjadi bagian yang internal dari pemasaran. Jadi distribusi fisik mengubungkan suatu perusahaan dengan nasabahnya. - Manajemen Material
Manajemen material menyangkut perolehan dan pengangkutan material, suku cadang, dan persediaan barang jadi dari tempat pembelian ke tempat pembuatan atau perakitan, gudang, atau toko pengecer. Seperti halnya distribusi fisik, manajemen material berkenaan dengan penyediaan jenis material yang dikehendaki ditempat dan pada waktu yang dibutuhkan. Kalau distribusi fisik adalah mengenai pengiraiman keluar yaitu nasabah, maka manajemen material adalah mengenai pergerakan ke dalam yaitu pembuatan, penyortiran atau perakitan.
- Internal Inventory Transfer
Proses pemindahan persediaan barang di dalam perusahaan adalah mengenai pengawasan terhadap komponen-komponen setengah jadi pada saat mengalir diantara tahap-tahap manufacturing, dan pengangkutan dari produk jadi ke gudang atau saluran pengecer. Yang terpenting dari manajemen terpadu adalah koordinasi dari ketiga jenis pergerakan tersebut. Ketiga pergerakan tersebut bergabung untuk memberikan manajemen operasional bagi material. Komponen setengah jadi dan produk-produk yang bergerak diantara berbagai lokasi, sumber suplai, dan ara langganan dari perusahaan secara keseluruhan. Dalam pengertian
(38)
ini, maka logistik adalah mengenai manajemen strategi dari keseluruhan pergerakan dan dan penyimpanan.
2. Koordinasi Logistik
Koordinasi logistik adalah mengenai identifikasi kebutuhan pergerakan dan penetapan rencana untuk memadukan seluruh kegiatan operasi logistik. Koordinasi logistik adalah menyangkut perencanaan dan pengawasan terhadap masalah-masalah operasional. Fungsi koordinasi logistik adalah untuk memastikan bahwa seluruh pergerakan dan penyimpanan diselesaikan seefektif dan seefisien mungkin.
Prestasi logistik diukur dengan 3 variabel, yaitu :
1. Penyediaan (availability) adalah menyangkut kemampuan perusahaan untuk secara konsisten memenuhi kebutuhan material/bahan produksi. Jadi hal ini menyangkut level persediaan atau variabel persediaan, semakin rendah frekuensi pengeluaran untuk stok yang direncanakan, berarti semakin tinggi investasi yang harus disiapkan.
2. Kemampuan (capability) adalah menyangkut jarak waktu antara penerimaan suatu pesanan dengan pengantaran barang yang dipesan. Kemampuan ini terdiri dari kecepatan pengantaran dan konsistensinya dalam jangka waktu tertentu.
3. Mutu (quality) adalah menyangkut seberapa jauh sebaiknya tugas logistik secara keseluruhan dilaksanakan, besarnya kerusakan, item-item yang betul, pemecahan masalah yang timbul. Jadi,quality menyangkut penjagaan terhadap
(39)
tingkat kesalahan yang rendah dan pemecahan masalah-masalah pada waktunya.
3.3 Sistem Transportasi2
Sistem adalah suatu bentuk keterkaitan antara suatu variabel lainnya dalam tatanan yang terstruktur. Sedangkan transportasi itu sendiri adalah kegiatan pemindahan barang-barang/penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Sehingga sistem transportasi dapat diartikan sebagai gabungan dari beberapa komponen atau obyek yang saling berkaitan dalam hal pengangkutan barang/manusia oleh berbagai jenis kendaraan sesuai dengan kemajuan teknologi. Transportasi memberikan manfaat geografis pada sistem logistik dengan menghubungkan fasilitas-fasilitas dengan pasar. Pada banyak perusahaan, pengeluaran untuk transport lebih besar dari pengeluaran untuk unsur lainnya. Biaya transport industri yang menghasilkan produk bernilai tinggi adalah rendah presentasenya terhadap penjualan. Sebaliknya, biaya transport batu bara, biji besi, bahan-bahan kimia dasar dan pupuk adalah relatif tinggi. Kebutuhan pelayanan industri sangat berbeda-beda dari industri ke industri. Banyak pilihan transpotasi tersedia bagi pengangkutan produk atau bahan mentah dalam system logistik. Disamping itu perusahaan dapat memutuskan untuk mengusahakan transportasi sendiri, atau mengadakan perjanjian dengan spesialis transport (Salim,1993).
3
Sistem logistik memandang kegiatan transportasi dengan empat faktor yang memegang peranan penting, yaitu (Gitosudarmo, 1998):
2
(40)
a. Biaya
Biaya transportasi merupakan pembanyaran sesungguhnya yang harus dikeluarkan guna mengganti balas jasa pengangkutan barang yang telah dikeluarkan, jadi bukan berarti metode transportasi yang termurah itu merupakan metode yang pasti dikehendaki.
b. Kecepatan
Faktor kecepatan merupakan waktu yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu tugas pengangkutan di antara tempat asal barang ke tempat tujuan yang dikehendaki. Faktor kecepatan harus selalu dikaitkan dengan kondisi barang yang dipindahkan agar jangan sampai terjadi kerusakan walau mungkin dari segi waktu lebih cepat dari penggunaan transportasi lainnya. Bisa dikatakan waktu yang paling cepat dalam kegiatan transportasi suatu barang belum menjamin tercapainya kegiatan logistik yang baik.
c. Pelayanan
Faktor pelayanan merupakan suatu kegiatan servis yang diberikan terhadap barang perusahaan selama dalam kegiatan pemindahan barang. Pelayanan atau servis datangnya dari berbagai pihak, baik pengangkutan barang itu dikelola oleh perusahaan sendiri atau dengan cara menyewa dari perusahaan pengangkutan yang resmi. Pelayanan barang datangnya dari para karyawan yang membawa, mengendalikan alat transportasi para petugas yang berhubungan dengan alat transportasi. Pelayanan yang terbaik yang kita harapkan dengan tidak menambah biaya transportasi dari biaya yang normal.
(41)
d. Konsistensi
Konsistensi pelayanan merupakan hal yang cukup penting di bidang transportasi dengan menunjukkan prestasi waktu yang teratur.
Sistem yang digunakan untuk mengangkut barang-barang dengan menggunakan alat angkut tertentu dinamakan moda transportasi (mode of transportasion ). Ada lima cara utama transportasi yang biasa disebut dengan moda transportasi. Lima cara utama tersebut adalah kereta api, jalan raya, jalan air, saluran pipa dan penerbangan. Masing-masing alat transportasi ini mempunyai kebaikan dan kelemahan terhadap kegiatan logistik di perusahaan.
3.4 Travelling Salesman Problem
Dalam sistem jaringan manufaktur, dimungkinkan terdapatnya satu unit gudang induk bahan baku dan beberapa unit produksi yang terpisah satu dengan yang lain. Secara rutin sebuah perusahaan melakukan pengiriman barang kepada konsumen di area geografis yang dilayani oleh fasilitas-fasilitas perusahaan. Dalam hal ini perusahaan melakukan pengiriman barang dengan sejumah armada kendaraan. Pengelilingan kendaraan meliputi perencanaan operasi armada kendaraan untuk mengirim barang untuk menghasilkan pelayanan.
Masalah pengelilingan kendaraan atau penyusunan rute kendaraan disadari berbeda dalam hal ukuran dan kerumitan. Masalah penyusunan rute ini dapat menjadi sulit untuk operasi-operasi yang lebih besar sesuai dengan banyaknya fasilitas yang dimiliki, banyaknya pelanggan, area pelayanan, dan ukuran armada atau kemampuan jangkauan armada. Kunci keputusan penyelesaian masalah rute
(42)
kendaraan adalah mendesain rute-rute kendaraan. Rute adalah tempat pemberhentian-pemberhentian dimana sebuah kendaraan mengunjungi antara dua kedatangan berturut-turut terhadap depot. Rute distribusi produk adalah urutan pemberhentian berturut-turut terhadap depot dan proses perencanaan dari titik awal (Perusahaan) ke titik konsumsi (Kosumen) untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Solusi optimal adalah pencarian atau penyelesaian masalah yang baik dalam penentuan rute dan penjadwalan kendaraan yang paling efisien.Urutan masalah penyusunan rute yang paling mudah terjadi ketika kita melihat rute
tunggal yang mengunjungi semua pelanggan dan minimisasi waktu total perjalanan. Hal inilah yang disebut masalah perjalanan salesman (Travelling Salesman Problem) yang dapat dilihat pada Gambar 3.1
Sumber : Manajemen Bisnis Logistik
Gambar 3.1. Contoh Travelling Salesman Problem Depot
45 25
40 25
60
40 50
(43)
3.5 Vehicle Routing Problem4
Vehicle Routing Problem terkait dengan permasalahan bagaimana mendatangi pelanggan dengan menggunakan peralatan yang ada. Istilah lain untuk masalah ini adalah Vehicle Sceduling Problem, Vehicle Dispatching Problem,
Delivery Problem. Vehicle Routing Problem adalahsebuah hard combinatorial optimisation problem. Permasalahan ini erat kaitannya dengan permasalahan
Travelling Salesman Problem. Vehicle Routing Problem menjadi Travelling Salesman Problem pada saat hanya terdapat satu alat angkut yang kapasitasnya tak hingga.
Dalam permasalahan vehicle routing, jika setiap alat angkut dapat menempuh trip/rute majemuk selama horizon perencanaan maka ini disebut sebagai Multi Trip Vehicle Routing Problem (Ballou, 1999). Bentuk dari solusi Vehicle routing Problem dasar dapat dilihat pada Gambar3.2.
Sumber : Busines Logistics management
Gambar3.2. Bentuk Solusi Vehicle Routing Problem
4
Ballou, Ronald, Busines Logistics management (New jersey : Prentice-hall International, Inc, 1999), pp. 199
(44)
3.6 Metode Pemilihan Rute
Masalah pencaraian solusi yang baik dalam penentuan rute dan penjadwalan kendaraan menjadi sulit dengan adanya pembatas-pembatas tambahan dari masalah. Time windows, jumlah truk yang banyak dengan perbedaan kapasitas, total maksimum waktu distribusi yang diizinkan dalam rute, perbedaan kecepatan dalam zona yang berbeda, rintangan/penghalang dalam perjalanan dan waktu istirahat untuk pengemudi adalah beberapa pertimbangan yang diperlukan dalam penentuan rancangan rute.
3.6.1 Metode Saving Matrix5
Tujuan dari metode saving matrix adalah untuk menimisasi total jarak perjalanan semua kendaraan dan untuk meminimisasi secara langsung jumlah kendaraan yang diperlukan untuk melayani semua tempat pemberhentian. Logika dari metode ini bermula dari kendaraan yang melayani setiap pemberhentian dan kembali ke depot sepeti terlihat pada Gambar 3.3.(a). Hal ini memberikan jarak maksimum dalam masalah penentuan rute. Dua tempat pemberhentian digabung dalam dua rute yang sama sehingga satu kendaraan tersebut dieliminasi dan jarak tempuh dapat dikurangi yang dapat dilihat pada Gambar 3.3.(b).
Pendekatan savings mengizinkan banyak pertimbangan yang sangat penting dalam aplikasi yang realistis. Tempat pemberhentian dimasukkan dalam sebuah
rute, rute tempat pemberhentian selanjutnya harus dilihat. Sejumlah pertanyaan tentang perancangan rute dapat ditanyakan, seperti apakah waktu rute melebihi
5
(45)
waktu distribusi maksimum pengemudi yang diizinkan, apakah waktu untuk istirahat pengemudi telah dipenuhi, apakah kendaraan cukup besar untuk melakukan volume rute yang tersedia. Pelanggaran terhadap kondisi-kondisi tersebut dapat menolak tempat pemberhentian dari rute keseluruhan. Tempat perhentian selanjutnya dapat dipilih menurut nilai savings terbesar dan proses pertimbangan diulangi. Pendekatan ini tidak menjamin solusi yang optimal, tetapi dengan mempertimbangkan masalah kompleks yang ada, solusi yang baik dapat dicari (Ballou, 1999).
(a) Rute Awal (b) Menggabungkan dua tempat perhentian Jarak tempuh = d0,A+dA,0+d0,B+dB,0 Jarak tempuh = d0,A+dA,B+dB,0
Sumber : Busines Logistics management
Gambar 3.3. Pengurangan Jarak Tempuh Melalui Penggabungan Tempat Perhentian dalam Rute
Metode saving matrix pada hakikatnya adalah metode untuk meminimumkan jarak atau waktu dan ongkos dengan mempertimbangkan kendala-kendala yang
(46)
ada (Pujawan, 2005).6Berikut ini langkah-langkah pembentukan sub rute
distribusi dengan menggunakan metode saving matrix, yaitu: 1. Identifikasi Matriks Jarak
Pada langkah ini, diperlukan jarak antara gudang dan ke masing-masing toko dan jarak antar toko. Untuk menyederhanakan permasalahan, lintasan terpendek digunakan sebagai jarak antar lokasi. Jadi, dengan mengetahui koordinat masing-masing lokasi maka jarak antar dua lokasi bisa dihitung dengan menggunakan rumus jarak standar. Apabila jarak riil antar lokasi diketahui, maka jarak tersebut lebih baik digunakan dibanding dengan jarak teoritis dengan menggunakan rumus. Jarak dari gudang ke masing-masing toko dan jarak antar toko akan digunakan untuk menentukan matriks penghematan (saving matrix) yang akan dikerjakan pada langkah berikutnya.
2. Mengidentifikasi matriks penghematan (saving matrix)
Pada langkah ini kita beramsusi bahwa setiap toko akan dikunjungi oleh satu armada secara eksklusif. Saving matrix merepresentasikan penghematan yang bisa direalisasikan dengan menggabungkan dua pelanggan ke dalam satu rute. Untuk perhitungan penghematan jarak dapat mengunakan persamaan:
2 J(G, 1) + 2 J(G, 2) – [J(G, 1) + J(1, 2) + J(2, G) = J(G, 1) + J(G, 2) – J(1, 2)
Hasil ini diperoleh dengan asumsi bahwa jarak (x,y) sama dengan jarak (y,x). Hasil di atas bisa digeneralisasi sebagai berikut:
S(x, y) = J (G, x) + J(G, y) – J(x, y) 6
(47)
Dimana:
S(x,y) = Penghematan Jarak J (G,x) = Jarak gudang ke toko x J (G,y) = Jarak gudang ke toko y J (x,y) = Jarak toko x ke toko y
Dimana S(x, y) adalah penghematan jarak (savings) yang diperoleh dengan menggabungkan rute x dan y menjadi satu.
3. Mengalokasikan Distributor ke rute
Pada tahap awal, tiap toko di alokasikan ke rute yang berbeda, namun toko-toko tersebut bisa digabungkan sampai pada batas kapasitas truk yang ada. Penggabungan akan dimulai dari nilai penghematan terbesar karena diupayakan memaksimumkan penghematan.
3.6.2 Perhitungan Matrix
Pada langkah ini dilakukan pemberian rute yang akan dilalui untuk pengiriman barang kepelanggan. Perusahaan harus memutuskan rute mana saja dan pelanggan mana saja yang akan terbagi ke dalam 4 kelompok (karena hanya ada 4 truk). Hasil dari pembagian rute dapat dilihat pada Tabel 3.1.
(48)
Tabel 3.1. SavingMatrix
Route Cust 1 Cust 2 Cust 3 Cust 4 Cust 5 Cust 6 Cust 7 Cust 8 Cust 9 Cust 10 Cust 11 Cust 12 Cust 13 Cust 1 1 0
Cust 2 2 11
Cust 3 3 21 15 0
Cust 4 4 18 15 28 0
Cust 5 5 10 14 18 19 0
Cust 6 6 9 13 17 19 29 0
Cust 7 7 7 12 14 16 27 33 0
Cust 8 8 3 7 6 7 12 14 15 0
Sumber : Supply Chain Management
Pertama mengkombinasikan Saving paling tinggi yaitu 34, kombinasi ini antara truk rute 6 dan 11. Kombinasi ini feasible (dapat dikerjakan) karena jumlah unit dari kombinasi ini yaitu 16 + 91 = 107 yang mana kurang dari 200 (kapasitas maksimum setiap truk).
Saving tertinggi berikutnya yaitu 33 dengan menambahkan customer 7 pada rute
dengan customer 6. Kombinasi ini feasible karena barang yang dimuat sebanyak 107 + 56 = 163, yang mana lebih rendah dari 200.
Saving tertinggi lainnya yaitu 32 dengan menambahkan customer 10 ke rute 6 (kita tidak perlumempertimbangkan Saving 32 dengan mengkombinasikan customer 7 dengan customer 11karena keduanya sudah ada di rute 6). Hal ini, bagaimanapun tidak bisa dilakukan karena penambahan customer 10 dengan jumlah pengiriman 47 unit dan apabila dijumlahkan akan membuat overload pada armada yang digunakan. Saving tertinggi lainnya yaitu 29 dengan menambahkan baik customer 5 atau 10 pada rute 6. Masing-masing hal ini infeasible karena
(49)
kapasitas kurang. Saving tertinggi lainnya yaitu 28 pada kombinasi rute 3 dan 4, yang mana feasible.
3.6.3 Algoritma nearest neighbor
Metode nearest neighbor merupakan metode yang pertama digunakan untuk mendapatkan solusi vehicle routing problem. Metode ini sangat mudah dan cepat untuk diimplementasikan. Prinsip dari metode ini adalah selalu menambahkan satu titik tujuan yang paling dekat jaraknya dengan lokasi yang terakhir dikunjungi. Caranya adalah dipilih satu titik distributor sebagai titik awal lalu bergerak ke distributor selanjutnya yang terdekat.
Algoritma nearest neighbor adalah sebuah metode untuk melakukan klasifikasi terhadap objek berdasarkan data pembelajaran yang jaraknya paling dekat dengan objek tersebut (Widiarsana, O et al., 2011).
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan algoritma tetangga terdekat, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Tentukan kota pertama sebagai kota awal keberangkatan (simpul awal)
2. Ambil kota lain sebagai tujuan perjalanan dengan syarat biaya/jarak dari kota asal yang paling minimal.
3. Ambil kota lain sebagai tujuan perjalanan selanjutnya dengan syarat biaya/jarak paling minimal dari kota kedua dengan syarat belum pernah dikunjungi.
4. Mengilangi langkah kedua dan ketiga sampai semua kota (simpul) sudah dilalui.
(50)
5. Hitung semua rute yang telah didapatkan.
3.7 Pengukuran Waktu Kerja
Pengukuran kerja adalah metode penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Pengukuran waktu kerja ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku merupakan waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja untuk menyelesaikan satu siklus dari suatu kegiatan yang dilakukan menurut metode kerja tertentu, pada kecepatan normal. Disini sudah meliputi penyesuaian dan kelonggaran waktu yang diberikan dengan memperhatikan situasi dan kondisi pekerjaan yang harus diselesaikan tersebut, dengan demikian maka waktu baku yang telah didapatkan dari aktifitas pengukuran ini akan digunakan sebagai alat untuk membuat rencana penjadwalan kerja yang menyatakan berapa lama pekerjaan itu harus berlangsung dan berapa output yang dihasilkan serta berapa tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Pada umumnya teknik-teknik pengukuran waktu terdiri atas dua bagian, pertama teknik pengukuran secara langsung dan kedua secara tidak langsung. Teknik pengukuran secara langsung dilakukan langsung pada tempat dimana pekerjaan yang bersangkutan dilaksanakan. Sedangkan teknik pengukuran tidak langsung yaitu melakukan perhitungan waktu tanpa harus berada ditempat pekerjaan, dengan membaca tabel-tabel yang tersedia.
(51)
Cara jam henti dan sampling pekerjaan adalah cara pengukuran kerja secara langsung. Pengukuran waktu dengan jam henti terutama sekali baik di aplikasikan untuk pekerjaan yang singkat dan berulang-ulang. Teknik sampling kerja adalah suatu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap aktifitas kerja dari mesin, proses dan pekerja. Hasil dari pengukuran akan diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan, yang mana waktu ini akan digunakan sebagai standar penyelesaian pekerjaan bagi semua pekerja yang melaksanakan pekerjaan yang sama (Wignjosoebroto, 1998).
3.7.1 Langkah-Langkah Sebelum Melakukan Pengukuran Waktu
Beberapa aturan pengukuran yang perlu dijalankan untuk mendapatkan hasil yang baik. Aturan-aturan tersebut akan dijelaskan dalam langkah-langkah berikut (Sutalaksana,1991):
1. Penetapan tujuan pengukuran
Dalam melakukan pengukuran waktu, hal-hal penting yang harus diketahui dan ditetapkan adalah untuk apa hasil pengukuran digunakan, berapa tingkat keyakinan dan ketelitian yang diinginkan dari hasil pengujuran tersebut. Misalnya jika waktu standar yang akan diperoleh dimaksudkan untuk dipakai sebagai dasar upah peransang, maka ketelitian dan keyakinan tentang hasil pengukuran harus tinggi karena menyangkut prestasi dan pendapatan buruh disamping keuntungan bagi perusahaan itu sendiri.
(52)
Penelitian pendahuluan dilakukan pengumpulan dan pencatatansemua keterangan yang dapat diperoleh mengenai kondisi pekerjaan, pekerja, dan keadaan lingkungan yang dapat mempengaruhi keadaan pekerjaan. Dari hasil pengukuran waktu akan diperoleh waktu yang pantas diberikan kepada pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu kerja yang tepat merupakan waktu kerja yang didapat dari kondisi kerja yang baik. Untuk itu perlu ditetapkan secara tertulis kondisi kerja dan metode kerja yang ada. 3. Memilih operator
Operaotor yang akan melakukan pekerjaan yang diukur bukanlah orang yang begitu saja diambil dari pabrik. Operator yang akan melakukan pekerjaan harus memenuhi persyaratan tertentu agar pengukuran dapat berjalan baik. Syarat-syarat tersebut adalah berkemampuan normal dan dapat diajak bekerja sama. Pada dasarnya operator yang diamati memiliki kemampuan yang mengikuti distribusi normal, yaitu dariyang berkemampuan rendah sampai tinggi. Selain itu, operator yang dipilih adalah pekerja yang pada saat pengukuran dilakukan dapat bekerja secara wajar dan operator mampu bekerja sama dengan pengamat. Hal ini dimaksud karena si operator mungkin akan mencurigai maksud dari pengukuran waktu tersebut, sehingga si operator bekerja tidak tepat.
Operator harus dapat bekerja secara wajar tanpa canggung walaupun dirinya sedang diukur dan pengukuran berada didekatnya. Operator yang dipilih merupakan operator yang waktu penyelesaian pekerjaan secara wajar diperlukan oleh pekerja normal.
(53)
4. Melatih operator
Walaupun operator yang baik telah didapat, kadang-kadang masih memerlukan latihan bagi operator tersebut, terutama jika kondisi dan cara kerja yang digunakan tidak sama dengan yang biasa dijalankan operator. Hal ini terjadi bila pada saat penelitian pendahuluan kondisi kerja atau cara kerja sudah mengalami perubahan. Dalam keadaan ini operator harus dilatih terlebih dahulu karena sebelum diukur operator harus terbiasa dengan kondisi dan cara kerja yang ditetapkan.
5. Menguraikan pekerjaan atas elemen pekerjaan
Untuk memudahkan pengamatan, pengukuran, dan analisa, maka pemecahan siklus kerja atau operasi menjadi bagian-bagian yang terperinci, yang dalam hal ini disebut dengan elemen-elemen kerja, selanjutnya akan diperoleh jumlah dari waktu setiap elemen yang disebut sebagai waktu siklus. Beberapa alasan yang menyebabkan pentingnya melakukan penguraian pekerjaan atas elemen-elemen, yaitu:
a. Menjelaskan catatan tentang tata cara kerja yang dibakukan.
b. Dilakukan Rating Performance bagi setiap elemen karena keterampilan operator dalam bekerja belum tentu sama untuk semua bagian dari gerakan-gerakan kerjanya.
c. Memudahkan mengamati terjadinya elemen yang tidak baku yang mungkinsaja dilakukan pekerja
d. Memungkinkan dikembangkannya data waktu standar atau tempat kerja yang bersangkutan.
(54)
6. Persiapkan alat-alat pengukuran
Setelah langkah-langkah diatas dijalankan, maka pada langkah terakhir sebelum pengukuran dilakukan penyiapan alat-alat yang diperlukan.
Alat-alat tersebut adalah: - Stop watch
- Lembaran-lembaran pengamatan - Papan pengamatan
- Pena atau pensil dan alat tulis
3.7.2 Pengukuran Waktu Kerja
Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat waktu-waktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang telah disiapkan diatas.
Hal pertama yang dilakukan adalah pengukuran pendahuluan.Tujuan melakukan pengukuran pendahuluan adalah untuk mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan untuk tingkat-tingkat ketelitian dan kenyakinan yang telah ditetapkan pada saat menjalankan langkah penetapan tujuan.
Pengukuran pendahuluan pertama dilakukan dengan melakukanyang beberapa buah pengukuran yang banyaknya ditentukan oleh pengukur. Setalah pengukuran tahap pertama dilakukan, maka dilakukan uji keseragaman data, menghitung jumlah pengamatan yang diperlukan, dan bila pengukuran pendahuluan belum mencukupi jumlahnya, maka akan dilakukan pengukuran pendahuluan tahap kedua. Setelah pengukuran tahap kedua selesai, maka akan
(55)
diikuti lagi dengan ketiga, hal seperti diatas bila perlu dilanjutkan dengan pengukuran pendahuluan tahap ketiga, begitu seterusnya sampai jumlah keseluruhan mencukupi untuk tingkat kepercayaan dan ketelitian yang dikehendaki.
1. Menguji keseragaman data
Secara teoritis, menguji keseragaman data adalah pekerjaan yang berdasarkan teori-teori statistik tentang peta-peta control yang biasa digunakan dalam melakukan pengendalian kualitas di pabrik-pabrik atau tempat kerja lain. Pengukuran waktu kerja dilakukan terhadap sistem kerja yang dipandang telah baik. Namun sering kali operator atau pekerja tidak mengetahui terjadinya perubahan-perubahan dalam sistem kerja. Memang perubahan merupakan suatu yang yang wajar, karena bagaimanapun juga suatu sistem tidak dapat dipertahankan tetap harus terus-menerus pada keadaan yang tetap sama. Keadaan sistem yang selalu berubah dapat diterima, asalkan perubahannya adalah memang sepantasnya terjadi. Akibat perubahan sistem kerja ini, waktu penyelesaian yang dihasilkan sistem selalu berubah-ubah, namun harus dalam batas kewajaran, dengan kata lain, harus seragam.
Mendapatkan data yang seragam adalah yang menjadi tugas pengukur. Ketidakseragaman data dapat terjadi tanpa disadari, sehingga dibutuhkan suatu alat yang dapat mendeteksi. Batas-batas kontrol yang dibentuk dari data, merupakan batas seragam tidaknya data. Data dikatakan seragam bila berada diantara kedua batas kontrol, dimana data berasal dari sistem sebab yang sama dan
(56)
data dikatakan tidak seragam, yaitu berasal dari sistem sebab yang berbeda jika berada di luar batas kontrol.
Data yang telah diperoleh dari pengukuran waktu kerja, sebelum digunakan untuk perhitungan selanjutnya, lebih dahulu diadakan pengontrolan atau pengujian terhadap keseragaman data. Pengujian keseragaman data ini, diteliti dengan peta control (Wignjosoebroto, 1998).
Langkah-langkah dalam pengujian keseragaman data, yaitu: a. Menghitung rata–rata
dimana:
xi = Besarnya waktu penyelesaian yang teramati selama pengukuran
pendahuluan dilakukan
n = Banyaknya pengukuran yang dilakukan
b. Menghitung standar deviasi sebenarnya dari waktu penyelesaian
σ =
dimana : N = Jumlah pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan = Waktu rata-rata
= Standar deviasi
c. Menentuakan batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah (BKB), untuk tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95% adalah:
BKA = + 2 BKB = - 2 2. Menghitung pengukuran yang sebenarnya diperlukan
(57)
Untuk menentukan jumlah pengkuran waktu kerja yang sebenarnya diperlukan tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95%, maka dipergunakan rumus:
22 2
40 '
X X X
N N
Dimana: N' = Jumlah pengukuran yang sebenarnya diperlukan N = jumlah data settalah dilakukan uji keseragaman data 3. Bila jumlah pengukuran belum mencukupi
Jika diperoleh dari pengujian tersebut ternyata N'> N, maka diperlukan pengukuran tambahan, tapi jika N'< N maka data pengukuran pendahukuan sudah mencukupi.
(58)
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Siantar Top, Tbk. yang berlokasi di Jl. Medan-Tanjung Morawa, Km. 12,5 - Sumatera Utara. Pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Mai 2013 hingga laporan selesai.
4.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian
descriptive research yaitu penelitian yang melakukan pemecahan terhadap suatu masalah yang ada secara sistematik, faktual, dan akurat berdasarkan fakta yang ada (Sukaria, 2012)
4.3 Objek Penelitian
Objek penelitian adalah variabel penelitian yang merupakan inti dari problematika penelitian. (Suharsimi Arikunto, 2000, P29). Objek yang dijadikan penelitian adalah PT. Siantar Top, Tbk Medan. Produk yang diteliti adalah mie
spix.
4.4 Variabel penelitian
Variabel penelitian berupa variabel bebas dan variabel terikat. Adapun kriteria dari variabel-variabelnya adalah sebagai berikut:
(59)
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang perubahannya tidak tergantung pada variabel lain. Adapun variabel-variabel bebas yang terdapat pada penelitian ini adalah :
a. Variabel Jumlah Permintaan
Variabel ini menunjukan berapa jumlah permintaan retailer selama penelitian. b. Variabel Biaya Transportasi
Variabel ini menyatakan total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam setiap pengiriman dari perusahaan ke retailer dalam 1 rute.
c. Variabel Jarak
Variabel ini menunjukan berapa jarak yang dibutuhkan untuk mencapai rute
yang optimal berdasarkan kapasitas alat angkut. d. Variabel Kapasitas Alat Angkut
Variabel ini merupakan variabel bebas yang menunjukan kapasitas alat angkut dalam melakukan pengangkutan produk.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang perubahannya tergantung pada variabel lain. Variabel terikat yang terdapat pada penelitian ini adalah penentuan rute distribusi.
Adapun kerangka konseptual pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.
(60)
Gambar 4.1. Kerangka Konseptual
4.5 Defenisi Variabel Operasional
Variabel operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan cara penentuan variabel dan pengukuran suatu variabel. Definisi variabel operasional yaitu suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti lain yang ingin menggunakan varaibel yang sama. Defenisi operasional penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Defenisi Operasional Penelitian
No Variabel Defenisi Alat Ukur
1
Penentuan
Rute
Distribusi
Susunan rute yang akan dilalui selama proses pendistribusian produk dengan mempertimbangkan kapasitas dari alat angkut.
a. Observasi b. Dokumentasi c. Teknik kepustakaan
2
Jumlah Permintaan
Jumlah permintaan retailer
selama penelitian .
a. Dokumentasi b. Teknik kepustakaan
(61)
Tabel 4.1. Defenisi Operasional Penelitian (Lanjutan)
No Variabel Defenisi Alat Ukur
3
Biaya Transportasi
Total biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan dalam setiap pengiriman dari perusahaan ke retailer
dalam 1 rute.
a. Dokumentasi b. Teknik kepustakaan
4
Jarak Menunjukan berapa jarak yang dibutuhkan dalam mencapai rute yang optimal berdasarkan kapasitas alat angkut.
a. Observasi b. Dokumentasi c. Teknik kepustakaan
5
Kapasitas Alat Angkut
Jumlah kapasitas alat angkut dalam melakukan
pengangkutan produk.
a. Observasi b. Wawancara
c. Teknik kepustakaan Sumber : Sukaria Sinulingga (2011)
4.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengetahui jarak antara
central supply facilities ke 20 titik pemasaran di Kota Medan dengan menggunakan pedometer dan stopwatch.
4.7 Sumber Data
Data yang harus diperoleh yaitu data sekunder, Yaitu sebagai berikut: 1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh melalui observasi langsung terhadap
objek penelitian, melakukan pengukuran jarak dari PT. Siantar Top, Tbk ke setiap retailer, jarak antar retailer, kecepatan pengisian (loading) dan pembongkaran barang (unloading) ke mobil angkut.
(62)
2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung yang biasanya berbentuk dokumen, file, arsip, atau catatan-catatan perusahaan.Data sekunder yang diambil adalah data jaringan distribusi, data historis permintaan, data historis biaya pendistribusian yaitu biaya transportasi, data lokasi retailer, data historis jarak dari CSF ke titik pemasaran dan data historis kapasitas alat angkut.
4.8 Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah berupa :
1. Teknik observasi, yaitu dengan mempelajari kondisi aktual sistem pendistribusian produk pada PT. Siantar Top, Tbk.
2. Wawancara berupa tanya jawab dan diskusi kepada pihak perusahaan.
3. Dokumentasi, yaitu suatu kegiatan untuk mengumpulkan data sekunder dengan mencatat data-data dokumentasi perusahaan yang berhubungan dengan penelitian.
4. Teknik Kepustakaan, yaitu mencatat dan mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan pemecahan masalah dari berbagai buku yang sesuai dengan permasalahan yang diamati.
4.9 Pengolahan Data
Dalam pengolahan data penelitian ini digunakan metode kuantitatif. Semua data yang terkumpul, baik data yang berasal dari hasil wawancara dan
(63)
Matrix untuk mendapatkan hasil akhir yaitu usulan rute distribusi. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data yaitu :
1. Hitung jarak total dari PT. Siantar Top, Tbk ke setiap retailer dankembali ke PT. Siantar Top, Tbk sesuai dengan rute terbaik yang dipecahkan dengan metode nearest neighbor.
2. Menghitung waktu teoritis yang dibutuhkan untuk melayani total permintaan. 3. Menghitung batas minimum jumlah alat angkut minimum yang dibutuhkan
dengan menggunakan rumus: Nmin = waktu total/waktu availabilitas mobil
angkut.
4. Membagi rute menjadi sub rute dan diusahakan agar masing-masing sub rute
seimbang. Pembentukan sub rute ini menggunakan metode saving matrix
dengan mempertimbangkan jumlah permintaan dan kapasitas mobil angkut 5. Uji feasibilitas, jika feasible maka dapat dilakukan perhitungan utilitas. Jika
tidak, maka kembali ke langkah 5 dan menambah n menjadi n + 1. 6. Perhitungan biaya distribusi pada rute distribusi yang terbentuk.
Blok diagram pengolahan data dengan menggunakan algoritma heuristik dapat dilihat pada Gambar 4.3.
4.10 Analisis Pemecahan Masalah
Pada penelitian ini, dilakukan analisis terhadap sistem distribusi dengan menggunakan metode perusahaan dibandingkan dengan metode saving matrix.
(64)
Mulai
Studi Pendahuluan 1. Kondisi Perusahaan 2. Informasi Pendukung 3. Masalah-masalah
Studi Literatur 1. Teori buku
2. Metode Pemecahan Masalah
2. Teori Pendukung
Pengumpulan Data
Data Sekunder
- Jaringan distribusi produk - Data historis permintaan
- Data historis kapasitas alat angkut - Data historis jarak
Analisis Pemecahan Masalah
Kesimpulan dan Saran
Selesai Pengolahan Data
- Perhitungan waktu standar loading dan unloading
- Pengolahan graph awal - Pembentukan sub rute - Pemeriksaan waktu tersedia - Perhitungan biaya distribusi Data Premier
- Waktu set up mobil angkut - Kecepatan bongkar muat - Jarak antar cabang
(65)
Gambar 4.3. Blok Diagram Pengolahan Data
4.11 Kesimpulan dan Saran
Tahap kesimpulan berisi butir-butir penting dalam penelitian ini. Kesimpulan
(66)
berguna untuk perbaikan kepada pihak perusahaan untuk mengimplementasikan hasil
(67)
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1 Pengumpulan Data
5.1.1 Pola Distribusi PT. Siantar Top, Tbk Medan
Dalam melakukan proses pendistribusian barang ke Retailer, PT. Siantar Top, Tbk mendistribusikan produknya ke Retailer yang berada di kota Medan. Pola distribusi pengiriman barang oleh PT. Siantar Top, Tbk Medan dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Sumber : PT. Siantar Top, Tbk Medan
Gambar 5.1. Pola Pendistribusian Produk PT. Siantar Top, Tbk Medan
5.1.2 Data dan Lokasi Retailer
Data lokasi Retailer-Retailer PT. Siantar Top yang menjadi lokasi tujuan pengiriman produk yang terdapat di kota Medan dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Penzonaan dilakukan untuk mengetahui daerah-daerah yang memiliki lokasi yang berdekatan, peta penzonaan dapat dilihat pada lampiran 1.
PT Siantar Top, Tbk
Retailer
(68)
Tabel 5.1. Lokasi Retailer PT. Siantar Top, Tbk Medan
Zona Unit
Usaha
Alamat
1
Tk. Sinar Bahagia Jl. Veteran Tk. Sinar Harapan Jl. Veteran Tk. Sumber Baru
Martubung Jl.Veteran
Tk. Utama Jaya Jl. Veteran Tk. Harapan Jl. Veteran Tk. Puja Makmur Jl.Veteran Tk. Sinar Makmur Jl. Sei Kera
2
PT. WOI Tj. Morawa Tj. Morawa Tk. Inti Cakrawala
(Indogrosir) Jl. Sisingamangaraja
Tk. Kurnia Jl. Brigjen Zain Hamid Gg.Damai
3 Tk. AI Jl. Platina Ruko Kota Baru Titi
Papan 4
Tk. Cici Jl. Tembung Dusun 11
Tk. Ahok Mitra MMTC Jl. Pancing
Tk. ACC Jl. Pancing
5
Tk. Tjia Suswanto Jl. Letjan Sujono
CV. Kalong Mandala
Tk. Cien Hua Jl. Bakti
6
Tk. Bintang Jl. Bintang Tk. Muda Jadi Jl. Bintang
7 PT. Bina San Prima Jl. Gatot Subroto, Km. 5,5 Sumber : PT. Siantar Top, Tbk Medan
5.1.3 Data Permintaan Produk
Data jumlah permintaan produk ke retailer pada bulan Mei 2013 digunakan untuk merancang rute distribusi yang lebih optimal. Jumlah data
(69)
pengiriman barang ke setiap retailer di kota Medan pada tahun 2013 dapat dilihat pada Lampiran 2.
5.1.4 Hari dan Waktu Kerja
Hari kerja dan waktu kerja karyawan atau tim pengiriman barang pada PT. Siantar Top, Tbk Medandapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Hari dan Waktu Kerja No Hari Kerja Waktu
Kerja
Jam Kerja (menit)
Istirahat (menit)
Waktu Distribusi (menit)
1 Senin 09.00-17.00 480 60 420
2 Selasa 09.00-17.00 480 60 420
3 Rabu 09.00-17.00 480 60 420
4 Kamis 09.00-17.00 480 60 420
5 Jumat 09.00-17.00 480 90 390
6 Sabtu 09.00-15.00 360 60 300
Sumber : PT. Siantar Top, Tbk Medan
5.1.5 Sarana Pendistribusian
Dalam proses pengiriman barang, perusahaan menggunakan sarana transportasi berupa mobil angkut. Spesifikasi dari sarana pengakutan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Spesifikasi Mobil Angkut
No Jenis Kendaraan Kecepatan rata-rata Kapasitas Jumlah
1 Bison 40 km/jam 600 karton 5 unit
2 Colt Diesel 40 km/jam 1200 karton 5 unit
3 Fuso 40 km/jam 3000 karton 2 unit
(70)
Kendaraan angkut jenis Colt Diesel dan Fuso tidak digunakan untuk distribusi di wilayah kota Medan. Mobil Colt Diesel dan Fuso hanya digunakan untuk mengantar barang ke luar kota.
5.1.6 Jarak Antar Retailer
Jarak dari PT. Siantar Top, Tbk Medan ke retailer-retailer dan jarak antar
retailer digunakan dalam menentukan jalur distibusi barang. Jarak didapat dengan menggunakan googlemaps dalam satuan meter. Jarak dari PT. Siantar Top, Tbk Medan ke setiap retailer dan jarak antar retailer dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Adapun contoh cara untuk menentukan jarak dari distributor ke retailer
(71)
Tabel 5.4. Jarak PT. Siantar Top, Tbk Medan ke Retailer dan Jarak Antar Retailer
Jarak
(meter) CSF R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 CSF 27800 27800 27800 27800 27800 27800 28500 2000 7900 10300 26800 16800 17500 17600 20600 15700 17500 18100 18200 23300
R1 0 0 0 0 0 700 25800 19000 22500 7300 18000 10500 10600 14800 14300 15000 10900 11000 10800 R2 0 0 0 0 700 25800 19000 22500 7300 18000 10500 10600 14800 14300 15000 10900 11000 10800 R3 0 0 0 700 25800 19000 22500 7300 18000 10500 10600 14800 14300 15000 10900 11000 10800 R4 0 0 700 25800 19000 22500 7300 18000 10500 10600 14800 14300 15000 10900 11000 10800 R5 0 700 25800 19000 22500 7300 18000 10500 10600 14800 14300 15000 10900 11000 10800 R6 700 25800 19000 22500 7300 18000 10500 10600 14800 14300 15000 10900 11000 10800 R7 26500 19700 23200 8000 18700 11200 11300 15500 15000 15700 11600 11700 11500 R8 5900 8300 24800 14800 15500 15600 18600 13700 15500 16100 16200 21300 R9 3200 22300 12600 13900 14000 12000 11600 7000 7300 7400 16800
R10 24700 15000 12200 12300 11400 9200 10000 7600 7700 14900
R11 16700 12100 12200 14000 17200 17700 13200 13300 15200
R12 6600 6700 3000 5500 6400 6800 6900 12200
R13 100 4600 4300 5000 5600 5700 12200
R14 4700 4400 5100 5700 5800 12300
R15 3800 4600 5000 5100 10500
R16 2400 4300 4400 9800
R17 3700 3800 8800
R18 100 6000
R19 6100
(72)
Keterangan:
R1 : Tk. Sinar Bahagia R11 : Tk. AI
R2 : Tk. Sinar Harapan R12 : Tk. Cici
R3 : Tk. Sumber Baru Martubung R13 : Tk. Ahok Mitra MMTC
R4 : Tk. Utama Jaya R14 : Tk. ACC
R5 : Tk. Harapan R15 : Tjia Suswanto
R6 : Tk. Puja Makmur R16 : CV. Kalong
R7 : Tk. Sinar Makmur R17 : Tk. Cien Hua
R8 : PT. WOI Tj. Morawa R18 : Tk. Bintang
R9 : Tk. Inti Cakrawala (Indogrosir) R19 : Tk. Muda Jadi
(73)
5.1.7 Biaya Transportasi
Biaya transportasi alat angkut yang dikeluarkan oleh perusaan terdiri dari biaya operasional (biaya bahan bakar) dan biaya maintenance. Biaya maintenance
tidak perlu diperhitungkan dikarenakan tidak dibahas dalam penelitian ini.
Tabel 5.5. Biaya Transportasi
Retailer Alamat Retailer Jarak (Km)
Biaya Transportasi
(Rupiah)
1 Jl. Veteran 1
55,600 90.350 2 Jl. Veteran 1
3 Jl.Veteran 1 4 Jl. Veteran 2
55,600 90.350 5 Jl. Veteran 2
6 Jl.Veteran 3
57,000 92.625 7 Jl. Sei Kera 3
8 Tj. Morawa 4 6.500
9 Jl. Sisingamangaraja 15,800 25.675
10 Jl. Brigjen Zain Hamid Gg.Damai 20,600 33.475 11 Jl. Platina Ruko Kota Baru Titi Papan 53,600 87.100
12 Jl. Tembung Dusun 11 33,600 54.600
13 Jl. Pancing 1
35,200 57.200 14 Jl. Pancing 1
15 Jl. Letjan Sujono 41,200 66.950
16 Mandala 31,400 51.025
17 Jl. Bakti 35,000 56.875
18 Jl. Bintang 1
36,400 59.150 19 Jl. Bintang 1
20 Jl. Gatot Subroto, Km. 5,5 46,600 75.725
(74)
5.2 Pengolahan Data 5.2.1 Time Window
Time window (batasan waktu pengiriman) adalah angka yang menunjukkan jumlah hari, dimana barang yang akan dikirimkan tidak boleh melebihi dari jumlah hari yang telah ditetapkan. Pada PT. Siantar Top, Tbk Medan, time window yang ditentukan untuk proses pendistribusian barang dari PT. Siantar Top, Tbk ke retailer adalah 1 hari. Ini menunjukkan bahwa standar pengiriman barang ke setiap retailer adalah 1 hari.
5.2.2 Pengujian Keseragaman Waktu Distribusi
Pengujian keseragaman data dilakukan sebelum perhitungan waktu standar.
5.2.2.1 Data Permintaan Yang Digunakan
Data permintaan yang digunakan adalah hasil rata-rata dari seluruh data permintaan selama bulan Mei 2013 untuk setiap sub rute. Data rata-rata permintaan untuk Bulan Mei tahun 2013 terdapat pada Tabel 5.6. berikut ini.
Tabel 5.6. Data Rata-rata Permintaan untuk Bulan Mei Tahun 2013
Zona Sub Rute
Jumlah Permintaan Rata-rata untuk Bulan MeiTahun 2013
(Karton)
1
Tk. Sinar Bahagia 241
Tk. Sinar Harapan 175
Tk. Sumber Baru Martubung 181
Tk. Utama Jaya 183
Tk. Harapan 174
(75)
Tabel 5.6. Data Rata-rata Permintaan untuk Bulan Mei Tahun 2013 (Lanjutan)
Zona Sub Rute
Jumlah Permintaan Rata-rata untuk Bulan MeiTahun 2013
(Karton)
Tk. Sinar Makmur 147
2
PT. WOI Tj. Morawa 164
Tk. Inti Cakrawala (Indogrosir) 161
Tk. Kurnia 175
3 Tk. AI 193
4
Tk. Cici 161
Tk. Ahok Mitra MMTC 172
Tk. ACC 144
5
Tk. Tjia Suswanto 135
CV. Kalong 163
Tk. Cien Hua 160
6 Tk. Bintang 194
Tk. Muda Jadi 179
7 PT. Bina San Prima 155
Sumber : PT. Siantar Top, Tbk Medan
5.2.2.2Waktu Loading dan Unloading
Waktu loading (Mengisi Barang) merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengisi/memuat barang ke dalam kendaraan angkut. Waktu unloading
(Membongkar Barang) merupakan waktu yang dibutuhkan untuk membongkar barang dari mobil angkut. Proses loading dilakukan oleh karyawan di PT. Siantar Top, Tbk dan unloading dilakukan di toko retailer.
(76)
1. Waktu Loading di PT. Siantar Top, Tbk
Proses loading (mengisi barang ke kendaraan angkut) dilakukan di PT. Siantar Top, Tbk oleh karyawan sesuai dengan kapasitas kendaraan angkut yang digunakan.
a. Waktu Loading di PT. Siantar Top, Tbk
Pengukuran waktu loading barang di PT. Siantar Top, Tbk dilakukan pada tanggal 1 Mei 2013. Pengukuran waktu loading barang dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7. Pengukuran Waktu Loading
No Zona Sub Grup
Jumlah Permintaan (Karton) Waktu Loading (Menit) Waktu Loading per Karton (Menit) 1 1
Tk. Sinar Bahagia 167 21,487 0,129
2 Tk. Sinar Harapan 169 20,872 0,124
3 Tk. Sumber Baru Martubung 190 26,948 0,142
4 Tk. Utama Jaya 138 19,366 0,140
5 Tk. Harapan 157 18,762 0,120
6 Tk. Puja Makmur 166 19,782 0,119
7 Tk. Sinar Makmur 180 21,420 0,119
8 2
PT. WOI Tj. Morawa 256 36,352 0,142
9 Tk. Inti Cakrawala
(Indogrosir) 222 29,489 0,133
10 Tk. Kurnia 147 19,478 0,133
11 3 Tk. AI 168 21,728 0,129
12 4
Tk. Cici 160 22,053 0,138
13 Tk. Ahok Mitra MMTC 169 24,026 0,142
14 Tk. ACC 165 19,415 0,118
15
5
Tk. Tjia Suswanto 170 24,027 0,141
16 CV. Kalong 178 26,344 0,148
17 Tk. Cien Hua 185 24,389 0,132
18
6 Tk. Bintang 184 22,908 0,125
19 Tk. Muda Jadi 153 21,369 0,140
20 7 PT. Bina San Prima 182 24,873 0,137
(77)
Dari data diatas didapat rata-rata waktu pengukuran atau besarnya waktu siklus sebagai berikut:
= = 0,132 menit
Standart deviasi waktu pengukuran adalah sebagai berikut:
σ = =
= 0,009 menit
Nilai tengah, Batas Kendali Atas (BKA) dan Batas Kendali Bawah (BKB) dengan Tingkat Kepercayaan 95 % (k=2) adalah sebagai berikut:
= 0,132
BKA = X + k.σ= 0,132 + 2(0,009) =0,150 BKB = X - k.σ= 0,132 - 2(0,009) = 0,114
Keseluruhan data pengamatan digambarkan dengan Control Chart untuk melihat keseragaman data dan Control Chart dapat dilihat pada Gambar 5.2.
Sumber : Pengolahan Data
(78)
Dari Gambar 5.2. di atas dapat dilihat bahwa keseluruhan data tidak ada yang berada di luar batas kendali atas dan batas kendali bawah, sehingga keseluruhan data adalah seragam.
2. Waktu Unloading di Toko Retailer
Waktu unloading (membongkar barang) dilakukan di Retailer. Waktu
unloading dipengaruhi oleh banyaknya barang yang dibongkar di setiap Retailer. Waktu pengukuran unloading barang di retailer dilakukan pada tanggal 1 Mei 2013. Waktu pengukuran unloading di retailer dapat dilihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8. Pengukuran Waktu Unloading
No Zona Sub Grup
Jumlah Permintaan (Karton) Waktu Unloading (Menit) Waktu
Unloading per Karton (Menit)
1
1
Tk. Sinar Bahagia 167 27,388 0,164
2 Tk. Sinar Harapan 169 26,618 0,158
3 Tk. Sumber Baru Martubung 190 30,147 0,159
4 Tk. Utama Jaya 138 27,508 0,199
5 Tk. Harapan 157 28,653 0,183
6 Tk. Puja Makmur 166 24,955 0,150
7 Tk. Sinar Makmur 180 32,520 0,181
8 2
PT. WOI Tj. Morawa 256 48,299 0,189
9 Tk. Inti Cakrawala (Indogrosir) 222 39,257 0,177
10 Tk. Kurnia 147 26,534 0,181
11 3 Tk. AI 168 30,772 0,183
12 4
Tk. Cici 160 30,027 0,188
13 Tk. Ahok Mitra MMTC 169 30,814 0,182
14 Tk. ACC 165 26,483 0,161
15 5
Tk. Tjia Suswanto 170 28,617 0,168
16 CV. Kalong 178 33,494 0,188
17 Tk. Cien Hua 185 37,000 0,200
18
6 Tk. Bintang 184 31,188 0,170
19 Tk. Muda Jadi 153 29,912 0,196
20 7 PT. Bina San Prima 182 36,309 0,200
Jumlah 3,557
(79)
Dari data diatas didapat rata-rata waktu pengukuran atau besarnya waktu siklus sebagai berikut:
= = 0,177 menit
Standart deviasi waktu pengukuran adalah sebagai berikut:
σ = =
= 0,015 menit
Nilai tengah, Batas Kendali Atas (BKA) dan Batas Kendali Bawah (BKB) dengan Tingkat Kepercayaan 95 % (k=2) adalah sebagai berikut:
= 0,177
BKA = X + k.σ= 0,177+ 2(0,015) = 0,207 BKB = X - k.σ= 0,177- 2(0,015) = 0,147
Keseluruhan data pengamatan digambarkan dengan Control Chart untuk melihat keseragaman data dan Control Chart dapat dilihat pada Gambar 5.3.
Sumber : Pengolahan Data
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)