Keluhan Muskuloskeletal Akibat Sikap Kerja Tidak Baik

Pemilihan warna tersebut tergantung pada kesan yang ingin ditimbulkan dari suatu objek. Selain ketiga warna utama tersebut, sinar juga dapat dimodifikasi menjadi berbagai macam warna tergantung pada warna bohlam lampunya. Warna yang ditimbulkan bermacam-macam seperti hijau, biru, merah, ungu, oranye, dan sebagainya. Setiap warna tersebut memiliki efek yang berbeda-beda satu sama lain. Pada Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan dalam Tempat Kerja, pasal 14 ayat 8 dijelaskan bahwa penerangan yang cukup untuk pekerjaan membeda-bedakan barang halus dengan kontras yang sedang dan dalam waktu yang lama, seperti: 1. Pemasangan yang halus 2. Pekerjaan mesin yang halus 3. Penyemiran yang halus dan pemotongan gelas kaca 4. Pekerjaan kerja yang halus ukuran-ukuran 5. Menjahit benang-benang wol yang berwarna tua 6. Akuntan, pemegang buku, pekerjaan steno, mengetik atau pekerjaan kantor yang lama dan teliti Harus mempunyai kekuatan antara 500-1000 luks.

2.4. Keluhan Muskuloskeletal

2.4.1. Keluhan Muskuloskeletal Akibat Sikap Kerja Tidak Baik

Keluhan muskoletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Universitas Sumatera Utara Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen, dan tendon. Keluhan inilah yang disebut dengan keluhan muskuloskeletal disorers MSDs atau cedera pada sistem mukuloskeletal. Secara garis besar keluhan otot dapat cedera pada sistem muskuloskeletal. Secara garis besar keluhan kesehatan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1. Keluhan sementara reversible, yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan. 2. Keluhan menetap persistent, yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebenan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut. Dalam kehidupan sehari-hari, selalu terjadi aneka ragam kegiatan kegiatan otot statis. Pada keadaan berdiri, sejumlah otot kaki, paha, punggung, dan leher berada dalam kontraksi statis. Oleh karena kerja otot statis inilah, bagian-bagian tubuh dapat dipertahankan berada dalam posisi yang tetap. Jika duduk, kerja otot statis pada tungkai bawah tidak diperlukan, dan beban kerja bagi otot relatif kurang Suma’mur, 1989. Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang. Sebaliknya, keluhan otot kemungkinan tidak terjadi apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15-20 dari kekuatan otot maksimum. Namun apabila kontraksi oto melebihi 20, maka peredaran darah ke otot berkurang Universitas Sumatera Utara menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang diperlukan. Suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot Suma’mur, 1989. Menurut Peter 2000 yang dikutip Rizki 2007, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal, yaitu: 1. Peregangan otot yang berlebihan Peregangan otot yang berlebihan over exertion pada umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal ini sering terjadi maka dapat mempertinggi terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot skeletal. 2. Aktivitas berulang Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secata terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi. 3. Sikap kerja tidak alamiah Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, dan sebagainya. Semakin jauh posisi tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi terjadinya resiko Universitas Sumatera Utara terjadinya kekluhan otot skeletal. Sikap kerja yang tidak alamiah dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja. Menurut Nurmianto 2004, sikap duduk yang keliru merupakan penyebab adanya masalah-masalah punggung. Tekanan pada bagian tulang belakang akan meningkat pada saat duduk, dibandingkan dengan saat berdiri ataupun berbaring. Jika diasumsikan tekanan tersebut 100, maka cara duduk tegang atau kaku erect posture dapat menyebabkan tekanan tersebut mencapai 140 dan cara duduk yang dilakukan dengan membungkuk ke depan menyebabkan tekanan tersebut sampai 190. Sikap duduk yang tegang lebih banyak memerlukan aktivitas otot atau urat saraf belakang dari pada sikap duduk yang condong ke depan. Menurut Santoso 2004, pekerjaan bubut yang berdiri statis dan tangan menekan handel secara statis, tentu melibatkan banyak otot yang mengalami kontraksi. Namun dilihat dari keluhan klinis bahwa tukang bubut mengalami keleleahan biomekanik terbesar pada bahu kanan, punggung dan pinggang. Hal ini dapat diprediksi dari otot-otot yang menghubungkan antara tangan, bahu, leher dan tulang belakang. Diantara otot-otot tersebut menurut Thompson 1981 adalah otot- otot trapezius, rhomboideus dan latissimus dorsiI. Otot trapezius yang menghubungkan dasar tengkorak tali sendi leher, vertebral pada cervical 7 dan seluruh thoracacic. Sebagaimana pula disebutkan oleh Nederhand 2000 bahwa disfungsi otot cervical dapat dilihat pada upper trapezius muscles. Otot rhomboideus yang mengikat vertebral setelah cervical dan T1-T5. Otot latissimus dorsi mengikat puncak pantat pada panggul, sacrum belakang dan vertebral lumbar dan T5 bawah Universitas Sumatera Utara sampai iga 3 bawah. Menurut hasil penelitian McGill 2000 bahwa terjadinya injury terhebat pada tulang belakang ini disebabkan oleh lumbar yang terbebani.

2.4.2. Keluhan pada Mata