Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri jika pembangunan nasional memerlukan dana yang cukup besar. Penerimaan devisa yang berasal dari ekspor dan adanya berbagai jenis bantuan dana dari luar negeri masih dirasa tidak mencukupi kebutuhan besamya keperluan dana untuk pembangunan tersebut. Oleh karena itu, pemerintah berusaha menggalakkan sumber penerimaan pemerintah lainnya yaitu pajak. Sektor pajak sebagai salah satu komponen APBN saat ini memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap penerimaan negara sebagai modal pembangunan nasional. Target yang diberikan pemerintah terhadap sektor ini terus mengalami peningkatan dan beberapa tahun anggaran terakhir sektor pajak menjadi sektor dengan target yang paling tinggi dibandingkan sektor lain. Hal ini mempakan salah satu dampak dari pertumbuhan ekonomi nasional yang mengalami stagnasi saat ini Munari, 2005:120. Dalam menilai keberhasilan penerimaan pajak, perlu diingat beberapa sasaran administrasi perpajakan, seperti: meningkatkan kepatuhan para pembayar pajak, dan melaksanakan ketentuan perpajakan secara seragam untuk mendapatkan penerimaan maksimal dengan biaya yang optimal. Kepatuhan Wajib Pajak tax compliance dapat diidentifikasi dari kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk menyetorkan kembali 1 Surat Pemberitahuan SPT, kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang, dan kepatuhan dalam pembayaran tunggakan. Pada hakekatnya kepatuhan Wajib Pajak dipengaruhi oleh kondisi sistem administrasi perpajakan yang meliputi tax service dan tax enforcement. Perbaikan administrasi perpajakan sendiri diharapkan dapat mendorong kepatuhan Wajib Pajak. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak dipengaruhi oleh bagaimana administrasi perpajakan dilakukan Mario dan Khoiru, 2008:2. Untuk mencapai target pajak, perlu ditumbuhkan terus menerus kesadaran dan kepatuhan masyarakat Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku Mario dan Khoiru, 2008:3. Mengingat kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak merupakan faktor penting bagi peningkatan penerimaan pajak, maka perlu secara intensif dikaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran Wajib Pajak, khususnya Wajib Pajak orang pribadi dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan PBB. Pajak Bumi dan Bangunan PBB sebagai salah satu pajak properti merupakan sumber penerimaan yang dapat diandalkan. Objek pajak PBB yaitu bumi dan bangunan memiliki karakteristik khusus yaitu bentuk fisiknya yang tidak dapat disembunyikan, sehingga tentunya lebih mudah untuk dipantau Karmanto, 2006:5. PBB mempunyai dampak yang lebih luas sebab hasil penerimaan PBB dikembalikan untuk pembangunan daerah yang bersangkutan Suhardito dan Sudibyo,1999:3. Bagian PBB yang diterima 2 daerah merupakan salah satu sumber penerimaan yang penting bagi daerah dalam era otonomi sekarang ini. Untuk itu, perlu bagi pemerintah untuk meningkatkan peranan PBB sebagai sumber penerimaan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Salah satu upayanya yaitu melalui peningkatan kesadaran wajib pajaknya. Karena keberhasilan penerimaan pajak merupakan cerminan kesadaran masyarakat Misbach, 1997:17. Mengingat banyak perubahan tanah dan atau bangunan di daerah perkotaan, memungkinkan Direktorat Jenderal Pajak menggali potensi penerimaan PBB dari hasil perubahan tersebut. Kemampuan untuk membayar pajak dapat dilihat dari ketiga aspek, yaitu tingkat pendapatan, jumlah kekayaan dan konsumsi seseorang. Di mana berarti semakin tinggi kemakmurannya seseorang. maka semakin tinggi pula kemampuan orang tersebut untuk membayar pajak. Oleh karena itu akan lebih adil apabila orang tersebut dikenakan pajak relatif tinggi. Pemerintah sudah melakukan pendataan dan pengolahan data terhadap objek yang dikenakan pajak. Masyarakat yang sudah menjadi Wajib Pajak, banyak yang tidak patuh dan tidak ikut berpartisipasi terhadap pembayaran PBB. Meskipun pemerintah setempat sudah membuat sanksi terhadap Wajib Pajak yang tidak patuh, saksi yang diberikan oleh pemerintah yakni berupa denda. Tapi hal ini juga kurang berhasil untuk membuat masyarakat itu menjadi sadar pajak. Selain memberikan sanksi pemerintah juga sudah mensosialisasikan akan pentingnya pembayaran PBB. sampai-sampai pemerintah yakni Dirjen Pajak melakukan sosialisasi di televisi, radio, dan 3 media massa dengan berbagai iklan yang menarik perhatian masyarakat untuk dapat mengerti akan pentingnya membayar pajak dan masyarakat mempunyai sikap yang baik tentang perpajakan. Dengan adanya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah ini, diharapkan masyarakat sadar dan dapat ikut serta dalam pembangunan suatu daerah dengan berpartisipasi membayar pajak khususnya PBB. Tingkat pendapatan kepala keluarga selaku anggota masyarakat mempengaruhi segala aktivitas dalam memenuhi kewajiban sebagai warga Negara termasuk didalamnya membayar PBB. Pajak Bumi dan Bangunan adalah salah satu jenis pajak pusat kemudian sebagian hasil penerimaannya diserahkan kembali kepada Daerah Tingkat I dan II Linus, 2002:2 . Di era otonomi daerah, Tangerang Selatan yang baru tumbuh, memerlukan dana pembangunan salah satu sumber berasal dari pajak bumi dan bangunan yang untuk kelancaran segala sektor pembangunan. Bicara kesadaran kepala keluarga selaku anggota masyarakat dalam membayar PBB tingkat kesadaran masyarakat merupakan hal yang sangat esensial. Kesadaran yang dimaksud adalah kemauan secara sukarela dari hati nurani kepala keluarga selaku anggota masyarakat untuk membayar pajak yang berguna dalam pembiayaan pembangunan. Kesadaran merupakan faktor yang paling dominan dalam masyarakat untuk melunasi pajak, dengan kesadaran dari hati nurani itu maka timbul sikap yang bijaksana dari mereka. Tanpa adanaya kesadaran ini sulit rasanya bagi pemerintah untuk menjaring pajak, jika bias tentu dengan cara paksaan. Pembayaran PBB oleh masyarakat 4 banyak ditentukan oleh faktor-faktor: a latar belakang masyarakat, b tingkat pendidikan, c tingkat pendapatan, d beban keluargajumlah tanggungan, e kesadaran, f kebijakan pemerintah, g tingkat intelektual dan moral, h dan lain-lain Linus, 2002:2. Ada kecenderungan bagi orang yang berpendapatan tinggi pengeluaran juga tinggi, orang yang berpendapatan rendah pengeluaran juga rendah. Jadi ada kecenderungan pengeluaran seseorang menyesuaikan dengan pendapatan yang diperolehnya, ada keseimbangan antara pendapatan dengan pengeluaran, pendapatan yang dicapai dalam jangka waktu tertentu, senantiasa sama dengan pengeluaran jangka waktu tertentu. Demikian juga dengan masalah kesadaran dalam membayar pajak, pembayaran pajak termasuk juga pengeluaran yang berkaitan pula dengan pendapatan seseorang. Apalagi bagi orang-orang yang sadar akan arti pentingnya fungsi pajak bagi pembangunan nasional, maka ada nilai lebihnya yaitu mereka tidak segan-segan untuk mengeluarkan biaya untuk membayar pajak. Dalam hal ini pendapatan kepala keluarga berpengaruh dalam membayar pajak. Walaupun mereka sadar arti pentingnya pajak namun ada yang masih enggan melunasi pajak, hal ini karena alasan penghasilannya minim atau sengaja lalai padahal penghasilannya besar. Namun demikian pada umumnya mereka tidak keberatan membayar pajak asal tidak terlalu berat atau nilainya masih berada dibawah penghasilannya secara rutin setiap bulan. Oleh karena itu perlu dikaji kaitan antara kesadaran membayar pajak dengan penghasilanpendapatan yang mereka peroleh Linus, 2002:3. 5 Penelitian mengenai Analisis Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak PBB dan Pengaruhnya Terhadap Kesadaran Perpajakan yang dilakukan oleh Astuti 2008 , ada 4 faktor yang mempengaruhi kesadaran perpajakan, yaitu Pendidikan wajib pajak, Lama tinggal wajib pajak di lokasi objek pajak PBB, Penghasilan wajib pajak, Persepsi wajib pajak terhadap pelaksanaan sanksi denda PBB. Hasil analisis faktor menunjukkan 2 faktor yang tersebar ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi. Faktor pertama terdiri dari kewajiban moral, kontrol keprilakuan yang dipersepsikan, dan niat, dan faktor kedua terdiri dari sikap dan norma subyektif. Perbedaan penelitian ini dengan Astuti 2009 adalah hanya menggunakan 4 faktor yang mempengaruhi kesadaran perpajakan, yaitu Pendidikan wajib pajak, Lama tinggal wajib pajak di lokasi objek pajak PBB, Penghasilan wajib pajak, Persepsi wajib pajak terhadap pelaksanaan sanksi denda PBB, sedangkan Peneliti menggunakan 5 faktor yang mempengaruhi kesadaran Wajib Pajak dalam pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan PBB, yaitu Sikap, Motivasi, Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga, Persepsi Wajib Pajak tentang Pelaksanaan Sanksi denda PBB, dan Pendidikan Wajib Pajak. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Frengki 2006 tentang Pengaruh Sikap Dan Motivsi Masyarakat Terhadap Partisipasi Pembayaran PBB adalah Frengki hanya menggunakan 2 variabel yaitu Sikap dan Motivasi. Sedangkan Peneliti menggunakan 5 faktor yang mempengaruhi kesadaran Wajib Pajak dalam pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan PBB, yaitu 6 Sikap, Motivasi, Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga, Persepsi Wajib Pajak tentang Pelaksanaan Sanksi denda PBB, dan Pendidikan Wajib Pajak. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Linus 2002 tentang Hubungan Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga Dengan Kesadaran Membayar PBB yaitu Linus Karim hanya menggunakan 1 variabel yaitu Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga. Sedangkan Peneliti menggunakan 5 faktor yang mempengaruhi kesadaran Wajib Pajak dalam pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan PBB, yaitu Sikap, Motivasi, Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga, Persepsi Wajib Pajak tentang Pelaksanaan Sanksi denda PBB, dan Pendidikan Wajib Pajak. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Salman dan Farid 2008 tentang Pengaruh Sikap dan Moral Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Industri Perbankan Di Surabaya yaitu Salman dan Farid hanya menggunakan 2 variabel yaitu Sikap Wajib Pajak dan Moral Wajib Pajak. Sedangkan Peneliti menggunakan 5 faktor yang mempengaruhi kesadaran Wajib Pajak dalam pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan PBB, yaitu Sikap, Motivasi, Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga, Persepsi Wajib Pajak tentang Pelaksanaan Sanksi denda PBB, dan Pendidikan Wajib Pajak. Konstribusi pajak bumi dan bangunan tidaklah besar dalam struktur penerimaan Negara, tapi keberadaannya sangat berarti dan tidak dapat dihilangkan, namun demikian pajak bumi dan bangunan merupakan pajak yang tidak sulit dalam pengadministrasiannya karena dalam pembayarannya sudah di kelola oleh RTRW di lingkungan masing-masing wajib pajak 7 tinggal dan efisiensi pemungutannya rendah karena objek pajaknya cukup banyak. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, penulis tertarik untuk mengangkat ke dalam penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran Wajib Pajak Dalam Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan PBB Di Tangerang Selatan”.

B. Perumusan Masalah