4.4. Hasil Pengamatan Sikap Kerja
4.4.1. Sikap Kerja pada Proses Pembuatan Motif Sulaman Tangan
Pada proses ini, motif sulaman dibuat disebuah kertas minyak dengan menggunakan pulpen. Setelah itu motif ini diduplikasi dengan menggunakan kertas
karbon untuk dibuat ke dalam kain, dimana kain terletak dibagian paling bawah, kertas karbon di bagian tengah, dan kertas minyak berada paling atas.
Pada proses ini, perajin duduk di atas lantai tanpa menggunakan meja kerja. Pada saat bekerja, perajin harus membungkuk untuk menggambar motif sulaman
tangan. Waktu yang diperlukan untuk membuat motif sulaman tangan ini berkisar 2-3 jam. Dalam pembuatan ini, apabila perajin merasakan lelah, maka perajin tersebut
akan berhenti sejenak untuk menghilangkan rasa lelah.
Gambar 4.1. Pembuatan motif sulaman tangan
Dari gambar 4.1. dapat diketahui bahwa perajin membuat motif sulaman dalam keadaan duduk di lantai. Kedua bagian kaki dilipat atau bersila, tangan kanan
digunakan untuk menggambar motif sulaman, sedangkan tangan kiri digunakan untuk
Universitas Sumatera Utara
menumpu dan menahan kertas minyak agar tidak berpindah dari tempatnya. Bagian punggung agak membungkuk ke depan, dikarenakan perajin membuat motif sulaman
di atas lantai.
4.4.2. Sikap Kerja pada Proses Pemasangan Kain ke Pamedangan
Setiap pinggiran dari kain yang telah digambar dengan motif sulaman akan disambungkan dengan kain perca dengan cara dijahitkan. Kain perca tersebut dilipat
dan pertemuan lipatan tersebut disambungkan ke kain yang telah digambar dengan motif, sehingga terbentuk sebuah rongga pada kain perca tersebut. Ke dalam rongga
tersebut dimasukkan kayu dari pamedangan. Masing-masing kayu dari setiap sisi kain akan diikatkan dengan tali di setiap sudut pamedangan, sehingga kain tersebut
dapat diregangkan. Waktu yang digunakan untuk proses ini adalah sekitar 2 jam. Pada proses ini, disaat menyambungkan kain perca dengan kain yang sudah
digambar motif sulaman, perajin dapat melakukannya dengan cara duduk di lantai ataupun duduk di kursi. Perajin tidak membutuhkan meja kerja pada proses ini. Pada
saat pemasangan ke pamedangan, perajin duduk di lantai. Pada saat pemasangan kain bermotif sulaman ke pamedangan, pekerja melakukannya dalam keadaan berdiri,
duduk dan jongkok.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.2. Pemasangan kain ke dalam pamedangan dalam posisi berdiri yang membungkuk
Gambar 4.3. Pemasangan kayu ke dalam kain perca
Gambar 4.4. Pengikatan kain ke pamedangan
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.2. adalah gambar perajin memasukkan kayu ke dalam kain perca yang telah disambungkan dengan kain sulaman. Perajin melakukannya dengan posisi
berdiri dan terkadang agak membungkuk. Pada gambar 4.3. dapat diketahui bahwa perajin melakukan pekerjaannya dengan sikap kerja jongkok. Postur tubuh perajin
bertumpu pada kedua kaki. Pada bagian ini anggota tubuh yang banyak bergerak adalah lengan. Gambar 4.4. adalah gambar perajin melakukan pekerjaannya dalam
posisi duduk. 4.4.3.
Sikap Kerja pada Proses Penjahitan Benang Penyulaman
Penjahitan benang ke dalam kain ini membutuhkan waktu yang lama. Untuk menghasilkan satu selendang, dibutuhkan waktu lebih kurang 1 bulan. Posisi perajin
pada proses ini yaitu duduk di lantai. Perajin terkadang duduk bersila atau bersimpuh, dan terkadang juga dengan kaki yang diluruskan ke depan. Perajin bekerja dengan
sikap kerja yang monoton, dimana perajin hanya melakukan proses penjahitan benang ke dalam kain secara terus menerus.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.5. Kegiatan penjahitan benang menyulam
Gambar 4.5. adalah gambar perajin sedang menyulam. Posisi perajin yaitu duduk. Tangan kanan berada di atas pamedangan dan tangan kiri berada di bawah
pamedangan. Kedua tangan digunakan dalam proses penyulaman. Pada saat bekerja, perajin harus sedikit membungkukkan punggung agar dapat melihat lebih jelas
benang yang dijahitkan.
4.5. Hasil Pengukuran Intensitas Cahaya