Gambaran Umum Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur Hasil Analisis Bivariat

B. Hasil Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis data dari dua variabel yang berbeda. Analisis bivariat pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan IMD terhadap keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur. Teknik analisis dilakukan dengan uji Chi Square. 1. Hubungan IMD Terhadap Keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur Tabel 5.6 Hasil analisis Chi-Square pada desain case control n=42 ASI Eksklusif Tidak ASI Eklsusif ASI Eksklusif P-value n n IMD Tidak IMD 17 81,0 11 52,4 0,102 IMD 4 19,0 10 47,6 Total 21 100 21 100 Dari tabel 5.6 di atas, hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,102. Hal tersebut menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara variabel IMD dengan keberhasilan ASI Eksklusif p0,05 sehingga hipotesis H diterima bahwa tidak ada hubungan IMD terhadap keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur. 64

BAB VI PEMBAHASAN

Pembahasan pada penelitian ini difokuskan pada pembahasan tentang karakteristik responden, persentase IMD, persentase ASI Eksklusif, serta hubungan IMD terhadap keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur. Pada akhir pembahasan, peneliti juga menyertakan keterbatasan dari penelitian ini.

A. Hasil Analisis Univariat 1. Karakteristik Responden di wilayah Kelurahan Cempaka Putih

a. Usia

Pada kategori usia dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu kelompok usia ideal dan kelompok usia tidak ideal. Kelompok usia ideal adalah responden yang memiliki usia 20-35 tahun dan kelompok usia tidak ideal adalah responden yang memiliki usia 20 tahun dan 35 tahun. Pengelompokkan usia berdasarkan kesiapan secara fisiologis tubuh dalam kehamilan. Secara fisiologis usia yang ideal untuk hamil adalah 20 - 35 tahun Marshall, 2000. Usia 20 tahun dan 35 tahun merupakan usia kehamilan resiko tinggi yang akan mempengaruhi pelaksanaan IMD dan pemberian ASI Eksklusif. Misalkan, melahirkan kurang bulan dan preeklampsia yang merupakan salah satu faktor yang tidak dibenarkan ibu untuk pemberian ASI Manuaba, 1998. Menurut penelitian Wadud 2013 hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan ada hubungan bermakna antara umur ibu dengan pemberian ASI Eksklusif kepada bayinya dengan nilai p = 0,026. Sebanyak 46 responden, 24 responden yang berumur lebih dari 30 tahun 54,2 memberikan ASI Eksklusif dan 22 responden berumur kurang dari 30 tahun 18,2 yang memberikan ASI Eksklusif. Penelitian Fikawati dan Syafiq 2009 juga menunjukkan bahwa rata-rata informan ASI eksklusif berusia 30 tahun, sedangkan rata rata informan ASI tidak eksklusif berusia 26 tahun. Beberapa hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ibu yang berusia 20 - 35 tahun lebih banyak yang berhasil memberikan ASI Eksklusif.

b. Jenis Persalinan

Menurut hasil penelitian Hikmawati 2008 bahwa jenis persalinan bukan merupakan faktor resiko kegagalan pemberian ASI. Akan tetapi, jenis persalinan dapat mempengaruhi pelaksanaan IMD yang disebabkan karena adanya penggunaan obat kimiawi yang diberikan saat ibu melahirkan bisa sampai ke janin melalui ari-ari atau tindakan, seperti operasi caesar, vakum, forcep sehingga dapat menganggu kemampuan alami bayi untuk mencari dan menemukan sendiri payudara ibunya Roesli, 2012. Hasil Penelitian Desmawati 2010 menyatakan bahwa pengeluaran ASI juga lebih cepat pada ibu post partum normal dibandingkan ibu post sectio caesarea. Hal ini diantaranya disebabkan karena ibu post sectio caesarea mengalami nyeri luka setelah operasi yang mengganggu pengeluaran oksitosin dalam merangsang refleks aliran ASI dan efek anestesi.

c. Paritas

Masalah yang sering terjadi pada menyusui, terutama terdapat pada ibu primipara. Oleh karena itu, ibu menyusui perlu diberi penjelasan tentang pentingnya perawatan payudara, cara menyusui yang benar dan hal-hal lain yang erat hubungannya dengan proses menyusui Bahiyatun, 2009. ASI Eksklusif cenderung banyak dilaksanakan oleh ibu multipara dan grand multipara, karena ibu akan belajar dari pengalaman menyusui sebelumnya. Tampak bahwa pengetahuan lebih menunjuk pada pengalaman seseorang akan dunia daripada dunia itu sendiri. Tanpa pengalaman itu, seseorang tidak dapat membentuk pengetahuan Suparno, 2001. Menurut von glasersfeld, pengetahuan itu dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang sewaktu dia berinteraksi dengan lingkungannya. Lingkungan dapat berarti dua macam. Pertama, bila kita berbicara tentang diri kita sendiri, lingkungan menunjuk pada keseluruhan objek dan semua relasinya yang kita abstraksikan dari pengalaman. Kedua, bila kita memfokuskan diri pada suatu hal tertentu, lingkungan menunjuk pada sekeliling hal itu yang telah kita isolasikan. Von Glasesfeld 1996 dalam Suparno, 2001. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah paritas dapat menentukan keberhasilan ASI Eksklusif yang dilihat dari pengalaman ibu. Rata-rata informan ASI eksklusif memiliki 3 anak. Sedangkan rata rata informan ASI tidak eksklusif memiliki 2 anak Fikawati dan Syafiq, 2009. Jumlah paritas yang mempengaruhi keberhasilan ASI Eksklusif disini lebih dititik beratkan pada pengalaman seorang ibu dalam menyusui. Pengalaman ibu dalam menyusui akan membentuk pengetahuan ibu dengan sendirinya mengenai menyusui, baik itu pemberian ASI Eksklusif, manfaat ASI, cara menyusui yang baik dan benar, gizi ibu menyusui, serta cara agar ASI tetap diproduksi . 2. Pemberian ASI Eksklusif ASI Eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih sampai bayi berumur 6 bulan Purwanti, 2004. Sistem pencernaan bayi dibawah usia 6 bulan belum mampu menyerap makananminuman selain ASI. Akibatnya, walaupun bayi menelan makanan yang diberikan kepadanya selain ASI, tetapi tidak ada zat-zat gizi yang mampu diserap oleh tubuhnya Damayanti, 2010. Bayi yang mendapat suplemen makanan lain selain ASI mis. Susu formula, air buah, atau makanan tambahan lain akan merasa kenyang dan harus menunggu lebih lama untuk menyusu berikutnya. Oleh karena itu, frekuensi menyusu bayi akan menurun dan akhirnya produksi ASI akan menurun juga Bahiyatun, 2009. Menyusui secara eksklusif merupakan cara pemberian makan bayi yang alamiah. Namun, seringkali ibu-ibu kurang mendapatkan informasi yang salah tentang manfaat ASI esklusif tentang bagaimana cara menyusui yang benar dan apa yang harus dilakukan bila timbul kesukaran dalam menyusui bayinya Roesli, 2009 . ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologis, sosial, maupun spiritual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada makanan di dunia ini yang sesempurna ASI Hubertin 2003 dalam Purwanti, 2004. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan faktor pertumbuhan, antialergi, serta anti inflamasi Purwanti, 2004 . ASI memberi manfaat tidak hanya untuk bulan-bulan pertama kehidupan bayi. Pemberian ASI akan memberi dampak positif bagi bayi sampai ke masa dewasanya Damayanti, 2010. Beberapa penelitian memberikan hasil positif terhadap keterkaitan antara pemberian ASI dengan peningkatan kecerdasan anak. ASI merupakan sumber AA dan DHA yang membuat kadar AA dan DHA pada bayi yang disusui tetap tinggi di plasma dan sel darah merahnya.asupan DHA dan AA secara alami telah diatur dalam ASI Kasdu, 2004. Menurut Kemenkes 2014 persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 54,3. Persentase ini masih terbilang cukup rendah. Permasalahan terkait pencapaian cakupan ASI Eksklusif antara lain pemasaran susu formula masih gencar dilakukan untuk bayi 0-6 bulan yg tidak ada masalah medis, masih banyak tenaga kesehatan ditingkat layanan yang belum peduli atau belum berpihak pada pemenuhan