2.2. Ergonomi
2.2.1. Definisi Ergonomi
Ergonomi atau ergonomics sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi adalah
disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya. Disiplin ergonomi secara khusus akan mempelajari keterbatasan dari kemampuan
manusia dalam berinteraksi dengan tekhnologi-tekhnologi buatannya Wignjosoebroto, 1995.
Menurut Nurmianto 1998 dalam Santoso 2004, istilah ergonomi didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya
yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desainperancangan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, terdapat tiga hal yang penting dalam mempelajari ergonomi, antara lain: Santoso, 2004
a. Ergonomi menitikberatkan manusia human-centered.
Ini diterapkan pada manusia dan fokus ergonomi pada manusia merupakan hal yang utama, bukan pada mesin atau peralatan. Ergonomi hanya cocok untuk
pengembangan sistem kerja. b.
Ergonomi membutuhkan bangunan sistem kerja yang terkait dengan pengguna. Mesin dan peralatan yang merupakan fasilitas kerja harus disesuaikan dengan
performen manusia.
Universitas Sumatera Utara
c. Ergonomi menitikberatkan pada perbaikan sistem kerja.
Suatu perbaikan proses harus disesuaikan dengan perbedaan kemampuan dan kelemahan setiap individu, hal ini harus dirumuskan dengan cara diukur baik
secara kualitatif maupun kuantitatif dalam jangka waktu tertentu.
2.2.2. Sikap Kerja
Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat penunjuk, cara-cara harus
melayani mesin macam gerak, arah dan kekuatan Suma’mur, 1996. Terdapat 3 macam sikap dalam bekerja, yaitu: Santoso, 2004
1. Prinsip posisi duduk
Posisi duduk pada otot rangka musculoskeletal dan tulang belakang terutama pada pinggang harus dapat ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar
dari nyeri dan cepat lelah. Pada posisi duduk, tekanan tulang belakang akan meningkat dibanding berdiri atau berbaring, jika posisi duduk tidak benar.
Menurut Eko Nurmianto 1998 dalam Santoso 2004 bahwa tekanan posisi tidak duduk 100, maka tekanan akan meningkat menjadi 140 bila sikap
duduk tegang dan kaku, dan tekanan akan meningkat menjadi 190 apabila saat duduk dilakukan membungkuk ke depan. Oleh karena itu perlu sikap duduk yang
benar dan dapat relaksasi tidak statis. Sikap duduk yang paling baik yang tidak berpengaruh buruk terhadap sikap
badan dan tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lordosa pada
Universitas Sumatera Utara
pinggang dan sedikit mungkin kifosa pada punggung. Sikap demikian dapat dicapai dengan kursi dan sandaran punggung yang tepat.
Pekerjaan sejauh mungkin dilakukan sambil duduk. Keuntungan bekerja sambil duduk adalah sebagai berikut:
a. Kurangnya kelelahan pada kaki.
b. Terhindarnya sikap-sikap yang tidak alamiah.
c. Berkurangnya pemakaian energi.
d. Kurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah Suma’mur, 1989
2. Kerja Posisi Berdiri
Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan mengakibatkan penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki, hal ini
akan bertambah bila berbagai bentuk dan ukuran sepatu yang tidak sesuai. Seperti pembersih clerks, dokter gigi, penjaga tiket, tukang cukur pasti
memerlukan sepatu ketika bekerja. Apabila sepatu tidak pas tidak sesuai maka sangat mungkin akan sobek dan terjadi bengkak pada jari kaki, mata kaki, dan
bagian sekitar telapak kaki. Oleh karena itu perlu adanya penelitian lebih lanjut sepatu kerja secara ergonomis. Sepatu yang baik adalah sepatu yang dapat
menahan kaki tubuh dan kaki tidak direpotkan untuk menahan sepatu. Desain sepatu harus lebih longgar dari ukuran telapak kaki. Apabila bagian sepatu di
kaki terjadi penahanan yang kuat pada tali sendi ligaments pergelangan kaki, dan hal itu terjadi dalam waktu yang lama, maka otot rangka akan mudah
mengalami kelelahan.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa penelitian telah berusaha untuk mengurangi kelelahan pada tenaga kerja dengan posisi berdiri. Contohnya yaitu seperti yang diungkapkan Granjean
1988 dalam Santoso 2004, merekomendasikan bahwa untuk jenis pekerjaan teliti, letak tinggi meja diatur 10 cm di atas siku. Untuk jenis pekerjaan ringan,
letak tinggi meja diatur sejajar dengan tinggi siku. Dan untuk pekerjaan berat, letak tinggi meja diatur 10 cm di bawah tinggi siku.
3. Kerja Berdiri Setengah Duduk
Berdasarkan penelitian Santoso 2004 bahwa tenaga kerja bubut yang telah terbiasa bekerja dengan posisi berdiri tegak diubah menjadi posisi setangah
duduk tanpa sandaran dan setengah duduk dengan sandaran, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kelelahan otot biomekanik antar kelompok.
Menurut Suma’mur 1989 posisi kerja yang baik adalah bergantian antara posisi duduk dan posisi berdiri, akan tetapi antara posisi duduk dan berdiri lebih baik
dalam posisi duduk. Hal itu dikarenakan sebagian berat tubuh di sangga oleh tempat duduk disamping itu konsumsi energi dan kecepatan sirkulasi lebih tinggi
dibandingkan tiduran, tetapi lebih rendah dari pada berdiri. Posisi duduk juga dapat mengontrol kekuatan kaki dalam pekerjaan, akan tetapi harus memberi ruang yang
cukup untuk kaki karena bila ruang yang tersedia sangat sempit maka sangatlah tidak nyaman.
2.3. Pencahayaan