2.5.2. Periode 1969-2000 Pemberantasan Malaria
Dengan terintegrasinya upaya pengendalian malaria dengan sistem pelayanan kesehatan, maka kegiatan malaria dilaksanakan oleh Puskesmas, Rumah Sakit
maupun sarana Pelayanan kesehatan lainnya. Seiring dengan perubahan ekologi, tahun 1973 mulai dilaporkan adanya resistensi Plasmodium falciparum di
Yogyakarta, bahkan tahun 1975 di seluruh provinsi di Indonesia, disertai dengan kasus resistensi Plasmodium terhadap Sulfadoksin-Pirimethamin SP di beberapa
tempat di Indonesia. Tahun 1973 ditemukan penderita import dari Kalimantan Timur di Yogyakarta dan pada tahun 1991 dilaporkan adanya kasus resistensi Plasmodium
vivax terhadap klorokuin di Pulau Nias, Provinsi Sumatera Utara.
2.5.3. Periode 2000-Sekarang Periode Eliminasi Malaria
Sejak dilaporkan adanya resistensi Plasmodium falciparum terhadap klorokuin hampir di seluruh provinsi di Indonesia dan terhadap Sulfadoksin-
Pirimethamin SP di beberapa tempat di Indonesia, maka sejak tahun 2004 kebijakan pemerintah menggunakan obat pilihan pengganti klorokuin dan SP yaitu dengan
kombinasi Artemisinin. Pada tahun 2000 dilahirkan penggalangan pemberantasan malaria melalui gerakan masyarakat yang dikenal dengan Gebrak Malaria. Gerakan
ini merupakan embrio pengendalian malaria yang berbasis kemitraan dengan berbagai sektor dengan slogan “Ayo Berantas Malaria”. Selanjutnya tahun 2004
dibentuk Pos Malaria Desa sebagai bentuk Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat UKBM.
Universitas Sumatera Utara
Mengingat malaria masih menjadi masalah di tingkatan global, dalam pertemuan WHO 60 tanggal 18 Mei 2007 telah dihasilkan komitmen global tentang
eliminasi malaria bagi setiap negara. Indonesia termasuk salah satu negara yang berkomitmen untuk meng-Eliminasi malaria. Eliminasi Malaria sangat mungkin
dilaksanakan mengingat telah tersedia 3 kunci utama yaitu : •
Ada obat ACT •
Ada teknik diagnosa cepat dengan RDT •
Ada teknik pencegahan dengan menggunakan kelambu LLIN’s Long Lasting Insectized Net’s, yang didukung oleh komitmen yang tinggi dari pemda
setempat. Kebijakan Eliminasi :
Eliminasi Malaria dilakukan secara menyeluruh dan terpadu oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah bersama mitra kerja pembangunan termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, dunia usaha, lembaga donor, organisasi profesi,
organisasi kemasyarakatan dan masyarakat setempat.
Eliminasi Malaria dilakukan secara bertahap dari kabupatenkota, provinsi, dan dari satu pulau atau ke beberapa pulau sampai ke seluruh wilayah Indonesia
menurut tahapan yang didasarkan pada situasi malaria dan kondisi sumber daya yang tersedia.
Universitas Sumatera Utara
Strategi Program :
Diagnosis Malaria : Semua kasus malaria klinis dikonfirmasi dengan
miikroskop atau RDT.
Pengobatan : ACT
Pencegahan : Pendistribusian kelambu LLIN’s, Indoor Residual SprayingIRS, dan lain-
lain. Kelambu LLIN’s efektif sampai 3-5 tahun dan dapat dicuci secara teratur 3 bulan sekali.
Kemitraan dalam Menuju Eliminasi Malaria
Mitra Potensial Pengendalian Malaria yaitu : •
DPRD : -
Legislatif, bersama eksekutif, contoh : penyusunan Peraturan daerah “Pengawasan Lingkungan dari Tempat Perindukan Nyamuk” pada sektor
Wisata. -
Penganggaran, dll •
BAPPEDA : -
Perencanaan program -
Penganggaran, dll •
Sektor Pariwisata : Penggerakan “resort”, hotel dan institusi disektor pariwisata untuk meniadakan
tempat perindukan nyamuk di lingkungan sekitar masing-masing, dll.
Universitas Sumatera Utara
• Sektor InformasiHumas :
- Penyebarluasan upaya penghindaran diri dari gigitan nyamuk
- Penyebarluasan upaya pencarian pengobatan, dll
• Sektor Kimpraswil :
- Penyediaan air bersih dan pembangunan MCK Mandi Cuci Kakus
- Program sungai bersih, dll
• Sektor Peternakan :
Penyuluhan penempatan kandang yang berfungsi sebagai “cattle barier”, dll •
Sektor Pertanian : Dalam rangka tanam padi serempak dan sanitasi kebun, dll
• Sektor Perikanan Kelautan :
- Budi daya ikan ikan pemakan jentik untuk ditebarkan di kolam, badan air
- Penanaman kembali pohon bakau, dll
• Sektor Pendidikan Nasional :
Menjadikan pengetahuan upaya pengendalian malaria sebagai materi pelajaran Muatan Lokal MULOK, dll.
• Sektor Agama :
- Bersama Sektor pendidikan Nasional upaya pengendalian malaria sebagai
materi pelajaran MULOK. -
Materi penanggulangan malaria disebarluaskan melalui khotbah Jum’at atau kebaktian Minggu, dll
Universitas Sumatera Utara
• PKK :
Penggerakan ibu rumah tangga dalam pencegahan gigitan nyamuk dan upaya pencarian pengobatan, dll
• LSM
- Penggerakan masyarakat dalam pencegahan dan KIE. - Penemuan dan pengobatan malaria.
Bupati Kabupaten Deli Serdang H. Ashari Tambunan menerima Sertifikat Eliminasi Malaria dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia dr. Nafsiah Mboi,
Sp.A.MPH, pada rangkaian peringatan Hari Kesehatan Sedunia HKS
dan peringatan Hari Malaria Sedunia HMS dengan tema nasional : “BEBAS MALARIA, INVESTASI MASA DEPAN BANGSA”, Sabtu tanggal 26 April 2014
di Hotel Grand Sahid Jaya di Jakarta. Yang dihadiri Pimpinan WHO Representative to Indonesia dr. Khonchit Limpakarnjanarat, Pejabat Kemenkes RI, Gubernur Kaltim
Drs H O Faroek Ishak, Wagub Sulteng H Sudarto, 45 Bupati Walikota perwakilan se Indonesia , Pimpinan Organisasi propesi, Ormas , Tokoh Agama dan undangan
lainnya. Kadis Kesehatan Deli Serdang dr. Aida Harahap, MARS yang turut
mendampingi Bupati menerima Sertifikat Eliminasi Malaria tersebut di Jakarta menjelaskan diterimanya sertifikat Eliminasi Malaria tersebut, karena Kabupaten Deli
Serdang dinilai telah mampu mengurangi perkembangan nyamuk bahkan kasus penyakit malaria, demam berdarah maupun penyakit cikungunyak sangat rendah
Universitas Sumatera Utara
dengan perbandingan satu 1000 penduduk atau 0,0081000 penduduk. Meskipun kita telah mendapatkan prestasi yang menggembirakan ini, tetapi kita
harus tetap waspada serta berupaya untuk mengurangi bahkan menghapuskan perkembangan nyamuk dengan melakukan gerakan kebersihan yang terkoordinasi
dengan instansi terkait bersama masyarakat Upaya untuk menekan angka kesakitan dan kematian dilakukan melalui
program pemberantasan malaria yang kegiatannya antara lain meliputi diagnosis dini, pengobatan cepat dan tepat, surveilans dan pengendalian vektor yang kesemuanya
ditujukan untuk memutus mata rantai penularan malaria.
www.deliserdangkab.go.id.
Indikator keberhasilan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010- 2014 adalah menurunkan angka kesakitan malaria dan kematian penyakit malaria
pada tahun 2015 menjadi 1 per 1.000 penduduk. Terdapat beberapa upaya yang dilakukan dalam program pencegahan malaria seperti pemakaian kelambu dan
pengendalian vektor. Pemakaian kelambu adalah salah satu dari upaya pencegahan penularan penyakit malaria, di Kabupaten Deli Serdang telah dilaksanakan
pembagian kelambu pada tahun 2009, 2010 dan 2011 bantuan dana dari GF Malaria. Untuk meminimalkan penularan malaria maka dilakukan upaya pengendalian vector
terhadap Anopheles sp sebagai nyamuk penular malaria. Beberapa upaya pengendalian vektor yang dilakukan misalnya terhadap jentik dilakukan larviciding
tindakan pengendalian larva Anopheles sp secara kimiawi, menggunakan insektisida, biological control menggunakan ikan pemakan jentik, manajemen
lingkungan. Pengendalian terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan penyemprotan
Universitas Sumatera Utara
dinding rumah dengan insektisida IRS atau menggunakan kelambu berinsektisida. Pengendalian vektor harus dilakukan secara REESAA Rational, Effective, Efisien,
Suntainable, Affective dan Affordable mengingat kondisi geografis Indonesia yang luas dan bionomik vector yang beraneka ragam sehingga pemetaan breeding places
dan perilaku nyamuk menjadi sangat penting. Untuk itu diperlukan peran pemerintah daerah, seluruh stakeholders dan petugas malaria serta masyarakat dalam
pengendalian vektor malaria Kemenkes RI, 2013.
2.6. Penemuan dan Pengobatan Kasus Malaria