fibrosis. Terdapat infiltrasi sel radang limfosit dan eosinofil pada sub mukosa, muskularis propia, dan serosa. Pembuluh darah serosa tampak dilatasi.
38
2.6. Gejala Appendicitis
18
Beberapa gejala yang sering terjadi yaitu: 2.6.1. Rasa sakit di daerah epigastrum, daerah periumbilikus, di seluruh abdomen
atau di kuadran kanan bawah merupakan gejala-gejala pertama. Rasa sakit ini samar-samar, ringan sampai moderat, dan kadang-kadang berupa kejang.
Sesudah empat jam biasanya rasa nyeri itu sedikit demi sedikit menghilang kemudian beralih ke kuadran bawah kanan. Rasa nyeri menetap dan secara
progesif bertambah hebat apabila pasien bergerak. 2.6.2. Nyeri tekan didaerah kuadran kanan bawah. Nyeri tekan mungkin ditemukan
juga di daerah panggul sebelah kanan jika appendiks terletak retrocaecal. Rasa nyeri ditemukan di daerah rektum pada pemeriksaan rektum apabila posisi
appendiks di pelvic. Letak appendiks mempengaruhi letak rasa nyeri. 2.6.3. Demam tidak tinggi kurang dari 38
C, kekakuan otot, dan konstipasi. 2.6.4. Anoreksia, mual, dan muntah yang timbul selang beberapa jam dan merupakan
kelanjutan dari rasa sakit yang timbul permulaan. 2.6.5. Appendicitis pada bayi ditandai dengan rasa gelisah, mengantuk, dan terdapat
nyeri lokal. Pada usia lanjut, rasa nyeri tidak nyata. Pada wanita hamil rasa nyeri terasa lebih tinggi di daerah abdomen dibandingkan dengan biasanya.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2.7. Diagnosa Banding Appendicitis
22
Banyak masalah yang dihadapi saat menegakkan diagnosis appendicitis karena penyakit lain yang memberikan gambaran klinis yang hampir sama dengan
appendicitis, diantaranya:
2.7.1. Gastroenteritis ditandai dengan terjadi mual, muntah, dan diare mendahului
rasa sakit. Sakit perut lebih ringan, hiperperistaltis sering ditemukan, panas dan leukositosis kurang menonjol dibandingkan appendicitis akut.
2.7.2. Demam dengue,
dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis dan diperoleh hasil positif untuk Rumple Leed, trombositopeni, dan hematokrit yang
meningkat.
2.7.3. Limfadenitis Mesenterika, biasanya didahului oleh enteritis atau
gastroenteritis. Ditandai dengan nyeri perut kanan disertai dengan perasaan mual dan nyeri tekan perut.
2.7.4. Gangguan alat reproduksi perempuan, folikel ovarium yang pecah dapat
memberikan nyeri perut kanan bawah pada pertengahan siklus menstruasi. Tidak ada tanda radang dan nyeri biasa hilang dalam waktu 24 jam.
2.7.5. Infeksi Panggul, salpingitis akut kanan sulit dibedakan dengan appendicitis
akut. Suhu biasanya lebih tinggi daripada appendicitis dan nyeri perut bagian bawah lebih difus. Infeksi panggul pada wanita biasanya disertai keputihan
dan infeksi urin.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2.7.6. Kehamilan ektopik, hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan
keluhan yang tidak jelas seperti ruptur tuba dan abortus. Kehamilan di luar rahim disertai pendarahan menimbulkan nyeri mendadak difus di pelvic dan
bisa terjadi syok hipovolemik.
2.7.7. Divertikulosis Meckel, gambaran klinisnya hampir sama dengan appendicitis
akut dan sering dihubungkan dengan komplikasi yang mirip pada appendicitis akut sehingga diperlukan pengobatan serta tindakan bedah yang sama.
2.7.8. Ulkus peptikum perforasi, sangat mirip dengan appendicitis jika isi
gastroduodenum mengendap turun ke daerah usus bagian kanan sekum.
2.7.9. Batu ureter, jika diperkirakan mengendap dekat appendiks dan menyerupai
appendicitis retrocaecal. Nyeri menjalar ke labia, skrotum, penis, hematuria, dan terjadi demam atau leukositosis.
2.7.10. Endometriosis eksterna, akan memberikan keluhan nyeri di tempat endometriosis berada dan darah terkumpul sewaktu menstruasi, karena tidak
ada jalan keluar. 2.7.11. Kista ovarium terpuntir, timbul nyeri mendadak dengan intesitas yang tinggi
dan teraba massa dalam rongga pelvis pada pemeriksaan perut, colok vaginal atau colok rektal. Tidak terdapat demam.
2.8. Komplikasi
Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan appendicitis. Faktor keterlambatan dapat berasal dari penderita dan tenaga medis. Faktor penderita
meliputi pengetahuan dan biaya, sedangkan tenaga medis meliputi kesalahan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
diagnosa, menunda diagnosa, terlambat merujuk ke rumah sakit, dan terlambat melakukan penanggulangan. Hal ini menyebabkan peningkatan angka morbiditas dan
mortalitas. Proporsi komplikasi appendicitis 10-32, paling sering pada anak kecil dan orang tua. Komplikasi 93 terjadi pada anak-anak di bawah 2 tahun dan 40-75
pada orang tua. CFR komplikasi 2-5, 10-15 terjadi pada anak-anak dan orang tua.
39
Anak-anak memiliki dinding appendiks yang masih tipis, omentum lebih pendek dan belum berkembang sempurna memudahkan terjadinya perforasi,
sedangkan pada orang tuaterjadi pada gangguan pembuluh darah.
22
Adapun jenis komplikasi diantaranya:
2.8.1. Perforasi
Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri menyebar ke rongga perut.
17
Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 24 jam.Perforasi dapat diketahui praoperatif
pada 70 kasus dengan gambaran klinis yang timbul lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih dari 38,5
C, tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut yang kontinyu, dan leukositosis terutama polymorphonuclear PMN.
28
Perforasi, baik berupa perforasi bebas maupun mikroperforasi dapat menyebabkan peritonitis.
18
Insidens lebih tinggi pada anak kecil dan lansia.
28
2.8.2. Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila infeksi tersebar luas pada
permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis umum. Aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus meregang, dan hilangnya
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
cairan elektrolit mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oligouria.
27
Peritonitis disertai rasa sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri abdomen, demam, dan leukositosis. Biasanya, akibat dari infeksi klebsiella,
Proteus,dan Pseudomonas.
28
2.8.3. Abses
Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula berupa
flegmon dan berkembang menjadi rongga yang mengandung pus. Hal ini terjadi bila appendicitis gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh omentum.
18
2.9. Pencegahan Appendicitis 2.9.1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer bertujuan untuk menghilangkan faktor risiko terhadap kejadian appendicitis sedini mungkin. Upaya pencegahan primer dilakukan secara
menyeluruh kepada masyarakat. Upaya yang dilakukan antara lain:
a.Diet tinggi serat
Berbagai penelitian telah melaporkan hubungan antara konsumsi serat dan insidens timbulnya berbagai macam penyakit. Hasil penelitian membuktikan bahwa
diet tinggi serat mempunyai efek proteksi untuk kejadian penyakit saluran pencernaan.
38
Serat dalam makanan mempunyai kemampuan mengikat air, selulosa, dan pektin yang membantu mempercepat sisi-sisa makanan untuk diekskresikan
keluar sehingga tidak terjadi konstipasi yang mengakibatkan penekanan pada dinding kolon.
40
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
b.Defekasi yang teratur