B. Pajak Bumi dan Bangunan
1. Definisi Pajak Bumi dan Bangunan
Menurut Suandy 2008:59 Pajak Bumi dan Bangunan PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dan besarnya pajak terutang
ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi, tanag dan atau bangunan. Menurut Setiawan dan Hardi 2006:125 Pajak Bumi dan
Bangunan PBB adalah pajak yang dikenakan terhadap objek pajak berupa bumi dan atau bangunan.
2. Asas PBB
Menurut Mardiasmo 2009:311 Asas Pajak Bumi dan Bangunan:
a. Memberikan kemudahan dan kesederhanaan
b. Adanya kepastian hukum
c. Mudah dimengerti dan adil
d. Menghindari pajak berganda
3. Subyek PBB
Menurut Mardiasmo
2009:316 Subyek pajak dalam PBB adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas
bumi atau memperoleh manfaat atas bumi atau memiliki, menguasai dan memperoleh manfaat atas bangunan antara lain pemilik, penghuni,
penggarap, pemakai dan penyewa. Seorang wajib pajak dapat mengajukan permohonan dan keberatan atas pajak yang terutang.
20
4. Obyek PBB
Menurut Mardiasmo 2009:313 yang menjadi obyek PBB adalah bumi dan bangunan. Dalam menentukan klasifikasi bumi tanah
harus diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut. a.
Letak
b.
Peruntukan
c.
Pemanfaatan
d. Kondisi lingkungan dan lain-lain
Dalam menentukan
klasifikasi bangunan harus diperhatikan
faktor-faktor antara lain: a.
Bahan yang digunakan b.
Rekayasa c.
Letak Pengecualian Objek Pajak
Objek pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan, yaitu obyek pajak yang:
a. Diguakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dan tidak
mencari keuntungan antara lain: 1
Bidang ibadah, contoh: masjid, gereja, vihara. 2
Bidang kesehatan, contoh: rumah sakit. 3
Bidang pendidikan, contoh: madrasah, pesantren. 4
Bidang sosial, contoh: panti asuhan. 5
Bidang kebudayaan nasional, contoh: museum, candi.
21
6 Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis
b. Merpakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman
nasional, tanah penggembalaan yang dik uasai oleh desa dan tanah Negara yang dibebani suatu hak
c. Diguakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas
perlakuan timbal balik d.
Diguakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukanoleh Menteri Keuangan.
5. Dasar Pengenaan PBB
Menurut Mardiasmo 2009:312 dasar pengenaan pajak adalah Nilai Jual Obyek Pajak NJOP. Nilai Jual Objek Pajak NJOP adalah
harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, Nilai Jual Objek
Pajak ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau Nilai Jual Objek Pajak pengganti.
Berdasar UU nomor 12 Tahun 1994 NJOP ditetapkan perwilayah berdasarkan keputusan Menteri Keuangan dengan mendengar
pertimbangan Bupati serta memperhatikan: a.
Harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar.
b. Perbandingan harga dengan obyek lain yang sejenis yang letaknya
berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya. c.
Nilai perolehan baru.
22
d. Penentuan Nilai Jual Obyek Pajak pengganti.
Besarnya NJOP ditentukan berdasarkan klasifikasi sebagai berikut : a.
Objek Pajak Sektor Pedesaan dan Perkotaan. b.
Objek Pajak Sektor Perkebunan. c.
Objek Pajak Sektor Kehutanan atas Hak Pengusahaan Hutan, Hak Pengusahaan hasil Hutan, Izin Pemanfaatan Kayu serta Izin Sah
Lainnya selain Hak. d.
Objek Pajak Sektor Kehutanan atas Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri.
e. Objek Pajak Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi.
f. Objek Pajak Sektor Pertambangan Energi Panas Bumi.
g. Objek Pajak Sektor Pertambangan Non Migas selain Pertambangan
Energi Panas Bumi dan Galian C. h.
Objek Pajak Sektor Pertambangan Non Migas Galian C. i.
Objek Pajak Sektor Pertambangan yang dikelola berdasarkan Kontrak Karya atau Kontrak Kerjasama.
j. Objek Pajak usaha bidang perikanan laut.
k. Objek pajak usaha bidang perikanan darat.
l. Objek pajak yang bersifat khusus.
Menurut Mardiasmo 2009:318 dasar penghitungan PBB adalah Nilai Jual Kena Pajak NJKP. Besarnya presentase untuk menentukan besarnya
NJKP adalah sebagai berikut.
23
Sebesar 40 empat puluh persen dari NJOP untuk: 1
Objek pajak perkebunan 2
Objek pajak kehutanan 3
Objek pajak lainnya, yang Wajib Pajaknya perorangan dengan NJOP atas bumi dan bangunan sama atau lebih dari Rp. 1.000.000.000,00
satu miliar rupiah. a.
Sebesar 20 dua puluh persen dari NJOP untuk: 1
Objek pajak pertambangan 2
Objek pajak lainnya yang NJOP-nya kurang dari Rp. 1.000.000.000,00 satu milira rupiah.
6. Nilai Jual Obyek Pajak Tidak Kena Pajak NJOPTKP