Hubungan Motivasi Kerja Dengan Kinerja Petugas Malaria Puskesmas Di Daerah Endemis Dan Non Endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008

(1)

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA PETUGAS

MALARIA PUSKESMAS DI DAERAH ENDEMIS DAN

NON ENDEMIS MALARIA KABUPATEN

MANDAILING NATAL

TAHUN 2008

S K R I P S I

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh : M U K H S I N

NIM. 041000287

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA PETUGAS

MALARIA PUSKESMAS DI DAERAH ENDEMIS DAN

NON ENDEMIS MALARIA KABUPATEN

MANDAILING NATAL

TAHUN 2008

SKRIPSI

Oleh : M U K H S I N

NIM. 041000287

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(3)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

DEPARTEMEN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN BERITA ACARA UJIAN SKRIPSI

Pada hari selasa tanggal dua puluh tiga bulan September tahun dua ribu delapan telah dilaksanakan ujian skripsi atas nama MUKHSIN / NIM. 041000287 dengan hasil sebagai berikut:

I. Ketua Penguji : Siti Khadijah Nst., SKM, MKes.

Pertanyaan dan saran; 1. Pada Bab Pendahuluan;

a. Latar belakang (halaman 1, alenia 3) ditambahkan kata “bersumber Binatang” pada Laporan Program Pemberantasan Penyakit Menular….. b. Halaman 4 alenia 3, diperbaiki penulisan asing “capasity”.

2. Pada Bab Metode Penelitian, definisi operasional variabel penelitian lebih dikembangkan atau diperluas artinya.

3. Perbaiki dan sempurnakan skripsi ini sesuai dengan masukan berupa saran dan kritik dari tim penguji.

II. Penguji I : dr. Heldy B.Z., MPH

Pertanyaan dan saran; 1. Pada Kata Pengantar;


(4)

b. Pada poin 6 disamakan sebagai staf pengajar Departemen AKK/tidak dikhususkan.

2. Perbaiki kembali pemakaian kata “instrinsik”.

3. Perbaiki dan sempurnakan skripsi ini sesuai dengan masukan berupa saran dan kritik dari tim penguji.

III. Penguji II: Prof. Dr. Ida Yustina, MSi.

Pertanyaan dan saran;

1. Perlu perbaikan pada pemakaian uji statistik (statistik non parametrik). 2. Perbaiki kembali pada Bab Pembahasan!

3. Pada kuesioner, pertanyaan untuk responden disesuaikan dengan tugas dan fungsinya di lapangan.

IV. Penguji III: Prof. dr. H. Aman Nst., MPH

Pertanyaan dan saran:

1. Perbaiki penggunaan kata “rasa Prestasi”

2. Perjelas penggunaan kalimat insentif kategori sedang!

Demikian berita acara ini dibuat dan telah diperbaiki sesuai dengan saran, dan pertanyaan dari tim penguji.


(5)

NO Nama Tanda tangan

1 Siti Khadijah Nst. SKM, MKes NIP. 132231812

2 dr. Heldy BZ., MPH NIP. 131124052

3 Prof. Dr. Ida Yustina, MSi NIP. 131996170

5 Prof. dr. H. Aman Nst., MPH NIP. 140019774


(6)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA PETUGAS MALARIA PUSKESMAS DI DAERAH ENDEMIS DAN

NON ENDEMIS MALARIA KABUPATEN MANDAILING NATAL

TAHUN 2008

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

M U K H S I N 041000287

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 23 September 2008 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Siti Khadijah Nst., SKM, MKes dr. Heldy BZ., MPH NIP. 132231812 NIP. 131124052

Penguji II Penguji III

Prof. Dr. Ida Yustina, MSi Prof. dr. H. Aman Nst., MPH NIP. 131996170 NIP. 140019774

Medan, 23 September 2008 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

dr. Ria Masniari Lubis, MSi NIP. 131124053


(7)

ABSTRAK

Berdasarkan evaluasi kinerja Bagian Program Pemberantasan Penyakit (P2P) Malaria Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal, menunjukkan bahwa dari tahun 2005 sampai dengan 2007 angka kesakitan malaria sangat tinggi bahkan telah terjadi kasus resistensi Plasmodium falsifarum terhadap Kloroquin. Oleh sebab itu peneliti tertarik mengadakan penelitian tentang hubungan motivasi kerja dengan kinerja petugas malaria puskesmas didaerah endemis dan non endemis malaria Kabupaten Mandailing Natal tahun 2008

Penelitian ini bersifat survei Explanatory Research untuk menjelaskan hubungan motivasi kerja dengan kinerja petugas malaria puskesmas di daerah endemis dan non endemis malaria Kabupaten Mandailing Natal tahun 2008 yang menggunakan uji korelasi Spearman dan uji Mann-Whitney yang bertujuan untuk menjelaskan perbedaan kinerja petugas malaria puskesmas daerah endemis dan non endemis malaria di Kabupaten Mandailing Natal. Populasi adalah seluruh petugas malaria puskesmas yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan pemberantasan dan penanggulangan penyakit malaria dan penarikan sampel penelitian secara total sampling yang berjumlah 22 orang.

Hasil analisis korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna insentif/honor (p=0,000 dan nilai r 0,874), kondisi kerja (p=0,000 dan s nilai r 0,896) dan pengakuan (p=0,036 dan nilai s r 0,233) dengan kinerja petugas s malaria puskesmas di daerah endemis dan non endemis Kabupaten Mandailing Natal tahun 2008. Hasil uji Mann-whitney membuktikan adanya perbedaan kinerja (p=0,002) dan insentif (p=0,011), kondisi kerja (p=0,007), pengakuan (p=0,003) yang diterima petugas malaria di daerah endemis dengan petugas daerah non endemis malaria Kabupaten Mandailing Natal tahun 2008.

Dari hasil penelitian ini untuk meningkatkan kinerja petugas malaria puskesmas di daerah endemis dan non endemis malaria Kabupaten Mandailing Natal, diupayakan adanya peningkatan kinerja dan sumber daya manusia melalui pelatihan supervisi serta melakukan survei aktif ke masyarakat, kerjasama dengan lintas sektoral, mitra kerja, pemuka masyarakat, juru malaria desa dan LSM dalam rangka melaksanakan program pemberantasan dan penanggulangan penyakit malaria di daerah endemis dan non endemis malaria secara efektif dan efisien di Kabupaten Mandailing Natal dalam menyambut INDONESIA SEHAT 2010.


(8)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Mukhsin

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 17 Maret 1970

Agama : Islam

Status Perkawinan : Kawin

Alamat Rumah : Komplek Perumahan Lalang Green Land Blok D 12 Jl. Sei Mencirim Desa Paya Geli Kp. Lalang Kab. Deli Serdang

Alamat Kantor : Komplek Perkantoran Paya Loting Dinas Kesehatan Mandailing Natal

Riwayat Pendidikan : 1. SD Inpres Pante Cermin Jeuram Kabupaten Aceh Barat ( Tahun 1976 – 1982 )

2. SMP Negeri Jeuram Kabupaten Aceh Barat ( Tahun 1982 – 1985 )

3. SMA Negeri Jeuram Kabupaten Aceh Barat ( Tahun 1985 – 1988 )

4. SPPH DEPKES R.I. Banda Aceh (Tahun 1990 – 1991)

5. AKPER DEPKES R.I. Jakarta (Tahun 1998 – 2001) 6. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara – Medan (Tahun 2004 – sekarang) Riwayat Pekerjaan : 1. Staf Kesling Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli

Selatan ( Tahun 1993 )

2. Staf Puskesmas Siabu Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Selatan ( Tahun 1994 )

3. Staf Puskesmas Padangmatinggi Kota Padang Sidempuan Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Selatan ( Tahun 1996 )

4. Staf Puskesmas Latong Kecamatan Barumun Sibuhuan Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Selatan (Tahun 1997)

5. Staf Kesling Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Selatan (Tahun 2002)

6. Staf Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal (Tahun 2002 – sekarang)


(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini penulis banyak menemui kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan, bantuan dan dorongan moril dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu kritik dan saran masih sangat diperlukan demi kesempurnaan skripsi ini. Oleh sebab itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM-USU).

2. Ibu Prof. Dr. Ida Yustina, MSi selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan sekaligus Dosen Penguji II yang telah memberikan kritik dan saran yang positif untuk kesempurnaan skripsi ini.

3. Ibu Siti Khadijah Nst., SKM, MKes. selaku Ketua Penguji Skripsi yang telah memberikan kritik dan saran yang positif untuk kesempurnaan skripsi ini. 4. Bapak dr. Heldy B.Z. MPH selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan

kritik dan saran yang positif untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Prof dr. Aman Nast., MPH selaku Dosen Penguji III yang telah memberikan kritik dan saran yang positif untuk kesempurnaan skripsi ini. 6. Ibu dr. Devi Nuraini Santi selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah


(10)

7. Seluruh staf dosen dan staf Administrasi di Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

8. Bapak Kepala Dinas Kesehatan dan Kepala Bidang P2P beserta staf Kabupaten Mandailing Natal yang telah banyak membantu penulis dalam pemberian informasi untuk kesempurnaan skripsi ini.

9. Istri tercinta dan tersayang Fitriyani serta buah hati Aja Diva Nabillah dan Mohd. Qory Asshieddiqie yang memberi dorongan semangat dan perhatian kepada penulis.

10.Ayahanda dan ibunda yang telah memberikan dukungan moril maupun materil dan do’anya dalam setiap langkah penulis serta saudara – saudara yang juga turut memberikan dukungan moril dan sprirituil kepada penulis.

11.Teman – teman FKM stambuk 2004 dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga Allah SWT senatiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua.

Medan, September 2008


(11)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Riwayat Hidup ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... viii

Daftar Gambar ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja ... 8

2.1.1. Pengertian Kinerja ... 8

2.1.2. Faktor yang Berkaitan dengan Kinerja ... 9

2.2. Motivasi Kerja ... 11

2.2.1. Pengertian Motivasi Kerja ... 11

2.2.2. Teori-teori Motivasi ... 12

2.3. Malaria ... 15

2.3.1. Pengertian ... 15

2.3.2. Mekanisme Penularan Penyakit Malaria ... 16

2.3.3. Program Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Malaria ... 17

2.4. Kerangka Konsep... 21

2.5. Hipotesa Penelitian ... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 23

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

3.3. Populasi dan Sampel ... 24

3.3.1. Populasi ... 24

3.3.2. Sampel ... 25

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 25

3.5. Definisi Operasional ... 25

3.6. Aspek Pengukuran ... 28

3.6.1. Variabel Bebas ... 28

3.6.2. Variabel Terikat ... 29


(12)

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 31

4.1.1. Geografis Kabupaten Mandailing Natal ... 31

4.1.2. Kondisi Demografi ... 31

4.1.3. Kondisi Sosial Ekonomi ... 32

4.1.4. Gambaran Sepuluh Penyakit Terbesar di Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2007 ... 33

4.1.5. Sarana Pelayanan Kesehatan ... 34

4.2. Karakteristik Responden ... 35

4.3. Kinerja Petugas Malaria Puskesmas ... 35

4.4. Motivasi Kerja Petugas Malaria Puskesmas ... 36

4.4.1. Motivasi Intrinsik ... 36

4.4.2. Motivasi Ekstrinsik ... 38

4.5. Hasil Tabulasi Silang Antara Variabel Motivasi Kerja dengan Kinerja Petugas Malaria Puskesmas ... 40

4.6. Analisis Statistik ... 44

4.6.1. Uji Korelasi Spearman Hubungan Motivasi Kerja dengan Kinerja Petugas Malaria Puskesmas di Daerah Endemis dan Non Endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal ... 44

4.6.2. Uji Mann-Whitney Perbedaan Motivasi Kerja dan Kinerja Petugas Malaria Puskesmas di Daerah Endemis dan Non Endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal ... 46

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Kinerja Petugas Malaria Puskesmas di Daerah Endemis dan Non Endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal ... 49

5.2. Hubungan Motivasi Kerja dengan Kinerja Petugas Malaria ... 50

5.2.1. Insentif/honor ... 50

5.2.2. Kondisi Kerja ... 51

5.2.3. Pengakuan ... 52

5.2.4. Komitmen Memenuhi Standar Kerja ... 53

5.2.5. Umpan Balik ... 54

5.2.6. Tanggung Jawab... 54

5.2.7. Rasa Prestasi ... 55

5.2.8. Inisiatif Kerja ... 56

5.2.9. Supervisi ... 57

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 58

6.2. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Jumlah Kasus Malaria Klinis dan Annual Malaria Incidence (AMI) Per Kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2005- 2007 ... 3 Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas ... 29 Tabel 3.3. Aspek Pengukuran Variabel Terikat ... 30 Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur di Kabupaten Mandailing

Natal Tahun 2007 ... 31 Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama di Kabupaten Mandailing

Natal Tahun 2007 ... 32 Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa di Kabupaten

Mandailing Natal Tahun 2007... 32 Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Kabupaten

Mandailing Natal Tahun 2007 ... 33 Tabel 4.5. Distribusi Sepuluh Penyakit Terbesar di Kabupaten Mandailing Natal

Tahun 2007 ... 34 Tabel 4.6. Jenis Sarana Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Mandailing Natal

Tahun 2007 ... 34 Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik di daerah Endemis

dan Non endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 . 35 Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Kinerja Petugas Malaria

Puskesmas di daerah Endemis dan Non endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 36 Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Tanggung Jawab Petugas Malaria

Puskesmas di daerah Endemis dan Non endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 36 Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Komitmen Memenuhi Standar

Kerja Petugas Malaria Puskesmas di daerah Endemis dan Non


(14)

Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Inisiatif Kerja Petugas Malaria Puskesmas di daerah Endemis dan Non endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 37 Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Rasa Prestasi Petugas Malaria

Puskesmas di daerah Endemis dan Non endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 37 Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Insentif/ honor Petugas Malaria

Puskesmas di daerah Endemis dan Non endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 38 Tabel 4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Kerja Petugas Malaria

Puskesmas di daerah Endemis dan Non endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 38 Tabel 4.15. Distribusi Responden Berdasarkan Pengakuan yang Diterima Petugas

Malaria Puskesmas di daerah Endemis dan Non endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 39 Tabel 4.16. Distribusi Responden Berdasarkan Umpan Balik yang Diterima

Petugas Malaria Puskesmas di daerah Endemis dan Non endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 39 Tabel 4.17. Distribusi Responden Berdasarkan Supervisi yang Diterima Petugas

Malaria Puskesmas di daerah Endemis dan Non endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 40 Tabel 4.18. Tabulasi Silang Antara Tanggung Jawab dengan Kinerja Petugas

Malaria Puskesmas di daerah Endemis dan Non Endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 40 Tabel 4.19. Tabulasi Silang Antara Komitmen Memenuhi Standar Kerja dengan

Kinerja Petugas Malaria Puskesmas di Daerah Endemis dan Non

Endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 41 Tabel 4.20. Tabulasi Silang Antara Inisiatif Kerja dengan Kinerja Petugas Malaria

Puskesmas di Daerah Endemis dan Non Endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 41 Tabel 4.21. Tabulasi Silang Antara Rasa Prestasi dengan Kinerja Petugas Malaria

Puskesmas di Daerah Endemis dan Non Endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 42


(15)

Tabel 4.22. Tabulasi Silang Antara Insentif/ Honor dengan Kinerja Petugas Malaria Puskesmas di Daerah Endemis dan Non Endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 42 Tabel 4.23. Tabulasi Silang Antara Kondisi Kerja dengan Kinerja Petugas

Malaria Puskesmas di Daerah Endemis dan Non Endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 43 Tabel 4.24. Tabulasi Silang Antara Pengakuan dengan Kinerja Petugas Malaria

Puskesmas di Daerah Endemis dan Non Endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 43 Tabel 4.25. Tabulasi Silang Antara Umpan Balik dengan Kinerja Petugas Malaria

Puskesmas di Daerah Endemis dan Non Endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 44 Tabel 4.26. Tabulasi Silang Antara Supervisi dengan Kinerja Petugas Malaria

Puskesmas di Daerah Endemis dan Non Endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 44 Tabel 4.27. Hasil Uji Korelasi Spearman Hubungan Motivasi Kerja dengan

Kinerja Petugas Malaria Puskesmas di Daerah Endemis dan Non

Endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 46 Tabel 4.28. Hasil Uji Beda Mann-Whitney Kinerja Petugas Malaria Puskesmas

di Daerah Endemis dan Non Endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 47 Tabel 4.29. Hasil Uji Beda Mann-Whitney Motivasi Kerja Petugas Malaria

Puskesmas di Daerah Endemis dan Non Endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008 ... 48


(16)

DAFTAR GAMBAR


(17)

ABSTRAK

Berdasarkan evaluasi kinerja Bagian Program Pemberantasan Penyakit (P2P) Malaria Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal, menunjukkan bahwa dari tahun 2005 sampai dengan 2007 angka kesakitan malaria sangat tinggi bahkan telah terjadi kasus resistensi Plasmodium falsifarum terhadap Kloroquin. Oleh sebab itu peneliti tertarik mengadakan penelitian tentang hubungan motivasi kerja dengan kinerja petugas malaria puskesmas didaerah endemis dan non endemis malaria Kabupaten Mandailing Natal tahun 2008

Penelitian ini bersifat survei Explanatory Research untuk menjelaskan hubungan motivasi kerja dengan kinerja petugas malaria puskesmas di daerah endemis dan non endemis malaria Kabupaten Mandailing Natal tahun 2008 yang menggunakan uji korelasi Spearman dan uji Mann-Whitney yang bertujuan untuk menjelaskan perbedaan kinerja petugas malaria puskesmas daerah endemis dan non endemis malaria di Kabupaten Mandailing Natal. Populasi adalah seluruh petugas malaria puskesmas yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan pemberantasan dan penanggulangan penyakit malaria dan penarikan sampel penelitian secara total sampling yang berjumlah 22 orang.

Hasil analisis korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna insentif/honor (p=0,000 dan nilai rs0,874), kondisi kerja (p=0,000 dan nilai rs0,896) dan pengakuan (p=0,036 dan nilai rs0,233) dengan kinerja petugas

malaria puskesmas di daerah endemis dan non endemis Kabupaten Mandailing Natal tahun 2008. Hasil uji Mann-whitney membuktikan adanya perbedaan kinerja (p=0,002) dan insentif (p=0,011), kondisi kerja (p=0,007), pengakuan (p=0,003) yang diterima petugas malaria di daerah endemis dengan petugas daerah non endemis malaria Kabupaten Mandailing Natal tahun 2008.

Dari hasil penelitian ini untuk meningkatkan kinerja petugas malaria puskesmas di daerah endemis dan non endemis malaria Kabupaten Mandailing Natal, diupayakan adanya peningkatan kinerja dan sumber daya manusia melalui pelatihan supervisi serta melakukan survei aktif ke masyarakat, kerjasama dengan lintas sektoral, mitra kerja, pemuka masyarakat, juru malaria desa dan LSM dalam rangka melaksanakan program pemberantasan dan penanggulangan penyakit malaria di daerah endemis dan non endemis malaria secara efektif dan efisien di Kabupaten Mandailing Natal dalam menyambut INDONESIA SEHAT 2010.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Malaria adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh parasit dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terdapat diseluruh dunia terutama pada negara-negara berkembang. Penyebarannya secara endemis dijumpai yakni antara garis bujur 600 LU dan 400 LS meliputi lebih dari 100 negara beriklim tropis dan subtropis, dengan penduduk beresiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41% dari penduduk dunia. Setiap tahun jumlah kasus malaria mencapai 300-500 juta dan mengakibatkan 1,5 sampai 2,7 juta kematian, terutama di Afrika Sub Sahara (Gunawan, S., 2000).

Angka insiden malaria berdasarkan Annual Malaria Incidence (AMI) di Indonesia, selama periode lima tahunan masih cukup tinggi yakni tahun 2000 sebesar 22,43%, tahun 2001 meningkat sebesar 23,67%, tahun 2002 menurun sebesar 14,86%, menurun lagi di tahun 2003 sebesar 10,54% dan pada tahun 2004 kembali lagi mengalami penurunan menjadi 8,81%. Sementara itu target nasional menuju Indonesia sehat 2010 AMI diharapkan menjadi hanya 5 per 1000 penduduk (Depkes RI, 2005).

Berdasarkan Laporan Program Pemberantasan Penyakit Menular Bersumber Binatang (P2B2) dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (2004), penyakit malaria saat ini menduduki urutan ke 7 dari sepuluh penyakit terbesar di Provinsi Sumatera Utara dengan rata-rata sebanyak 82.405 kasus klinis pertahun (1996-2000) dengan jumlah kematian antara 9-10 orang pertahun. Penyebaran malaria hampir


(19)

merata di kabupaten/kota, paling banyak terdapat di Kabupaten Nias yaitu sebanyak 27.549 kasus malaria klinis, menyusul di Kabupaten Mandailing Natal 13.031 kasus.

Berdasarkan hasil penelitian Daulay (2006) ditemukan masih tingginya angka prevalensi malaria di Kabupaten Mandailing Natal yang bersumber dari penemuan penderita secara pasif, tahun 2005 tingkat prevalensi sebesar 31,84 per 1000 penduduk dan mengalami peningkatan ditahun 2006 menjadi 36,72 per 1000 penduduk. Hal ini menunjukkan masih tingginya angka prevalen rate malaria dari indikator pencapaian yang ditetapkan yaitu PR < 10 per 1000 penduduk.

Berdasarkan data Profil Kesehatan Kabupaten Mandailing tahun 2007, kasus malaria pada tahun 2005 berjumlah 11141 kasus mengalami penurunan menjadi 9265 kasus di tahun 2006 dan kembali mengalami penurunan pada tahun 2007 menjadi 7698 kasus. Namun ada beberapa kecamatan atau wilayah puskesmas terjadi perubahan jumlah kasus malaria, seperti kecamatan yang termasuk daerah endemis mengalami penurunan jumlah kasus malaria menjadi daerah non endemis. Begitu juga untuk kecamatan atau wilayah puskesmas yang termasuk daerah non endemis mengalami hal yang sama yaitu menjadi daerah endemis malaria. Untuk lebih jelasnya kasus malaria perkecamatan atau wilayah puskesmas daerah endemis maupun non endemis di Kabupaten Mandailing Natal tahun 2005, tahun 2006 dan tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 1.1.


(20)

Tabel 1.1. Jumlah Kasus Malaria Klinis dan Annual Malaria Incidence (AMI) Per Kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2005- 2007 No Kecamatan Puskesmas

Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007

JP (Jiwa) PK (Jiwa) AMI (‰) JP (Jiwa) PK (Jiwa) AMI (‰) JP (Jiwa) PK (Jiwa) AMI (‰)

1 Siabu - Sihepeng

20369 1354 65.35 23368 982 42.0 25890 436 16.8 - Siabu 24370 1570 64.42 23370 1425 60.9 25580 1944 75.98 2 Bukit

Malintang - Malintang 15174 526 33.07 15274 453 29.66 16333 180 14.69 3 Penyabungan

Utara - Mompang 66566 581 24.03 66760 565 24.01 26110 825 31.59 4 Penyabungan

Kota

- Penyabungan

Kota 13098 1607 24.14 15253 1753 25.95 73730 2030 36.87 - Hutabargot 5578 143 24.63 5606 142 24.35 5658 204 36.15 5 Penyabungan

Timur

- Gunung

Beringin 8737 1166 89.02 10121 751 74.01 13156 524 53.11 6 Penyabungan

Barat - Longat 11361 872 99.8 11123 735 88.54 9451 562 59.46 7 Penyabungan

Selatan - Kayu Laut 9057 334 29.40 9085 325 29.32 10308 298 38.55 8 Lembah Sorik

Merapi - Maga 19494 378 41.74 19350 375 41.65 17321 176 13.54 9 Tambangan - Tambangan 26755 493 25.29 26057 423 25.11 22857 189 11.03 10 Kota Nopan - Kota Nopan 5806 182 6.80 8117 98 3.01 28708 49 2.28 11 Ulu Pungkat - Ulu Pungkut 5578 143 24.63 5606 97 17.3 5658 27 4.7

12 Muara Sipongi

- Muara

Sipongi 11608 306 41.7 11853 159 35.01 13489 126 9.3 - Pakantan 9606 178 18.53 9832 ** ** 10736 ** ** 13 Batang Natal - Muara Soma 30749 379 12.33 30354 341 11.15 21980 5 0.31 14 Lingga Bayu - Simpang

Gambir 32751 96 2.93 32412 45 2.74 31176 2 0.08 15 Batahan - Batahan 13920 188 17.46 17724 98 15.24 32106 43 1.79 - Sinunukan 13986 155 11.08 14012 75 5.35 14043 12 0.85 16 Natal - Natal 12155 367 30.19 15617 77 4.93 24685 28 1.13 - Sikara-kara 12002 167 13.91 10128 ** ** 1290 ** ** 17 Muara Bt.

Gadis - Singkuang 15920 99 6.23 15522 ** ** 7622 ** ** Total 379062 11141 29.39 390938 9265 23.70 417590 7698 18.13 Sumber:Profil Dinas Kesehatan Mandailing Natal tahun 2005-2007

Keterangan :

- JP : Jumlah Penduduk - PK : Penderita Klinis Malaria


(21)

Dari 17 kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal terdapat 10 kecamatan yang termasuk daerah endemis malaria (AMI ≥ 5‰) yaitu Kecamatan Siabu, Bukit Malintang, Penyabungan Utara, Penyabungan Kota, Penyabungan Timur, Penyabungan Barat, Penyabungan Selatan, Sorik Marapi, Tambangan dan Muara Sipongi. Berdasarkan endemisitas diketahui Kecamatan Siabu memiliki tingkat endemisitas paling tinggi yaitu sebesar 75,98‰, Penyabungan Kota sebesar 36,87‰ dan Penyabungan Barat sebesar 59,48‰. Sementara 7 kecamatan daerah non endemis malaria (AMI < 5‰) meliputi Kecamatan Kota Nopan, Ulu Pungkut, Batang Natal, Lingga Bayu, Batahan, Natal dan Muara Batang Gadis. Khusus Kecamatan Muara Sipongi, Natal dan Muara Batang Gadis data penderita klinis malaria tidak lengkap pada tahun 2006 dan 2007.

Menurut Ilyas (1999) yang mengutip teori perilaku dan kinerja Gibson bahwasanya variabel individu, organisasi dan psikologis dapat mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja. Variabel individu meliputi kemampuan dan keterampilan, latar belakang dan demografis. Variabel organisasi meliputi sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan sedangkan variabel psikologis mencakup persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi.

Begitu juga pendapat Notoatmodjo (2003) bahwa Ability (kemampuan pembawaan), Capacity (kemampuan yang dikembangkan), Help (bantuan untuk terwujudnya kinerja), Incentive (insentif material maupun non material), Environment

(lingkungan tempat kerja karyawan), Validity ( pedoman/petunjuk uraian kerja) dan


(22)

mempengaruhi kinerja. Keberhasilan kinerja pelaksanaan suatu kegiatan juga sangat ditentukan ada tidaknya bimbingan dan supervisi yang baik dari atasan/ pimpinan.

Menurut As’ad (1998) yang dikutip Suwita (2001) bahwa faktor yang merupakan sumber perbedaan individu di dalam bekerja meliputi faktor fisik dan psikologis. Adapun faktor psikologis meliputi intelegensi, bakat, minat, kepribadian, motivasi dan pendidikan.

Berbagai program telah dilakukan Dinkes Kabupaten Mandailing Natal sebagai upaya penurunan kejadian malaria. Prosedur pelaksanaanya dimulai dengan pelacakan kasus, penyelidikan epidemiologi, penanganan kasus/penderita (diobati/dirujuk), melakukan penyemprotan rumah penduduk di daerah endemis (larvaciding), kelambunisasi yang sudah dicelup dengan zat insecticide, kontrol larva (jentik) biological control dengan menaburkan benih ikan sebagai predator ke dalam tambak/kolam dan pengobatan penderita di klinik khusus malaria. Meskipun program penanggulangan telah berlangsung selama lima tahun terakhir tetapi kasus malaria masih merupakan masalah kesehatan.

Berdasarkan evaluasi kinerja Bagian Program Pemberantasan Penyakit (P2P) Malaria menunjukkan bahwa dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 angka kesakitan malaria masih tinggi bahkan telah terjadi kasus resistensi Plasmodium falsifarum terhadap Kloroquin. Hal ini diakibatkan dosis pengobatan pada penderita tidak sesuai dengan petunjuk yang telah ditetapkan, adanya kebiasaan di masyarakat untuk mengkonsumsi kloroquin bila demam tanpa adanya petunjuk dari petugas kesehatan dan masih terbatasnya pemeriksaan secara mikroskopik untuk menegakkan diagnosis yang sebenarnya sehingga pengobatan pun tidak terlaksana secara tepat.


(23)

Dengan kata lain, pelayanan kesehatan pada program pemberantasan malaria belum terlaksana secara optimal baik secara preventif, promotif maupun kuratif dan rehabilitatif (Dinkes Kab. Mandailing Natal, 2006)

Pengamatan dilapangan baik didaerah endemis maupun non endemis, menemukan belum adanya suatu penataan kerja yang sistematis pada pelaksana program pemberantasan penyakit malaria, keterbatasan sumber daya manusia sebagai pengelola program, kurangnya koordinasi internal program maupun lintas program sehingga banyak kegiatan yang tumpang tindih dan banyak kegiatan yang dilakukan semata-mata hanya untuk menyelesaikan tugas tanpa didasarkan atas tujuan dan target yang harus dicapai.

1.2.Permasalahan

Berdasarkan latar belakang, permasalahan penelitian adalah bagaimana hubungan motivasi kerja baik intrinsik maupun ekstrinsik dengan kinerja petugas malaria puskesmas di daerah endemis dan non endemis malaria Kabupaten Mandailing Natal tahun 2008.

1.3.Tujuan Penelitian

1. Untuk menjelaskan adanya hubungan motivasi kerja bersifat intrinsik meliputi tanggung jawab, komitmen memenuhi standar kerja, inisiatif kerja, rasa prestasi dengan kinerja petugas malaria puskesmas di daerah endemis dan non endemis Kabupaten Mandailing Natal tahun 2008.

2. Untuk menjelaskan adanya hubungan motivasi kerja bersifat ekstrinsik meliputi insentif/honor, kondisi kerja, pengakuan, umpan balik dan supervisi dengan


(24)

kinerja petugas malaria puskesmas di daerah endemis dan non endemis Kabupaten Mandailing Natal tahun 2008.

Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pemerintah daerah khususnya Instansi Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal dalam membina dan meningkatkan kualitas dan kuantitas kinerja sumber daya manusia khususnya penanggung jawab program pemberantasan penyakit malaria.

2. Dapat menjadi masukan dan acuan bagi pihak puskesmas di Kabupaten Mandailing Natal dalam meningkatkan kemampuan manajerial dari pelaksana program pemberantasan penyakit malaria.

3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian sehubungan dengan program pemberantasan malaria.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kinerja

2.1.1. Pengertian Kinerja

Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kerja kelompok personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personel di dalam organisasi (Ilyas, 1999).

Deskripsi dari kinerja menyangkut tiga komponen penting yaitu tujuan, ukuran dan penilaian. Penentuan tujuan dari setiap unit organisasi merupakan strategi untuk meningkatkan kinerja. Tujuan ini akan memberikan arah dan mempengaruhi bagaimana seharusnya perilaku kerja yang diharapkan organisasi terhadap setiap personel. Walaupun demikian, penentuan tujuan saja tidaklah cukup, sebab itu dibutuhkan ukuran apakah seseorang telah mencapai kinerja yang diharapkan. Untuk itu kuantitatif dan kualitatif standar kinerja untuk setiap tugas dan jabatan personel memegang peranan penting. Sementara penilaian kinerja secara reguler yang dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan kinerja setiap personel. Tindakan ini akan membuat personel untuk senatiasa berorientasi terhadap tujuan dan perilaku kerja sesuai dan searah dengan tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian jelaslah bahwa pengertian kinerja dengan deskripsi tujuan, ukuran operasional dan penilaian reguler mempunyai peranan yang sangat penting dalam merawat dan meningkatkan motivasi personel.


(26)

Didalam organisasi, sejumlah orang harus memainkan peranan sebagai pemimpin sedangkan lainnya harus memainkan perananan pengikut atau bawahan. Hubungan antara individu dan kelompok dalam organisasi menghasilkan suatu harapan terhadap perilaku kerja individu. Sedangkan kinerja organisasi merupakan hasil interaksi yang kompleks dan agregasi kinerja sejumlah individu dalam organisasi (Ilyas, 1999).

Dalam organisasi pelayanan kesehatan, sangatlah penting untuk memiliki instrumen penilaian kinerja yang efektif bagi tenaga profesional. Proses evaluasi kinerja menjadi bagian terpenting dalam upaya manajemen untuk meningkatkan kinerja organisasi yang efektif (Ilyas, 1999).

2.1.2. Faktor yang Berkaitan dengan Kinerja

Beberapa teori menerangkan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang baik sebagai individu atau sebagai individu yang ada dan bekerja dalam suatu lingkungan. Sebagai individu, setiap orang mempunyai ciri dan karakteristik yang bersifat fisik maupun non fisik. Dan sebagai manusia yang berada dalam lingkungan maka keberadaan serta perilakunya tidak dapat dilepaskan dari lingkungan tempat tinggal ataupun tempat kerjanya (Tenty, 2004).

Menurut Gibson yang dikutip Ilyas (1999), secara teoritis ada 3 variabel yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja yaitu:

1. Variabel individu yang dikelompokkan pada sub variabel kemampuan dan keterampilan, latar belakang (keluarga, tingkat sosial dan pengalaman) dan demografis (umur, asal usul dan jenis kelamin). Kemampuan dan keterampilan


(27)

merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu. Variabel demografis mempunyai efek tidak langsung pada perilaku dan kinerja individu.

2. Variabel organisasi terdiri dari sub variabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan.

3. Variabel psikologis mencakup sub variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Variabel ini banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial dan pengalaman kerja sebelumnya dari variabel demografis. Variabel psikologis seperti persepsi, sikap, kepribadian dan belajar merupakan hal yang kompleks dan sulit diukur. Gibson juga menyatakan sukar mencapai kesepakatan tentang pengertian dari variabel tersebut, karena seorang individu masuk dan bergabung dalam organisasi kerja pada usia, etnis, latar belakang budaya dan keterampilan berbeda satu dengan lainnya.

Menurut Notoatmodjo (2003), ada teori yang mengemukakan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja yang disingkat ACHIVEVE, yakni Ability

(kemampuan pembawaan), Capasity (kemampuan yang dikembangkan), Help

(bantuan untuk terwujudnya kinerja), Incentive (insentif material maupun non

material), Environment (lingkungan tempat kerja karyawan), Validity

(pedoman/petunjuk uraian kerja) dan Evaluation (adanya umpan balik hasil kerja). Keberhasilan kinerja pelaksanaan suatu kegiatan juga sangat ditentukan ada tidaknya bimbingan dan supervisi yang baik dari atasan/ pimpinan. Kewajiban pimpinan dalam membimbing dan supervisi pada bawahan adalah:


(28)

1. Menanyakan permasalahan serta kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan agar dapat dilakukan langkah-langkah perbaikan dan penyempurnaan.

2. Memberi umpan balik, koreksi dan perbaikan untuk diketahui dan disadari oleh yang bersangkutan agar diperbaiki sesuai standar.

3. Membimbing dan memberi solusi cara mengatasi permasalahan yang dialami bawahan dan meningkatkan motivasi kerja dan mengembangkan potensi petugas.

Ketersediaan sumber daya seperti biaya, tenaga serta sarana dan fasilitas kerja akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pekerjaan. Sarana dan fasilitas kerja merupakan faktor pendukung (Enabling factor) dalam menjalankan suatu kegiatan.

2.2. Motivasi Kerja

2.2.1. Pengertian Motivasi Kerja

Menurut Ilyas (1999) yang mengutip pendapat dari Stoner bahwa motivasi adalah hal yang menyebabkan dan mendukung perilaku seseorang. Sementara George menyatakan motivasi adalah keinginan yang terdapat pada seorang individu yang merangsangnya untuk melakukan beberapa tindakan. Selain itu Vroom mendefinisikan motivasi sebagai suatu proses yang menentukan pilihan antara beberapa alternatif dari kegiatan sukarela. Sebagian besar perilaku dipandang sebagai kegiatan yang dapat dikendalikan orang secara sukarela dan karena itu di motivasi.

Dalam kehidupan organisasi, yang menjadi sasaran utama pemberian motivasi oleh para pimpinan adalah peningkatan prestasi kerja para bawahan yang bersangkutan dalam mencapai tujuan dan berbagai sasaran organisasi. Prestasi kerja


(29)

tidak dapat ditingkatkan hanya dengan pemberian motivasi saja karena merupakan perkalian antara kemampuan dengan motivasi.

Ada tiga hal penting yang berkaitan dengan motivasi yaitu :

1. Pemberian motivasi berkaitan dengan usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi.

2. Motivasi merupakan proses keterkaitan antara usaha dan pemuasan kebutuhan tertentu.

3. Kebutuhan yaitu keadaan internal seseorang yang menyebabkan hasil usaha tertentu menjadi menarik.

Jadi motivasi dapat bersumber dari dalam diri seseorang yang dikenal dengan istilah motivasi internal/intrinsik dan juga dapat berasal dari luar diri seseorang yang dikenal dengan motivasi eksternal/ekstrinsik. Motivasi intrinsik maupun ekstrinsik ada yang bersifat positif dan negatif. Kunci keberhasilan seseorang manajer dalam menggerakkan bawahannya terletak pada kemampuan untuk memahami faktor-faktor motivasi tersebut sedemikian rupa sehingga menjadi daya pendorong yang efektif.

2.2.2. Teori-teori Motivasi

Banyak dikemukakan teori tentang motivasi sebagai literatur. Masing-masing motivasi tersebut pada dasarnya berusaha menjelaskan mengapa motivasi itu timbul dan bagaimana proses motivasi itu berlangsung.

1. Teori Hirarki Kebutuhan Maslow

Maslow mengemukakan bahwasanya individu mempunyai lima kebutuhan yang tersusun dalam suatu hirarki yang berawal dari yang paling besar. Kelima


(30)

kebutuhan tersebut adalah kebutuhan fisiologis (physiological needs), kebutuhan rasa aman (safety needs), kebutuhan sosial (social needs), kebutuhan pengharapan atau prestasi (esteem needs) dan kebutuhan aktualisasi diri (self actualization).

Dalam bukunya motivation and personality, bahwa kebutuhan sosial itu meliputi empat rincian kebutuhan yaitu:

1. Kebutuhan untuk disayangi, dicintai dan diterima oleh orang lain (sense of belonging).

2. Kebutuhan untuk dihormati oleh orang lain (sense of importance).

3. Kebutuhan untuk diikutsertakan dalam pergaulan/kegiatan (sense of participation)

4. Kebutuhan untuk berprestasi (sense of achievement)

Untuk memenuhi kebutuhan sosial ini seorang pimpinan harus peka terhadap situasi anggotanya. Kalau kebutuhan ini tidak tercapai dapat menyebabkan motivasi anggotanya lemah. Oleh sebab itu, seorang pimpinan harus menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga bawahan itu merasa diperdulikan dan dihargai dalam unit kerjanya untuk meningkatkan produktivitas yang berdampak pada kinerjanya (Tenty, 2004).

2. Teori Dua Faktor dari Herzberg

Herzberg mengembangkan teori ini kearah motivasi yang mempunyai implikasi luas bagi manajemen dan usaha-usahanya kearah pemanfaatan sumber daya manusia yang efektif.


(31)

a. Faktor membuat orang merasa tidak puas

Ada serangkaian kondisi ekstrinsik, keadaan pekerjaan yang menyebabkan rasa tidak puas diantara karyawan apabila kondisi ini tidak ada. Jika kondisi ini ada, maka hal itu tidak perlu memotivasi karyawan. Kondisi ini adalah faktor-faktor yang membuat orang merasa tidak puas atau disebut juga faktor kesehatan karena faktor ini diperlukan untuk mempertahankan tingkat yang lebih rendah yaitu tingkat tidak adanya ketidakpuasan.

Faktor-faktor ini mencakup upah, keamanan kerja, kondisi kerja, status, prosedur perusahaan, mutu dan supervisi teknis, mutu dari hubungan interpersonal diantara teman sejawat, dengan atasan dan dengan bawahan.

b. Faktor yang membuat orang merasa puas

Ada serangkaian kondisi intrinsik, kepuasan kerja yang apabila terdapat dalam pekerjaan akan menggerakkan tingkat motivasi yang kuat sehingga dapat menghasilkan prestasi pekerjaan yang baik. Jika kondisi ini tidak ada, maka kondisi ini ternyata tidak menimbulkan rasa ketidakpuasan yang berlebihan. Faktor-faktor ini meliputi prestasi, pengakuan, tanggung jawab, kemajuan, pekerjaan itu sendiri dan kemungkinan berkembang (Hasibuan, 1997).

Menurut teori ini, faktor-faktor yang sifatnya menyehatkan dan bersifat ekstrinsik seperti upah, dan kondisi lingkungan bukanlah yang sungguh-sungguh mendorong para pegawai untuk kerja namun peranannya hanya untuk mengurangi keresahan saja. Sedangkan faktor yang bersifat intrinsik seperti penghargaan penuh yang diperoleh dari pelaksanaan kerja yang memang baik jauh lebih besar peranannya


(32)

dalam mewujudkan kepuasan kerja dan faktor-faktor demikian pula yang sungguh-sungguh dapat merupakan motivator bagi orang-orang yang memperolehnya.

3. Teori Kebutuhan Aldever

Teori ini merupakan perluasan dari teori Maslow dan Herzberg. Aldever mengenalkan tiga kelompok inti dari kebutuhan-kebutuhan tersebut yaitu:

a. Kebutuhan akan keberadaan adalah akan tetap bisa hidup. Kebutuhan ini sama dengan kebutuhan fisik dari Maslow dan sama dengan faktor hygiene dari Herzberg.

b. Kebutuhan berhubungan adalah suatu kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan sesamanya/ hubungan sosial dan bekerja sama dengan orang lain.

c. Kebutuhan untuk berkembang adalah suatu kebutuhan dari seseorang untuk mengembangkan dirinya. Kebutuhan ini sama dengan kebutuhan penghargaan dan aktualisasi dari Maslow dan faktor motivator dari Herzberg (Hasibuan, 1997).

2.3. Malaria 2.3.1. Pengertian

Penyakit malaria berhubungan dengan perilaku masyarakat, dengan adanya pelaksanaan program penanggulangan oleh petugas kesehatan juga menentukan tinggi rendahnya kasus malaria pada suatu daerah.

Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit reemerging (menular kembali secara massal) dan saat ini menjadi ancaman daerah tropis dan sub tropis. Di dua kawasan tersebut malaria sering menimbulkan jumlah kematian mencapai lebih dari satu juta orang setiap tahunnya. Masalah yang menjadi perhatian yaitu pada


(33)

kasus malaria di beberapa daerah yang kasusnya sudah jarang terjadi selama beberapa tahun. Hal ini terjadi karena lemahnya sistem kewaspadaan dini serta perencanaan pemberantasan malaria yang tidak dilakukan secara tepat dan berkesinambungan (Gunawan, S., 2000).

2.3.2. Mekanisme Penularan Penyakit Malaria

Menurut Noor yang dikutip oleh Daulay (2006), aspek sentral penyebaran penyakit menular dalam masyarakat adalah mekanisme penularan (mode of transmissions) yakni berbagai mekanisme dimana unsur penyebab penyakit dapat mencapai manusia sebagai pejamu yang potensial. Mekanisme tersebut meliputi cara

agent meninggalkan recervoir, cara penularan untuk mencapai pejamu potensial serta cara masuknya ke pejamu potensial tersebut. Seseorang yang sehat sebagai salah seorang pejamu potensial dalam masyarakat, mungkin akan ketularan suatu penyakit tertentu sesuai dengan posisinya dalam masyarakat serta pengaruh recervoir yang ada disekitarnya. Kemungkinan tersebut sangat dipengaruhi pula oleh beberapa faktor antara lain:

1. Faktor lingkungan fisik sekitarnya yang merupakan media yang ikut mempengaruhi kualitas unsur penyebabnya.

2. Faktor lingkungan biologis yang menentukan jenis vektor dan recervoir penyakit serta unsur biologis yang hidup dan berada disekitar manusia

3. Faktor lingkungan sosial yakni kedudukan setiap orang dalam masyarakat termasuk kebiasaan hidup serta kegiatan sehari-hari dan lain sebagainya.


(34)

2.3.3. Program Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Malaria

Berdasarkan Pedoman pemberantasan dan penanggulangan malaria yang dikeluarkan Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Depkes RI, meliputi kegiatan pemberantasan dan penanggulangan yang terdiri dari (Depkes RI, 1999):

1. Penemuan kasus

Salah satu cara untuk memutuskan rantai penularan penyakit malaria adalah dengan cara menemukan penderita sedini mungkin yaitu:

a. Secara aktif (Active Case Detection)

Penemuan penderita malaria secara aktif merupakan suatu metode yang cukup efektif dalam menekan tingginya angka malaria terutama pada daerah-daerah endemis malaria. Pelaksana kegiatan adalah Juru Malaria Desa yang terlatih yang bertanggung jawab terhadap petugas malaria puskesmas (Wasor Malaria). Dengan terbentuknya juru malaria desa harus diikuti oleh terbentuknya Pos Obat Desa (POD) yang menjamin kesinambungan Ketersediaan Obat Malaria (OAM). Petugas juru malaria desa akan melakukan kunjungan dari rumah ke rumah guna menemukan penderita malaria klinis, mengambil sediaan darah dan memberikan pengobatan jika positif malaria.

b. Secara Pasif (Passive Case Detection)

Penemuan penderita malaria secara pasif dilaksanakan di unit pelayanan kesehatan, baik di puskesmas maupun di rumah sakit dengan pemeriksaan laboratorium terhadap sediaan darah penderita. Adanya poliklinik khusus


(35)

tentang malaria juga sangat bermanfaat dalam penemuan penderita malaria secara mikroskopis. Semua yang memiliki sarana pemeriksaan sediaan darah malaria diharuskan mengambil sediaan darah dari setiap penderita malaria klinis yang berkunjung ke sarana pelayanan.

2. Survei Malaria (Malariometric Survey)

Kegiatan ini dilakukan di luar Jawa dan Bali, bentuk pelaksanaannya yaitu:

a. Malariometrik Surevi Dasar (MSD) dengan tujuan mengukur tingkat endemisitas dan pevalensi malaria di daerah survei.

b. Survei Malariometrik Evaluasi (SME) dengan tujuan mengukur dampak kegiatan pemberantasan vektor dan konfirmasi KLB khususnya pada penyemprotan rumah di daerah di luar Jawa dan Bali (Depkes RI, 2003).

3. Pengobatan Penderita

Setelah penderita ditemukan maka dilakukan proses pengobatan dengan berbagai cara kepada tersangka maupun yang sudah terbukti sebagai penderita malaria. Tujuan pengobatan secara umum adalah untuk mengurangi angka kesakitan, menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah komplikasi dan relaps

dan mengurangi kerugian ekonomis akibat sakit, juga mencegah kemungkinan terjadinya penularan penyakit dari penderita kepada orang sehat melalui vektor nyamuk Anopheles sp. (Harijanto, P., 2000).

Adapun pengobatan terdiri dari 3 macam yaitu: a. Pengobatan Klinis


(36)

Pengobatan diberikan berdasarkan gejala klinis dan ditujukan untuk menekan gejala klinis malaria dan membunuh gamet untuk mencegah terjadinya penularan tersebut.

b. Pengobatan Radikal

Pengobatan ini diberikan di daerah dan selama ini bersifat sentralistik yang bisa dilaksanakan secara langsung oleh pemerintah kabupaten dan provinsi. Karena itu, kebijakan pelaksanaan pemberantasan malaria diselenggarakan secara spesifik di daerah berdasarkan desentralisasi dengan melibatkan masyarakat dan menjalin kemitraan bersama donor agensi.

c. Pengobatan Pencegahan (Profilaksis) Pengobatan ini terdiri dari 3 macam yaitu:

1. Profilaksis perorangan terhadap ibu hamil, pendatang baru dan lain-lain. 2. Profilaksis kelompok sementara terhadap pekerja musiman, ABRI,

Pramuka.

3. Profilaksis kelompok menetap (transmigrasi). 4. Pemberantasan Vektor

a. Dasar Pertimbangan

Pemberantasan vektor dilaksanakan berdasarkan pertimbangan; rational, effective, efficient, suistanable dan acceptable yang sering disingkat dengan REESA (Depkes RI, 1999).


(37)

b. Jenis Kegiatan

Kegiatan yang dilakukan dalam pemberantasan vektor sesuai dengan ketentuan Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Depkes RI adalah:

1. Penyemprotan rumah di daerah endemis 2. Larvaciding

3. Biological control

4. Pengelolaan lingkungan

5. Pemolesan kelambu dengan insektisida 6. Tindakan Pencegahan yang terdiri dari :

a. Pencegahan Berbasis Masyarakat

i. Masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat antara lain dengan memperhatikan kebersihan lingkungan, menghilangkan tempat-tempat perindukan nyamuk Anopheles sp. sebagai vektor secara permanen dari lingkungan pemukiman.

ii. Sebelum dilakukan penyemprotan dilakukan telaah yang teliti terhadap bionomik dari nyamuk Anopheles sp. di daerah tersebut, hal ini perlu dilakukan agar penyemprotan memberikan hasil yang diharapkan (Chin, J., 2000).

b. Tindakan Pencegahan Perorangan

Menghindari gigitan nyamuk dengan cara tidak berpergian antara senja dan malam hari. Jika harus berpergian kenakan celana panjang dan baju lengan panjang dengan warna terang. Gunakan obat nyamuk


(38)

oles repellent. Tinggal dalam rumah dengan ventilasi yang memakai kawat kasa, tidur memakai kelambu terutama pada malam hari akan mengurangi resiko terkena malaria secara bermakna (Daulay, D., 2006). Penggunaan obat anti nyamuk semprot atau obat anti nyamuk bakar juga mencegah tertular malaria. Tindakan pencegahan ini dianjurkan kepada ibu hamil dan ibu bersalin yang memiliki resiko berat bagi janin dan proses persalinannya.

2.4. Kerangka Konsep

Berdasarkan hasil studi kepustakaan dapat disusun kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

MOTIVASI KERJA Intrinsik

1.Tanggung jawab

2.Komitmen memenuhi standar kerja

3.Inisiatif kerja 4.Rasa prestasi

Ekstrinsik

5. Insentif/honor 6. Kondisi kerja 7. Pengakuan 8. Umpan balik 9. Supervisi

KINERJA PETUGAS MALARIA PUSKESMAS


(39)

Berdasarkan kerangka konsep diatas dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Kinerja petugas malaria puskesmas adalah tingkat penampilan kerja petugas yang terlibat dalam pelaksanaan program pemberantasan penyakit malaria di daerah endemis dan non endemis malaria Kabupaten Mandailing Natal tahun 2008.

2. Motivasi kerja adalah dorongan atau rangsangan baik yang berasal dari dalam diri (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik) yang mampu menggerakkan petugas untuk melaksanakan tugas dalam program pemberantasan penyakit malaria yang diukur melalui sub variabel tanggung jawab, komitmen memenuhi standar kerja, inisiatif kerja, rasa prestasi, insentif/honor, kondisi kerja, pengakuan, umpan balik dan supervisi.

2.5. Hipotesa Penelitian

Berdasarkan permasalahan, tujuan dan kerangka konsep penelitian dapat dirumuskan hipotesa sebagai berikut:

1. Ada hubungan motivasi kerja yang bersifat intrinsik (tanggung jawab, komitmen memenuhi standar kerja, inisiatif kerja, rasa prestasi) dengan kinerja petugas malaria puskesmas di daerah endemis dan non endemis malaria Kabupaten Mandailing Natal tahun 2008.

2. Ada hubungan motivasi kerja yang bersifat ekstrinsik (insentif/honor, kondisi kerja, pengakuan, umpan balik dan supervisi) dengan kinerja petugas malaria puskesmas di daerah endemis dan non endemis malaria Kabupaten Mandailing Natal tahun 2008.


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat survei dengan pendekatan Explanatory Research yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan motivasi kerja baik intrinsik maupun ekstrinsik dengan kinerja petugas malaria puskesmas dalam pelaksanaan program pemberantasan malaria di daerah endemis dan non endemis malaria Kabupaten Mandailing Natal tahun 2008 melalui pengujian hipotesa (Singarimbun, 1989).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di seluruh wilayah kerja puskesmas yang termasuk daerah endemis dan non endemis Kabupaten Mandailing Natal. Adapun daerah Endemis dan Non Endemis sebagai berikut:

1. Daerah Endemis terdiri dari 10 kecamatan dengan 13 puskesmas

a. Kecamatan Siabu : 2 puskesmas

b.Bukit Malintang : 1 puskesmas

c. Penyabungan Utara : 1 puskesmas

d.Penyabungan Kota : 2 puskesmas

e. Penyabungan Timur : 1 puskesmas

f. Penyabungan Barat : 1 puskesmas

g.Penyabungan Selatan : 1 puskesmas

h.Tambangan : 1 puskesmas

i. Lembah Sorik Marapi : 1 puskesmas


(41)

2. Daerah Non Endemis terdiri dari 7 kecamatan 9 puskesmas

a. Kotanopan : 1 puskesmas

b.Ulu Pungkut : 1 puskesmas

c. Batang Natal : 1 puskesmas

d.Lingga Bayu : 1 puskesmas

e. Batahan : 2 puskesmas

f. Natal : 2 puskesmas

g.Muara Batang gadis : 1 puskesmas

Penelitian dilakukan pada bulan Oktober tahun 2007 sampai Agustus tahun 2008.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh petugas malaria puskesmas yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan pemberantasan dan penanggulangan penyakit malaria yang bertugas di daerah endemis dan non endemis malaria Kabupaten Mandailing Natal.

Setiap 1 puskesmas mempunyai 1 petugas malaria. Dari 13 puskesmas endemis malaria terdapat sebanyak 13 petugas malaria dan 9 petugas dari 9 puskesmas daerah non endemis. Jadi total keseluruhan populasi penelitian adalah 22 petugas malaria.


(42)

3.3.2. Sampel

Berhubung jumlah populasi relatif sangat sedikit, maka populasi tersebut dijadikan sampel penelitian yaitu sebanyak 22 orang (Total Sampling).

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari responden melalui teknik wawancara yang berpedoman pada kuesioner penelitian. Data sekunder merupakan data pencatatan penderita malaria dan laporan kegiatan sehubungan dengan program pemberantasan malaria yang tersedia di Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal.

3.5. Definisi Operasional

Berdasarkan kerangka konsep penelitian, maka dapat didefinisikan variabel dan sub variabel penelitian sebagai berikut:

1. Kinerja petugas malaria puskesmas adalah tingkat penampilan kerja petugas yang terlibat dalam program pemberantasan penyakit malaria di daerah endemis dan non endemis wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal yang meliputi pelaksanaan kegiatan survei aktif, penyemprotan, pengobatan penderita malaria, penyuluhan dan promosi kesehatan yang berkaitan dengan pemberantasan malaria, kerja bakti/gotong royong sebagai wujud peran aktif masyarakat dengan adanya dukungan fasilitas/ sarana dalam meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.

2. Tanggung jawab adalah adanya keterikatan pribadi (komitmen) dari petugas malaria puskesmas terhadap tugas yang diembannya dalam program


(43)

pemberantasan malaria meliputi disiplin dalam melaksanakan tugas sesuai dengan pedoman kerja yang telah ditentukan serta meningkatkan peran aktif masyarakat dalam kegiatan pemberantasan penyakit malaria secara efektif dan efisien.

3. Komitmen memenuhi standar kerja adalah bagaimana petugas malaria puskesmas berkeinginan dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya secara terarah, terukur yang meliputi skala prioritas dalam pencapaian target dan program pemberantasan malaria di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal.

4. Inisiatif kerja adalah bagaimana petugas malaria puskesmas mempunyai inisiatif tanggung jawab yang meliputi adanya kreatifitas dan selalu siap dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam menjalankan tugas secara profesional dan selalu berkoordinasi dengan lintas sektoral di wilayah kerja masing-masing dalam program pemberantasan malaria di Dinas Kesehatan Mandailing Natal.

5. Rasa prestasi adalah bagaimana petugas malaria puskesmas memiliki prestasi dalam melaksanakan pekerjaan yang meliputi kepuasan dalam menyelesaikan tugas secara tepat waktu sesuai pedoman kerja, mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi serta mengajak masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan pemberantasan dan penanggulangan malaria di wilayah kerja masing-masing di Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal.

6. Insentif/honor adalah adanya wujud tindakan yang diimplementasikan dalam bentuk penghargaan yang bersifat material dari kepala puskesmas dan Dinas


(44)

Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal dalam upaya memotivasi petugas untuk melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab dalam rangka pencapaian tujuan program pemberantasan malaria yang meliputi penerimaan dana operasional serta memberi kesempatan petugas untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

7. Kondisi kerja adalah suasana terjadinya interaksi timbal balik antara petugas malaria dengan lingkungan kerja di puskesmas endemis dan non endemis malaria dalam program pemberantasan dan penanggulangan malaria yang meliputi kondisi tempat kerja, hubungan antara sesama rekan kerja dan atasan serta didukung oleh sarana prasarana pelaksanaan kegiatan di wilayah kerja masing-masing untuk meningkatkan kerjasama dalam mengkoordinasikan program pemberantasan penyakit malaria sesuai pedoman dan petunjuk kerja di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal.

8. Pengakuan adalah adanya wujud tindakan dari kepala puskesmas terhadap kinerja petugas malaria puskesmas yang meliputi penghargaan, pengesahan akreditasi/sertifikat (non material) berdasarkan standar kerja dan pedoman yang telah ditentukan sesuai dengan keberhasilan petugas dalam melaksanakan tugas dan fungsi dalam program pemberantasan dan penanggulangan malaria di wilayah kerja masing-masing di Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal.

9. Umpan balik adalah ada tidaknya perhatian, tanggapan dan evaluasi kerja oleh kepala puskesmas setelah menerima serta menelaah laporan hasil


(45)

kerja/permasalahan petugas malaria puskesmas dalam melaksanakan tugas di wilayah endemis dan non endemis malaria untuk mengoreksi atas kebenaran yang disampaikan petugas malaria puskesmas masing-masing di Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal.

10.Supervisi adalah kunjungan dan memberi bimbingan teknis maupun non teknis secara rutin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal dalam upaya meningkatkan kinerja petugas malaria puskesmas secara profesional yang meliputi kegiatan promosi kesehatan, penyuluhan kesehatan, pengobatan penderita, pelatihan petugas malaria puskesmas, pembagian poster, stiker/spanduk yang berhubungan dengan kegiatan pemberantasan malaria serta pembagian kelambu di daerah endemis malaria Kabupaten Mandailing Natal dalam rangka mensukseskan program MADINA SEHAT 2010 secara khusus dan mendukung INDONESIA SEHAT 2010.

3.6. Aspek Pengukuran 3.6.1. Variabel Bebas

Khusus pada variabel motivasi kerja terdiri dari motivasi bersifat intrinsik yang meliputi tanggung jawab, komitmen memenuhi standar kerja, inisiatif kerja, rasa prestasi dan motivasi kerja bersifat ekstrinsik yang meliputi insentif/honor, kondisi kerja, pengakuan, umpan balik dan supervisi. Skala pengukuran variabel ini adalah skala interval dengan tiga kategori yaitu tinggi/ baik, sedang/ cukup baik dan rendah/ tidak baik. Secara rinci aspek pengukuran pada variabel motivasi kerja dapat dilihat pada Tabel 3.1.


(46)

Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas

No Variabel

Motivasi Kerja Indikator Kriteria

Bobot

Nilai Skor

Skala Ukur

1 Intrinsik

a. Tanggung jawab 5

a. Tinggi b. Sedang c. Rendah 3 2 1

11 – 15 8 – 10

5 - 7

Interval b. Komitmen memenuhi

standar kerja 4

a. Tinggi b. Sedang c. Rendah 3 2 1

10 – 12 7 – 9

4 - 6

Interval

c. Inisiatif kerja 5

a. Tinggi b. Sedang c. Rendah 3 2 1

11 – 15 8 – 10

5 - 7

Interval

d. Rasa Prestasi 5

a. Tinggi b. Sedang c. Rendah 3 2 1

11 – 15 8 – 10

5 - 7

Interval

2 Ekstrinsik

e. Insentif/honor 5

a. Tinggi b. Sedang c. Rendah 3 2 1

11 – 15 8 – 10

5 - 7

Interval

f. Kondisi Kerja 6

a. Baik b. Cukup baik c. Tidak baik

3 2 1

14 – 18 10 – 13 6 - 9

Interval

g. Pengakuan 4

a. Baik b. Cukup baik c. Tidak baik

3 2 1

10 – 12 7 – 9

4 - 6

Interval

h. Umpan Balik 5

a. Baik b. Cukup baik c. Tidak baik

3 2 1

11 – 15 8 – 10

5 - 7

Interval

i. Supervisi 4

a. Baik b. Cukup baik c. Tidak baik

3 2 1

10 – 12 7 – 9

4 - 6

Interval

3.6.2. Variabel Terikat

Variabel kinerja petugas malaria menggunakan skala interval dan 44 pertanyaaan dengan 17 indikator yang diukur. Berdasarkan total skor yang diperoleh responden, variabel kinerja dikelompokkan atas 3 kategori yaitu : (Pratomo, 1986) 1. Baik, apabila responden memiliki total skor dengan interval 39 - 51

2. Cukup baik, apabila responden memiliki total skor dengan interval 28 - 38 3.Kurang baik, apabila responden memiliki total skor dengan interval 17 - 27


(47)

Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat Variabel Terikat Indikator Kriteria Bobot

Nilai Skor

Skala Ukur

Kinerja Petugas

Malaria 17

a. Baik b.Cukup baik c. Kurang baik

3 2 1

39 – 51 28 – 38 17 - 27

Interval

3.7. Teknik Analisa Data

Data dikumpulkan melalui tahapan editing, coding dan tabulating. Kemudian diolah dan dideskripsikan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Data dianalisis dengan menggunakan metode statistik non parametrik yaitu uji korelasi Spearman dengan tingkat kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney

Uji korelasi Spearman untuk mengetahui hubungan variabel bebas (motivasi kerja ) dengan variabel terikat (kinerja petugas malaria puskesmas). Uji Mann-Whitney bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan antara kinerja petugas malaria puskesmas daerah endemis malaria dengan petugas di daerah non endemis malaria Kabupaten Mandailing Natal tahun 2008.


(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Geografis Kabupaten Mandailing Natal

Secara geografis Kabupaten Mandailing Natal terletak pada 00 100 - 10 500 LU dan 980 500 - 1000 100 BT dengan luas wilayah ± 662.070 Km2. Kabupaten Mandailing Natal terdiri dari 375 desa/ kelurahan dari 17 kecamatan yang mempunyai ketinggian bervariasi antara 0 – 1000 meter dari permukaan laut. Sementara pada ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut jarang terjadi transmisi/ penularan malaria. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal berpotensi untuk terjadinya transmisi malaria.

4.1.2. Kondisi Demografi

Jumlah penduduk di Kabupaten Mandailing Natal ditahun 2007 sebanyak 417.590 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sekitar 1,01%. Penduduk laki-laki berjumlah 205.343 jiwa dan perempuan sebanyak 212.247 jiwa dengan 94.479 Kepala Keluarga (KK). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur di Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2007

No Umur n %

1 1 - 4 tahun 57598 13.8

2 5 - 14 tahun 115407 27.6

3 15 - 44 tahun 184269 44.1

4 45 - 64 tahun 47663 11.4

5 > 65 tahun 12653 3.1

Jumlah 417590 100.0


(49)

4.1.3. Kondisi Sosial Ekonomi

Di Kabupaten Mandailing Natal mayoritas penduduknya menganut agama islam yaitu sebesar 97,4% sedangkan 1,9% penganut agama Kristen Protestan dan selebihnya Kristen Khatolik dan Budha. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama di Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2007

No Agama n %

1 Islam 406988 97.4

2 Kristen Protestan 8015 1.9

3 Kristen Khatolik 1326 0.4

4 Budha 1261 0.3

Jumlah 417590 100.0

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2007

Sebagian besar penduduk berasal dari suku Mandailing yaitu sebesar 76,43% sedangkan Melayu sebesar 6,4%. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa di Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2007

No Suku Bangsa n %

1 Mandailing 319175 76.5

2 Melayu 26700 6.4

3 Jawa 24675 5.9

4 Batak Toba 11700 2.8

5 dan lain-lain 35340 8.4

Jumlah 417590 100.0


(50)

Dari tingkat pendidikan sebesar 42,22% penduduk berumur 10 tahun keatas mempunyai pendidikan tertinggi Sekolah Dasar (SD), 18,9% tamatan Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMTP/MTs), sedangkan yang tidak/ belum pernah sekolah serta tidak/ belum tamat SD mencapai 25,23% dari seluruh penduduk. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2007

No Pendidikan n %

1 Tidak/ belum pernah sekolah 4500 1.18

2 Tidak/ belum tamat 101230 25.23

3 SD 180350 42.22

4 SMTP/MTs 79350 18.90

5 SMTA/MA 44100 10.54

6 Akademik/ Diploma 3970 0.95

7 Universitas 4090 0.98

Jumlah 417590 100.0

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2007

4.1.4. Gambaran Sepuluh Penyakit Terbesar di Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2007

Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2007 dalam daftar sepuluh penyakit terbesar, penyakit malaria klinis berada diurutan kedua dan mengalami peningkatan yang cukup bemakna dibandingkan tahun 2006 yaitu dari 10.662 menjadi 13.060 penderita. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.5.


(51)

Tabel 4.5. Distribusi Sepuluh Penyakit Terbesar di Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2007

No Jenis Penyakit n

1 Infeksi Akut lain Pernafasan Atas 16086

2 Malaria Klinis (tanpa pemeriksaan laboratorium) 13064

3 Diare 10245

4 Penyakit lainnya 7751

5 Penyakit Sistem Otot dan Jaringan Pengikat 6673

6 Penyakit Kulit Infeksi 6472

7 TB Paru 5564

8 Penyakit lain pada Saluranm Pernapasan 5548

9 Penyakit Tekanan Darah Tinggi 4726

10 Disentri 3304

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2007

4.1.5. Sarana Pelayanan Kesehatan

Setiap tahun jumlah sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten Mandailing Natal semakin bertambah, baik milik pemerintah maupun yang dimiliki oleh swasta. Pada Tabel 4.6 ini disajikan jumlah sarana kesehatan di Kabupaten Mandailing Natal.

Tabel 4.6. Jenis Sarana Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2007

No Jenis Sarana Pelayanan Kesehatan n

1 Rumah Sakit Umum 4

2 Puskesmas Perawatan 2

3 Puskesmas Non Perawatan 20

4 Puskesmas Keliling 33

5 Puskesmas Pembantu 61

6 Rumah Bersalin 6

7 Balai Pengobatan/ Klinik 3

8 Praktik Dokter Perorangan 44

9 Polindes 109

10 Posyandu 405

11 Apotek 7

12 Toko Obat 36

13 Gedung farmasi Kabupaten 1


(52)

4.2. Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini responden laki-laki dan perempuan masing-masing sebanyak 11 orang (50,0%). Sebagian besar responden berumur antara 31 – 35 tahun yaitu sebanyak 11 orang (50%) dan dilihat dari latar belakang pendidikan minimal tamatan SPK yaitu ada 6 orang (27,3%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik di daerah Endemis dan Non endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008

No Karakteristik n %

1 Jenis Kelamin

a. Laki-laki 11 50.0

b. Perempuan 11 50.0

Jumlah 22 100.0

2 Umur

a. 26 – 30 tahun 7 31.9

b. 31 – 35 tahun 11 50.0

c. 36 – 40 tahun 2 9.1

d. 41 -45 tahun 1 4.5

e. 46 – 53 tahun 1 4.5

Jumlah 22 100.0

3 Pendidikan

a. SPK 6 27.3

b. SPPH 1 4.5

c. APK 3 13.6

d. DIII Analis 1 4.5

e. DIII Keperawatan 5 22.7

f. DI Kebidanan 2 9.1

g. DIII Akbid 4 18.3

Jumlah 22 100.0

4.3. Kinerja Petugas Malaria Puskesmas

Pada penelitian ini variabel kinerja petugas malaria puskesmas diukur melalui hasil penampilan kerja selama melaksanakan tugas dan fungsinya di daerah endemis dan non endemis. Kinerja petugas malaria terbagi atas tiga kategori yaitu baik, cukup


(53)

baik dan tidak baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 12 orang (54,5%) memiliki kinerja cukup baik, 9 orang (41%) memiliki kinerja baik dan 1 orang (4,5%) termasuk kategori tidak baik. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Kinerja Petugas Malaria Puskesmas di daerah Endemis dan Non endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008

No Kinerja Petugas Malaria n %

1 Baik 9 41.0

2 Cukup baik 12 54.5

3 Tidak baik 1 4.5

Jumlah 22 100.0

4.4. Motivasi Kerja Petugas Malaria Puskesmas 4.4.1. Motivasi Intrinsik

Pada penelitian ini variabel motivasi kerja bersifat intrinsik berupa tanggung jawab, komitmen memenuhi standar kerja, inisiatif kerja dan rasa prestasi yang ada pada petugas malaria itu sendiri. Motivasi ini masing-masing dikategorikan tinggi, sedang dan rendah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh petugas malaria puskesmas memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya, yaitu sebanyak 13 orang (59,1%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Tanggung Jawab Petugas Malaria Puskesmas di daerah Endemis dan Non endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008

No Tanggung Jawab n %

1 Tinggi 13 59.1

2 Sedang 9 40.9


(54)

Dari kategori komitmen memenuhi standar kerja, sebanyak 19 orang (86,4%) termasuk kategori tinggi dalam berkomitmen melaksanakan tugas dan fungsinya. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Komitmen Memenuhi Standar Kerja Petugas Malaria Puskesmas di daerah Endemis dan Non endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008

No Komitmen Memenuhi

Standar Kerja n %

1 Tinggi 19 86.4

2 Sedang 3 13.6

Jumlah 22 100.0

Berdasarkan variabel inisiatif kerja, sebanyak 20 orang (90,9%) memiliki inisiatif kerja yang tinggi selama menjalankan tugas dan fungsinya. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Inisiatif Kerja Petugas Malaria Puskesmas di daerah Endemis dan Non endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008

No Inisiatif Kerja n %

1 Tinggi 20 90.9

2 Sedang 2 9.1

Jumlah 22 100.0

Dari variabel rasa prestasi bekerja sebanyak 16 orang (72,7%) termasuk memiliki rasa prestasi yang tinggi. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Rasa Prestasi Petugas Malaria Puskesmas di daerah Endemis dan Non endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008

No Rasa Prestasi n %

1 Tinggi 16 72.7

2 Sedang 6 27.3


(55)

4.4.2. Motivasi Ekstrinsik

Pada variabel motivasi kerja bersifat ekstrinsik terdiri dari insentif/honor, kondisi kerja,pengakuan, umpan balik dan supervisi yang ada di lingkungan tempat kerja petugas malaria itu sendiri. Motivasi ini masing-masing dikategorikan tinggi/ baik, sedang/ cukup baik dan rendah/ tidak baik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar petugas malaria puskesmas menerima insentif/ honor kategori tinggi selama melaksanakan tugasnya, yaitu sebanyak 13 orang (59,1%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Insentif/ honor Petugas Malaria Puskesmas di daerah Endemis dan Non endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008

No Insentif/ honor n %

1 Tinggi 13 59.1

2 Sedang 9 40.9

Jumlah 22 100.0

Dari variabel kondisi kerja petugas malaria, sebanyak 13 orang (59,1%) menyatakan kondisi kerja mereka termasuk kategori baik dan 1 orang (4,5%) termasuk kategori tidak baik. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Kerja Petugas Malaria Puskesmas di daerah Endemis dan Non endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008

No Kondisi Kerja n %

1 Baik 13 59.1

2 Cukup baik 8 36.4

3 Tidak baik 1 4.5


(1)

34. Apakah saudara dan Kepala puskesmas melakukan review tentang efektifitas diberbagai

kegiatan penanggulangan malaria?

a. Ya

b. Kadang-kadang

c. Tidak

35. Berapa kali saudara melakukan review kegiatan penanggulangan malaria tahun 2005?...

36. Berapa kali saudara melakukan review kegiatan penanggulangan malaria tahun 2006?...

37. Berapa kali saudara melakukan review kegiatan penanggulangan malaria tahun 2007?...

38. Apakah saudara dan Kepala puskesmas melakukan supervisi langsung ke lapangan untuk

melihat kerja JMD serta mengetahui kendala apa saja yang terdapat dilapangan?

a. Ya

b. Kadang-kadang

c. Tidak

39. Berapa kali saudara dan Kepala puskesmas melakukan supervisi kinerja JMD tahun

2005?...

40. Berapa kali saudara dan Kepala puskesmas melakukan supervisi kinerja JMD tahun

2006?...

41. Berapa kali saudara dan Kepala puskesmas melakukan supervisi kinerja JMD tahun

2007?...

42. Apakah saudara dan tim kerja mendapat bantuan sarana transportasi (roda dua/ roda

empat) untuk menunjang kegiatan di lapangan?

a. Ya

b. Kadang-kadang

c. Tidak

43. Tahukah saudara berapa kali mendapatkan bantuan sarana transportasi untuk menunjang

kegiatan di lapangan?...

44. Apakah sampai saat ini kendaraan tersebut masih layak untuk dipergunakan untuk

kegiatan pemberantasan dan penanggulangan malaria?


(2)

1 2 3 4 5 t ktj 1 2 3 4 t kms 1 2 3 4 5 t kik 1 2 3 4 5 t krp 1 2 3 4 5 t 1 l 26 islam batak DIII Keprwtn blm kwn 5 2 3 2 2 3 12 3 3 3 3 3 12 3 2 3 3 3 3 14 3 2 2 2 2 2 10 2 3 3 3 3 3 10 2 l 53 islam jawa SPK kwn 27 2 3 3 3 3 14 3 3 3 3 3 12 3 3 3 3 3 3 15 3 3 3 3 3 3 15 3 3 3 3 3 3 11 3 p 42 islam jawa DIII Keprwtn kwn 2 2 3 2 2 3 12 3 3 3 3 3 12 3 3 3 3 2 3 14 3 2 2 3 3 2 12 3 3 3 3 2 3 12 4 l 33 islam batak SPK kwn 13 2 3 3 3 3 14 3 3 3 3 3 12 3 2 2 2 3 3 12 3 3 3 2 3 3 14 3 3 3 3 3 3 10 5 p 32 islam jawa DIII Analis kwn 2 3 3 2 3 3 10 2 3 3 2 3 11 3 2 2 2 3 3 12 3 3 3 3 3 3 15 3 3 3 3 3 3 10 6 p 33 islam jawa DIII Keprwtn kwn 3 1 1 2 2 2 8 2 3 3 3 3 12 3 3 3 3 3 3 15 3 3 3 3 3 3 15 3 3 3 3 2 3 8 7 l 35 islam jawa SPPH kwn 10 2 3 3 3 3 14 3 3 3 2 3 11 3 3 3 3 2 3 14 3 3 3 2 3 3 14 3 3 3 3 3 3 11 8 p 31 islam jawa DIII Akbid kwn 8 1 1 2 2 2 8 2 3 3 3 3 12 3 3 3 3 3 3 15 3 3 3 3 3 3 15 3 3 3 3 2 3 8 9 p 32 islam melayu SPK kwn 13 3 3 2 3 3 10 2 3 3 2 3 11 3 3 3 3 2 3 14 3 3 3 2 3 2 12 3 3 2 3 3 3 8 10 l 35 islam melayu APK kwn 7 3 3 2 3 3 8 2 3 3 3 3 12 3 3 3 3 2 3 14 3 2 2 2 2 2 10 2 3 3 3 3 3 8 11 l 27 islam melayu DIII Keprwtn kwn 5 2 3 3 3 3 14 3 3 3 1 3 10 3 3 3 3 2 3 14 3 3 3 3 3 3 15 3 3 3 3 3 3 10 12 l 36 islam batak SPK kwn 13 2 3 3 3 3 14 3 3 3 3 3 12 3 2 2 2 3 3 12 3 3 3 2 3 2 12 3 3 3 3 3 3 8 13 l 29 islam melayu APK kwn 11 2 3 3 3 3 14 3 3 3 3 3 12 3 3 3 3 2 3 14 3 3 3 3 3 3 15 3 3 3 3 3 3 10 14 l 34 islam melayu DIII Keprwtn kwn 12 3 3 3 3 3 15 3 3 3 3 3 12 3 3 3 3 2 3 14 3 3 3 3 3 3 15 3 3 3 3 3 3 15 15 p 28 islam jawa APK kwn 7 1 1 2 2 2 8 2 2 2 2 2 8 2 2 3 3 3 3 11 3 2 2 3 3 2 12 3 3 3 3 3 3 10 16 p 27 islam jawa DIII Akbid kwn 3 2 3 2 2 3 12 3 2 2 2 2 8 2 2 3 3 3 3 14 3 2 2 2 2 2 10 2 3 3 3 3 3 15 17 l 31 islam batak SPK kwn 12 3 3 3 3 3 11 3 2 2 3 3 10 3 2 3 3 3 3 14 3 2 2 3 3 2 12 3 3 3 3 3 3 15 18 p 29 islam jawa DI kbidanan kwn 10 1 1 2 2 2 8 2 3 3 3 3 12 3 2 2 2 2 2 10 2 3 3 3 3 3 15 3 3 3 3 3 3 8 19 p 33 islam melayu DI kbidanan kwn 11 2 2 2 2 2 10 2 2 2 2 2 8 2 2 3 3 3 3 11 3 2 2 2 2 2 10 2 3 3 3 3 3 10 20 l 36 islam batak SPK kwn 14 3 3 3 3 3 15 3 3 3 3 3 12 3 2 3 3 3 3 12 3 2 2 3 3 2 12 3 3 3 3 3 3 15 21 p 26 islam jawa DIII Akbid kwn 3 2 2 2 2 2 10 2 3 3 2 3 11 3 2 2 2 2 2 10 2 2 2 2 2 2 10 2 3 3 2 3 3 14 22 p 31 islam jawa DIII Akbid kwn 10 2 3 3 3 3 14 3 3 3 3 3 12 3 2 3 3 3 3 11 3 2 2 2 2 2 10 2 3 3 3 3 3 15

ktj : Kategori Tanggung Jawab t : Total

jk : Jenis Kelamin u : Umur agm : Agama sb : Suku Bangsa

ki : Kategori Insentif/Honor

kkk : Kategori Kondisi Kerja kp : Kategori Pengakuan kub : Kategori Umpan Balik ks : Kategori Supervisi

kpm : Kategori Kinerja Petugas Malaria lb

sk sb

ddk : Pendidikan sk : Status Kawin lb : Lama Bekerja

kms : Kategori Komitmen Memenuhi Standar kik : Kategori Inisiatif Kerja

krp : Kategori Rasa Prestasi kik : Kategori Inisiatif Kerja

Insentif/ Hono

jk u ddk Tanggung Jawab Komitmen Inisiatif Kerja Rasa Prestasi

Master Data

agm

M O T I V A S No

Data Pribadi

Hubungan Motivasi Kerja Dengan Kinerja Petugas Malaria Puskesmas di Daerah Endemis dan Non Endemis Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2008


(3)

ki 1 2 3 4 5 6 t kkk 1 2 3 4 t kp 1 2 3 4 t kub 1 2 3 4 t ks 1 5 6 10 13 15 16 18 19 23 25 29 33 34 38 42 44 t kpm 2 3 3 3 3 3 3 12 2 2 2 3 2 9 2 3 3 3 3 8 2 3 3 3 3 8 2 2 2 2 3 1 0 2 2 3 1 0 3 2 3 3 1 0 28 2 3 3 3 3 3 3 3 14 3 3 3 3 3 12 3 3 3 3 3 12 3 3 2 2 2 10 3 2 3 3 2 1 0 1 0 3 1 0 3 2 1 2 3 3 38 3 3 3 3 3 2 1 3 14 3 3 3 2 3 11 3 3 3 3 3 10 2 3 3 2 3 10 3 2 1 2 3 1 0 3 1 3 3 3 3 3 3 3 1 0 36 3 2 3 2 2 3 3 3 10 2 3 3 2 3 11 3 3 3 3 3 12 3 3 3 3 3 10 3 2 1 3 1 1 0 1 0 3 1 0 3 3 2 1 1 0 28 2 2 3 2 2 3 3 3 12 2 3 3 1 3 10 3 3 3 3 3 10 2 3 3 3 3 12 3 2 1 3 1 1 0 1 0 3 1 0 3 1 2 1 1 0 28 2 2 3 3 3 2 1 3 10 2 3 3 2 3 11 3 3 3 3 3 8 2 3 3 2 3 10 3 2 1 2 3 1 0 3 1 3 3 3 3 3 3 3 1 0 26 2 3 3 3 2 3 3 3 14 3 3 3 2 1 9 2 3 3 3 3 10 2 3 3 3 3 12 3 3 1 3 1 3 2 1 0 3 1 0 3 3 2 2 1 0 30 2 2 3 3 3 2 1 3 10 2 3 3 2 3 11 3 3 3 3 3 8 2 3 3 2 3 11 3 2 1 2 3 1 0 3 1 3 3 3 3 3 3 3 1 0 26 2 2 3 3 3 3 3 3 12 2 3 3 2 3 11 3 3 3 3 3 8 2 3 3 3 3 12 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 1 0 3 3 3 3 1 0 28 2 2 3 3 3 3 3 3 8 1 3 3 1 3 10 3 3 3 3 3 8 2 3 3 3 3 10 3 3 1 1 3 3 2 1 0 3 1 0 3 3 3 1 1 0 22 1 2 3 3 3 3 3 3 14 3 3 3 1 3 10 3 3 3 3 3 11 3 3 3 3 3 10 3 3 1 1 3 3 2 1 0 3 1 0 3 3 3 1 1 0 30 2 2 3 2 2 3 3 3 16 3 3 3 2 3 11 3 3 3 3 3 12 3 3 3 3 3 10 3 2 1 3 1 1 0 1 0 3 1 0 3 3 2 1 1 0 30 2 2 3 3 3 3 3 3 12 2 3 3 1 3 10 3 3 3 3 3 12 3 3 3 3 3 8 2 3 1 1 3 3 2 1 0 3 1 0 3 3 3 1 1 0 28 2 3 3 3 2 3 3 3 18 3 3 3 2 3 12 3 3 3 3 3 15 3 3 3 2 3 12 3 1 1 1 1 2 2 1 0 1 1 0 1 3 2 1 1 0 40 3 2 3 3 2 3 3 3 14 3 3 3 2 3 8 2 3 3 3 3 12 3 3 3 2 3 12 3 1 1 1 1 2 2 1 0 1 1 0 1 3 2 1 1 0 30 2 3 3 3 2 3 3 3 14 3 3 3 2 3 12 3 3 3 3 3 12 3 3 3 2 3 10 3 1 1 1 1 2 2 1 0 1 1 0 1 3 2 1 1 0 40 3 3 3 3 2 3 3 3 16 3 3 3 2 3 12 3 3 3 3 3 14 3 3 3 2 3 11 3 1 1 1 1 2 2 1 0 1 1 0 1 3 2 1 1 0 40 3 2 3 3 2 3 3 3 12 2 3 3 2 3 8 2 3 3 3 3 10 2 3 3 2 3 8 2 1 1 1 1 2 2 1 0 1 1 0 1 3 2 1 1 0 28 2 2 3 3 2 3 3 3 14 3 3 3 2 3 11 3 3 3 3 3 12 3 3 3 2 3 11 3 1 1 1 1 2 2 1 0 1 1 0 1 3 2 1 1 0 36 3 3 3 3 2 3 3 3 18 3 3 3 2 3 8 2 3 3 3 3 11 3 3 3 2 3 12 3 1 1 1 1 2 2 1 0 1 1 0 1 3 2 1 1 0 38 3 3 3 3 2 3 3 3 17 3 3 3 3 3 8 2 3 3 2 3 10 2 3 3 2 3 8 2 2 1 1 1 3 2 1 0 1 1 0 1 3 2 1 1 0 40 3 3 3 3 2 3 3 3 14 3 3 3 2 3 10 3 3 3 3 3 12 3 3 3 2 3 11 3 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 0 1 3 2 1 1 0 38 3 or Kondisi Kerja Pengakuan Umpan Balik Supervisi Kinerja Petugas Malaria Puskesmas


(4)

Nonparametric Correlations

Correlations

1.000 .492*

. .120

22 22

.492* 1.000

.120 .

22 22

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N tj

kpm Spearm an's rho

tj kpm

Correlation is si gnifi cant at the 0.05 level (2-tail ed). *.

Co rrel atio ns

1.000 -.358 . .101

22 22

-.358 1.000

.101 .

22 22

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N kpm

km s Spearm an's rho

kpm km s

Co rrel atio ns

1.000 -.232 . .299

22 22

-.232 1.000

.299 .

22 22

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N kpm

ik Spearm an's rho

kpm ik

Co rrel atio ns

1.000 -.304

. .169

22 22

-.304 1.000

.169 .

22 22

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N kpm

rp Spearm an's rho


(5)

Correlations

1.000 .874** . .000

22 22

.874** 1.000

.000 .

22 22

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N kpm

i Spearm an's rho

kpm i

Correlation is si gnifi cant at the 0.01 level (2-tail ed). **.

Correla tions

1.000 .896**

. .000

22 22

.896** 1.000

.000 .

22 22

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N kpm

kk Spearm an's rho

kpm kk

Correlation is si gnifi cant at the 0.01 level (2-tail ed). **.

Co rrel atio ns

1.000 .233 . .036

22 22

.233 1.000

.036 .

22 22

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N kpm

p Spearm an's rho

kpm p

Correlations

1.000 .674** . .101

22 22

.674** 1.000

.101 .

22 22

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N kpm

ub Spearm an's rho

kpm ub

Correlation is si gnifi cant at the 0.01 level (2-tail ed). **.

Co rrel atio ns

1.000 .163

. .467

22 22

.163 1.000

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient kpm

s Spearm an's rho


(6)

NPar Tests

Mann-Whitney Test

Ra nks

13 11 .54 15 0.00

9 11 .44 10 3.00

22

13 13 .62 17 7.00

9 8.4 4 76 .00

22

13 14 .38 18 7.00

9 7.3 3 66 .00

22

13 13 .35 17 3.50

9 8.8 3 79 .50

22

13 8.6 5 11 2.50

9 15 .61 14 0.50

22

13 8.5 0 11 0.50

9 15 .83 14 2.50

22

13 12 .12 15 7.50

9 10 .61 95 .50

22

13 8.9 6 11 6.50

9 15 .17 13 6.50

22

13 10 .58 13 7.50

9 12 .83 11 5.50

22

13 8.0 4 10 4.50

9 16 .50 14 8.50

22 lok asi

En dem is No n En dem is To tal

En dem is No n En dem is To tal

En dem is No n En dem is To tal

En dem is No n En dem is To tal

En dem is No n En dem is To tal

En dem is No n En dem is To tal

En dem is No n En dem is To tal

En dem is No n En dem is To tal

En dem is No n En dem is To tal

En dem is No n En dem is To tal tj km s ik rp i kk p ub s kp m

N Me an Rank Su m o f Ra nks

Test Statistics

b

58.000

31.000

21.000

34.500

21.500

19.500

50.500

25.500

46.500

13.500

103.000

76.000

66.000

79.500

112.500

110.500

95.500

116.500

137.500

104.500

-.034

-1.938

-2.645

-1.678

-2.553

-2.689

-.549

-2.286

-.835

-3.058

.973

.153

.058

.153

.011

.007

.003

.122

.404

.002

1.000

a

.071

a

.011

a

.110

a

.011

a

.007

a

.601

a

.025

a

.431

a

.001

a

Mann-Whitney U

Wilcoxon W

Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)]

tj

kms

ik

rp

i

kk

p

ub

s

kpm

Not corrected for ties.

a.

Grouping Variable: lokasi

b.