Nilai Jual Obyek Pajak Tidak Kena Pajak NJOPTKP Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Sikap Wajib Pajak terhadap Kesadaran Wajib Pajak dalam

Sebesar 40 empat puluh persen dari NJOP untuk: 1 Objek pajak perkebunan 2 Objek pajak kehutanan 3 Objek pajak lainnya, yang Wajib Pajaknya perorangan dengan NJOP atas bumi dan bangunan sama atau lebih dari Rp. 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah. a. Sebesar 20 dua puluh persen dari NJOP untuk: 1 Objek pajak pertambangan 2 Objek pajak lainnya yang NJOP-nya kurang dari Rp. 1.000.000.000,00 satu milira rupiah.

6. Nilai Jual Obyek Pajak Tidak Kena Pajak NJOPTKP

Menurut Mardiasmo 2009:315 selain terdapat NJOP, terdapat pula Nilai Jual Obyek Pajak Tidak Kena Pajak NJOPTKP yang ditetapkan untuk setiap daerah KabupatenKota setinggi-tingginya Rp 12.000.000, 00 dua belas juta rupiah untuk setiap wajib pajak. Apabila seorang wajib pajak mempunyai beberapa objek pajak, yang diberikan NJOPTKP hanya salah satu objek pajak yang nilainya terbesar, sedangkan objek pajak lainnya tetap dikenakan secara penuh tanpa dikurangi NJOPTKP. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Menteri keuangan menetapkan besarnya NJOPTKP dengan mempertimbangkan pendapat GubernurBupatiwalikota Pemerintah Daerah setempat. 24 Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan tanggal 29 Desember 2004 Nomor KEP 178WPJBD 052004 Tentang Penetapan Besarnya NJOPTKP Sebagai Dasar Penghitungan PBB untuk Kota Tangerang ditetapkan sebesar Rp 8.000.000,00 untuk setiap wajib pajak. Apabila seorang wajib pajak mempunyai beberapa obyek pajak, yang diberikan NJOPTKP hanya salah satu obyek pajak yang nilainya terbesar dan yang terdapat bangunannya.

7. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan

Menurut Mardiasmo 2009:317 tarif pajak yang dikenakan atas objek pajak adalah sebesar 0,5. Menurut Mardiasmo 2009:318 besarnya pajak terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan NJKP atau dengan rumusan: PBB = Tarif pajak x NJKP = 0,5 x {persentase NJKP x NJOP - NJOPTKP}

8. Tata Cara Pembayaran dan penagihan PBB

Menurut Mardiasmo 2009:324 tata cara pembayaran dan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan adalah sebagai berikut: 1 Pajak yang terutang berdasarkan SPPT harus dilinasi selambat- lambatnya 6 enam bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak. 2 Pajak yang terutang berdasarkan SKP harus dilunasi selambat- lambatnya 1 satu bulan sejak tanggal diterimanya SKP oleh wajib pajak. 25 3 Pajak yang terutang yang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak dibayar atau kurang dibayar, dikenakan denda administrasi sebesar 2 sebulan, yang dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran untuk jangka waktu paling lama 24 bulan. Menurut ketentuan ini, pajak yang terutang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak atau kurang dibayar, dikenakan denda administrasi 2 setiap bulan dari jumlah yang tidak atau kurang dibayar tersebut untuk jangka waktu paling lama 24 bulan, dan bagian dari bulan dihitung penuh satu bulan. Menurut Mardiasmo 2009:312 Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan data objek menurut ketentuan Undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang SPPT adalah surat yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk memberitahukan besarnya pajak terutang kepada wajib pajak. Direktorat Jenderal Pajak menerbitkan SPPT Surat Pemberitahuan Pajak Terutang berdasarkan SPOP Surat Pemberitahuan Objek Pajak wajib pajak.

C. Sikap

Menurut Ajzen 1991 dalam Devia dkk 2008:4 Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak favorable maupun perasaan 26 tidak mendukung atau tidak memihak unfavorable pada obyek tersebut. Sikap mempunyai peran yang penting dalam menjalankan perilaku seseorang dalam lingkungannya, walaupun masih banyak faktor lain yang mempengaruhi perilaku, seperti stimulus, latar belakang individu, motivasi, dan status kepribadian. Secara timbal balik, faktor lingkungan juga mempengaruhi sikap dan perilaku. Indrawijaya 2000:40 mendefiniskan sikap attitude dapat didefeniskan sebagai suatu cara bereaksi terhadap suatu ransangan yang tinggi dari seseorang atau dari suatu situasi. Sikap adalah “Pernyataan evaluatif baik yang menguntungkan atau tidak mengenai objek, orang atau peristiwa. Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan mengenai sesuatu. Selanjutnya Allport menjelaskan pengertian sikap adalah “sebagai semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara- cara tertentu. Agaknya tidak begitu bisa menafsirkan kesiapan dalam definisi ini sebagai suatu kecenderungan potensi untuk bereaksi apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon. Bahwa :”sikap merupakan faktor yang amat penting untuk suksesnya implemmentasi. Jika pelaksana berpandangan positif terhadap suatu kebijakan, maka kemungkinan besar mereka akan melaksanakan apa yang dikehendaki oleh pembuat kebijakan. Tetapi bila sikap atau perspektifnya berbeda, maka proses implementasi menjadi terancam kesuksesannya”. 27 Bentuk-Bentuk Sikap bentuk sikap dua, yaitu: a. Sikap positif Sikap positif adalah perwujudan nyata dari suasana jiwa yang terutama memperhatikan hal-hal yang positif. b. Sikap negatif Sikap negatif harus dipengaruhi, karena hal ini mengarahkan seseorang pada kesulitan diri dan kegagalan Euis 2007:14.

D. Motivasi

Frengki 2006:11 mendefinisikan motivasi berasal dari kata latin “MOVERE” yang berarti “dorongan atau daya penggerak”. Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia, khususnya kepada para pengikut. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah masyarakat, agar mereka mau untuk ikut serta ambil bagian dalam suatu proses pembangunan. Hal ini dapat dilihat dengan bersedianya masyarakat untuk memberikan apa yang dikehendaki pemerintah untuk mewujudkan tujuan pembangunan. Malayu 2003:95 Mendefinikan motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, seperti efektif dan terintegrasi dengan segala upaya untuk mencapai kepuasan. Pengertian motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif atau dapat pula diartikan sebagai hal atau keadaan menjadi motif. Jadi, motivasi 28 adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja Sutrisno 2009:117.

E. Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga

Gie 1989:194 dalam Karim 2002:4 memberikan pengertian income atau penadapatan penghasilan adalah seluruh pendapatan seorang baik berupa uang maupun barang yang diperolehnya untuk suatu jangka waktu tertentu. Pendapatan sebagai nilai balas jasa atau kontraprestasi yang diterima oleh seorang atas kegiatan faktor-faktor produksi yang dimiliki atau dihasilkan. Income atau pendapatanpenghasilan adalah berupa uang atau hasil materiil-materiil lainnya yang dicapai daripada penggunaan kekayaan atau jasa manusia bebas perusahaan atau individu dalam produksi. Berdasarkan ketiga pendapat tersebut ternyata pendapatan seseorang itu bisa berupa barang, bisa juga berupa uang yang diperoleh dari jasa pekerjaan dan penggunaan kekayaannya seperti untuk modal usaha atau investasi. Menurut Biro Pusat Statistik sebagaimana dikemukakan oleh Sumardi 1991:96, mengemukakan tentang pendapatan dan bukan pendapatan sebagai berikut: 29 1. Pendapatan berupa uang, yaitu pendapatan: a. Dari gaji dan upah yang diperoleh dari: 1 Kerja pokok 2 Kerja sampingan 3 Kerja lembur 4 Kerja kadang-kadang b. Dari hasil sendiri yang meliputi: 1 Hasil bersih dari usaha sendiri 2 Komisi 3 Penjualan dari kerajinan rumah 2. Pendapatan berupa barang yaitu pendapatan: a. Bagian pembayaran upah dan gaji yang berbentuk: 1 Beras 2 Pengobatan 3 Transportasi, perumahan 4 Rekreasi b. Barang yang diproduksi dan dikonsumsi di rumah: 1 Pemakaian barang yang diproduksi di rumah 2 Sewa yang harus dikeluarkan terhadap rumah sendiri yang ditempati. 3. Penerimaan yang bukan merupakan pendapatan, yaitu penerimaan yang berupa: 1 Pengambilan tabungan 2 Penagihan piutang 30 3 Pinjaman uang 4 Kiriman uang 5 Hadiah atau pemberian 6 Warisan Pada dasarnya yang berkenaan dengan pendapatan kepala keluarga menurut Soediyono 1990:19 terdiri: 1. Upah dan gaji, merupakan pendapatan yang diperoleh rumah tangga keluarga sebagai imbalan terhadap penggunaan jasa sumber tenaga kerja yang mereka gunakan dalam pembentukan produk nasional. 2. Sewa, meliputi semua macam sewa atas pemakaian aktiva tetap oleh pihak lain atau oleh pemiliknya sendiri. 3. Bunga, meliputi semua pembayaran modal pinjaman yang dibayar oleh sektor, baik sektor keluarga maupun sektor perusahaan. 4. Laba, merupakan perbedaan antara jumlah penerimaan penjualan perusahaan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Jadi pendapatan yang diterima seseorang sebagai kontraprestasi atau imbalan atas kegiatan dalam ekonomi dengan menggunakan faktor-faktor produksi dapat berbentuk antara lain: 1 Gaji 2 Bungadividen 3 Upahhonor 4 Komisi 5 Jasa transportasi 31 6 Labakeuntungan 7 Hasil sewa 8 Hasil panen 9 Dan lain-lain. Tingkat pendapatan antara satu orang dengan lainnya tidak sama, hal ini tergantung dari jenis pekerjaan, lamanya pekerjaan, pangkatjabatan yang diduduki dan sebagainya.

F. Persepsi Wajib Pajak tentang Pelaksanaan Sanksi denda PBB

Menururt Untung 2004:40 dalam Astuti dan Rini 2008:5 persepsi adalah kesan yang diperoleh dari hasil penangkapan panca indera seseorang terhadap suatu figur, kondisi, atau masalah tertentu. Masyarakat akan memiliki sikap sadar terhadap fungsi pajak dan akhirnya mematuhi pembayaran PBB, jika persepsi mereka terhadap sanksi, khususnya sanksi denda PBB dilaksanakan secara tegas, konsisten dan mampu menjangkau para pelanggar Suhardito dan Sudibyo,1996:6. Menurut Mardiasmo 2009:337 sanksi bagi wajib pajak adalah apabila SPOP tidak disampaikan dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran, ditagih dengan Surat Ketetapan Pajak. Jumlah pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak adalah pokok pajak ditambah dengan denda administrasi sebesar 25 dua puluh lima persen dihitung dari pokok pajak. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah pajak yang terutang lebih 32 besar dari jumlah pajak yang dihitung berdasarkan SPOP yang disampaikan oleh wajib pajak, ditagih dengan Surat Ketetapan Pajak. Jumlah pajak yang terhutang dalam Surat ketetapan Pajak adalah selisih pajak yang terutang berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain dengan pajak yang terhutang yang dihitung berdasarkan Surat Pemberitahuan Obyek Pajak ditambah denda administrasi sebesar 25 dua puluh lima persen dari selisih pajak yang terutang. Pajak yang terhutang yang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak dibayar atau kurang bayar, dikenakan denda administrasi sebesar 2 dua persen sebulan, yang dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran untuk jangka waktu paling lama 24 dua puluh empat bulan. Karena kealpaannya sehingga menimbulkan kerugian pada Negara, dalam hal: a. Tidak mengembalikanmenyampaikan SPOP kepada Direktorat Jendral Pajak. b. Menyampaikan SPOP, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan atau melampirkan keterangan tidak benar. Karena kesengajaannya sehingga menimbulkan kerugian pada Negara, dalam hal: a. Tidak mengembalikanmenyampaikan SPOP kepada Direktorat Jendral Pajak. b. Menyampaikan SPOP, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan atau melampirkan keterangan yang tidak benar. 33 c. Memperlihatkan surat palsu atau dipalsukan atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar. d. Tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan surat atau dokumen lainnya. e. Tidak menunjukkan data atau tidak menyampaikan keterangan yang diperlukan. Untuk sebab kealpaan: Dipidana dengan pidana kurung selama-lamanya 6 enam bulan atau denda setinggi-tingginya sebesar 2 dua kali pajak yang terutang. Kealpaan berarti tidak sengaja, lalai, kurang hati-hati sehingga perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian bagi negara. Untuk sebab kesengajaan: Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 2dua tahun atau denda setinggi-tingginya 5 lima kali pajak yang terutang. Sanksi pidana ini akan dilipatkan dua, apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1 satu tahun, terhitung sejak selesainya menjalani sebagian atau seluruh pidana penjara yang dijatuhkan atau sejak dibayarkan denda. Untuk mencegah terjadinya pengulangan tindak pidana perpajakan, maka bagi mereka yang melakukan tindak pidana sebelum lewat 1 satu tahun sejak selesainya menjalani sebagian atau seluruh pidana penjara yang dijatuhkan atau sejak dibayarnya denda, dikenakan pidana lebih berat ialah dua kali lipat dari ancaman pidana. 34

G. Pendidikan Wajib Pajak

Pendidikan adalah usaha sadar yang bertujuan mengembangkan kepribadian dan kemampuan Kansil, 1993:101. Menurut Guritno dalam Sri Astuti dan Rini 2008:4 Pendidikan adalah salah satu elemen sikap wajib pajak yang berpengaruh terhadap keberhasilan perpajakan. Pendidikan mempengarhi pengetahuan dan pengetahuan merupakan elemen kognitif dari sikap. Jenjang pendidikan Perjenjangan persekolahan sebagai berikut: a. Pendidikan Dasar : Taman kanak-kanak dan Sekolah Dasar. b. Pendidikan Lanjutan : SLTP Umum, SLTA Umum, SLTA kejuruan. c. Pendidikan Tinggi : Terbagi dalam 2 alternatif Alternatif I : Sarjana Muda, Sarjana, Pasca Sarjana, Doktor. Alternatif II : Diploma, Sarjana, Pasca Sarjana, Doktor. Sedangkan menurut Undang-undang Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989 pasal 12 ayat 1 Sumantri, 1992:62, jenjang pendidikan itu meliputi: a. Pendidikan Dasar. b. Pendidikan Menengah. c. Pendidikan Tinggi. 35 Menyadari pentingnya pendidikan perpajakan, Direktorat Jendral Pajak perlu melakukan upaya optimalisasi pendidikan perpajakan kepada wajib pajak, wajib pajak masa depan, dan petugas pajak dengan cara melakukan penguatan pada institusi yang menangani masalah penyuluhan, dalam hal ini dimulai dari Pusat Penyuluhan Perpajakan Wisnaeni, 1999:3. Tugas utama Pusat Penyuluhan Perpajakan adalah menyelenggarakan pemberdayaan kepada wajib pajak dan pencerahan petugas pajak. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran perpajakan wajib pajak dan pengetahuan petugas pajak guna meningkatkan kualitas layanan perpajakannya. Kegiatan-kegiatan pendidikan perpajkan bervariasi mulai dari kegiatan publikasi dan penerangan umum yang digunakan untuk mendidik wajib pajak dan biasa disebut pendidikan pajak informal, hingga pada pendidikan pajak an sich, yang berupa pendidikan pajak formal yang diajarkan di sekolah-sekolah umum dari tingkat Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi atau di tempat-tempat kursus perpajakan. Secara umum pendidikan pajak terdiri dari dua macam, yaitu: a. Pendidikan Pajak Formal. b. Pendidikan Pajak Informal. 36 a. Pendidikan pajak formal dapat diselenggarakan melalui: 1 Pendidikan pajak untuk Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Pendidikan pajak untuk sekolah ditunjukan untuk menumbuhkan kesadaran akan perlunya pajak bagi pembangunan bangsa dan Negara. 2 Kursus-kursus perpajakan yang mendapat lisensi dari Direktorat Jendral Pajak. Pendidikan pajak di tempat kursus lebih spesifik untuk memberikan pengetahuan teknis mengenai perpajakan. b. Pendidikan pajak informal dapat diberikan dalam bentuk: 1 Penyebaran informasi melalui berbagai bentuk publikasi seperti leaflet, majalah, buku, laporan tahunan kinerja Direktorat Jendral Pajak, dan berbagai barang cetakan lainnya. 2 Penyebaran informasi melalui media cetak dan elektronik seperti homepage , siaran pers, wawancara melalui TV dan Radio, Iklan dan lain-lainnya. 3 Layanan informasi melalui telepon. 4 Kerjasama dengan pelajar dan mahasiswa dalam memberikan penyuluhan dalam pengisian formulir pajak Wisnaeni, 1999:3. 37

H. Kesadaran Pembayaran Pajak

Kesadaran perpajakan adalah suatu sikap sadar terhadap fungsi pajak, berupa konstelasi komponen kognitif, afektif dan konatif, yang berinteraksi dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap makna dan fungsi pajak. Kesadaran perpajakan berkonsekuensi logis untuk wajib pajak, yaitu kerelaan wajib pajak memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi perpajakan, dengan cara membayar kewajiban pajaknya secara tepat waktu dan tepat jumlah Tarjo dan Sawarjuwono, 2005:126. Kesadaran membayar pajak perlu untuk ditingkatkan sejalan dengan besarnya pendapatan mereka. Adanya penyuluhan yang intensif diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak tepat pada waktunya. Tumbuhnya kesadaran harus diwujudkan dengan adanya sikap yang baik, sebab pada hakikatnya sikap adalah perwujudan daripada adanya kesadaran tersebut. dengan kata lain antara sikap dengan kesadaran jelaslah berbeda antara keduanya. Yang berbeda adalah objeknya, baik itu secara individu maupun secara sosial Karim, 2002:6. Thomas 1984:35 dalam Karim 2002 mengemukakan bahwa sikap sebagai suatu kesadaran individu yang menentukan perbuatan-perbuatan yang nyata ataupun yang mungkin akan terjadi di dalam kegiatan sosial. Dengan demikian jelaslah bahwa apa yang timbul tadi semuanya akan bias dikendalikan apabila ada kesadaran yang tinggi, yang disertai dengan suatu perbuatan yang nyata sehingga dapat dilihat hasilnya. Hasil yang baik tentunya positif bagi pembangunan perpajakan di Indonesia. Kembali pada 38 faktor yang paling dominan, yang mempengaruhi masyarakat untuk melunasi pembayaran pajak adalah dengan adanya kesadaran yang tinggi didalam hati nurani masyarakat sehingga diikuti dengan sikap yang baik pula. Sekertaris Kamar Dagang dan Industri KADIN sebagaimana dikutip Soemitro 1988:229 “Masyarakat tidak akan menemui kesulitan dalam memenuhi kewajiban membayar pajaknya kalau nilai yang harus dibayar itu masih berada di bawah penghasilan yang sebenarnya mereka peroleh secara rutin”. Dari penjelasan di atas dapatlah disimpulkan bahwa dengan adanya pendapatan masyarakat dapat mendorong masyarakat untuk sadar dalam membayar pajak yang berguna untuk pembiayaan pembangunan. Kesadaran dalam pembayaran pajak tercermin kebijakan yang diambil seseorang seperti pembayaran pajak yang tepat waktu, menghindari denda karena keterlambatan atau keteledoran, memahami arti pentingnya pajak untuk kelangsungan pembangunan. Hal ini sejalan dengan semboyan yang sering kita dengar yaitu “orang bijak taat pajak”. 39

I. Keterkaitan Antar Variabel

1. Sikap Wajib Pajak terhadap Kesadaran Wajib Pajak dalam

Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan. Sikap wajib pajak merupakan pernyataan atau pertimbangan evaluatif dari wajib pajak, baik yang menguntungkan atau tak menguntungkan mengenai obyek, orang atau peristiwa Hardika: 2006:77. Teori ekuitas equity theory menjelaskan mengenai hubungan antara sikap wajib pajak dengan kepatuhan wajib pajak. Teori ini menekankan pada aspek keadilan. Apabila wajib pajak memandang bahwa hak dan kewajibannya sebanding dalam artian bahwa adanya keseimbangan antara kewajibannya sebagai wajib pajak dan hak-hak yang dapat diperolehnya maka wajib pajak cenderung lebih patuh dalam menjalankan kewajiban pajaknya. Teori ini juga menyangkut keadilan dalam hubungannya dengan perlakuan terhadap setiap wajib pajak. Apabila wajib pajak merasa bahwa keadilan pajak telah diterapkan kepada semua wajib pajak dengan tidak membedakan perlakuan antara wajib pajak badan dengan perorangan, wajib pajak besar dengan wajib pajak kecil dalam artian bahwa semua wajib pajak diperlakukan secara adil maka setiap wajib pajak cenderung untuk menjalankan kewajiban pajaknya dengan baik atau dengan kata lain menimbulkan kepatuhan dalam diri wajib pajak Kautsar 2007 dalam Farid 2008:8. 40 Troutman 1993 dalam Salman 2008:8. menemukan adanya pengaruh yang signifikan dari sikap wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak. Sikap wajib pajak terhadap peraturan pajak, kebijakan pajak, dan administrasi pajak dapat mempengaruhi bagaimana kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya . Ha 1 : Sikap wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap kesadaran wajib pajak dalam pembayaran PBB.

2. Motivasi Wajib Pajak terhadap Kesadaran Wajib Pajak dalam